oleh: Kholili Hasib
Empat, Tak cukup di Mimbar
Bangsa Indonesia, khususnya kaum Muslimin, memang harus terus diedukasi. Para cendekiawan dan ulama harus sering turun ke ‘bawah’. Fakta membuktikan, tidak semuanya umat ini mendengar fatwa para ulama. Masih banyak mereka yang hanya melihat persoalan secara duniawi saja.
Rupanya tak cukup bagi umat sekedar dihimbau sekali hanya melalui mimbar. Sebab para ulama, dai, tokoh agama harus perlu menjelaskan satu-persatu dengan cara turun ke bawah, langsung pada umat.
Fakta membuktikan, masyarakat memang cerdas dalam memilih sosok namun tidak cerdas membedakan mana haq dan mana bathil.
Lima, cermin masyakat, cermin Kita
Mengutip KH Arifin Ilham, umat Islam tidak kalah, sebab sejatinya jumlah umat Islam adalah kelompok mayoritas yang bisa saja dimenangkan Allah, jika Allah berkehandak. Hanya masalahnya, sedikit sekali umat Islam –bahkan menganggap kecil bahkan masih banyak yang main-main– urusan kepemimpinan seperti ini. Sebagian malah suka berteriak-teriat di luar tapi tak ikut ambil bagian/berkontribusi dan tak ikut memberi penyadaran.
Alkisah ada seorang khawarij yang datang menemui Ali bin Abi Thalib ra seraya berkata, “Wahai khalifah Ali, mengapa pemerintahanmu banyak di kritik oleh orang tidak sebagaimana pemerintahannya Abu Bakar dan Umar?!” Sahabat Ali Menjawab, “Karena pada zaman Abu Bakar dan Umar yang menjadi rakyat adalah aku dan orang-orang yang semisalku, sedangkan rakyatku adalah kamu dan orang-orang yang semisalmu!”
Sesunnguhnya keadaan rakyat itu ya mencerminkan bagaimana pemimpinnya.
كَمَا تَكُوْنُوْنَ يُوَلَّى عَلَيْكُمْ
“Bagaimanapun keadaan kalian (rakyat), maka begitulah keadaan pemimpin kalian.”
Enam, memperbaiki diri
Jika ingin mendapatkan pemimpin yang baik maka, mari kita mulai berjuang memperbaiki diri kita dari sekarang untuk mendapatkan pemimpin yang baik di masa yang akan datang. Kita kaum Muslimin masih gemar berpecah-belah. Mengungkit-ungkit persoalan kecil dalam agama sehingga menjadi isu besar.
Bahkan ada yang suka mencela ulama dan menyesatkan gara-gara ikut Pemilu yang dianggap haram. Bisakah untuk mengutakaman persatuan umat yang suka memvonis itu menahan diri untuk tidak mencela?*/bersambung 8 Hikmah Kemenangan Jokowi (4)
Penulis adalah peniliti pada Institut Pemikiran dan Peradaban Islam (InPAS)