Ketika puluhan ribu saudara kita gugur dibom ‘Israel’, masih ada penggembos perjuangan Palestina yang narasinya mirip gembong Zionis, bahkan lancar mengutip fatwa, mengapa narasinya sama?
Oleh: Fahmi Salim Zubair, MA
Hidayatullah.com | DI TENGAH gempuran jet-jet tempur penjajah ‘Israel’ ke Jalur Gaza yang telah menyebabkan puluhan ribu orang gugur, pemuda-pemuda Palestina yang berjibaku mengusir penjajah, di Indonesia sekelompok orang justru secara nyinyir melemahkan peran para pejuang Palestina.
Para pejuang kelompok pembebasan Palestina berbagai faksi, yang paling besar adalah Brigade Izzuddin Al-Qassam, sayap militer Hamas, telah bertempur mengusir penjajah 32 tahun lamanya.
Namun apapun faksinya, mereka memiliki peran besar membebaskan kembali tanah Palestina yang dirampas, dan yang paling penting bagi kita semua, adalah mewakili semua umat Islam dunia, menjaga kehormatan dan izzah untuk membebaskan Baitul Maqdis dan Masjidil Aqsha.
Terkait soal ini tidak ada persoalan para ulama dunia, bahkan sudah banyak Resolusi tentang Baitul Maqdis dikeluarkan para ulama. Alih-alih membela perjuangan, sekelompok kecil umat di Indonesia, justru melakukan penggembosan para pembebas Palestina dan Baitul Maqdis.
Belum lama ini, sebuah akun instagram bernama @Sunah Salafi secara gencar memuat propaganda untuk menggembosi perlawanan terhadap penjajah. Dalam berbagai pesannya, mereka rajin propaganda, bahwa antara perjuangan Palestina dan Hamas, dua hal berbeda.
Menariknya, narasi-narasi seperti ini, tidak hanyanya disebar di akun-akun media sosial, tetapi polanya sama dengan para ustad yang membranding diri “Ahlus Sunnah”. Menariknya, bahasa, istilah dan pola yang digunakan persis sama dengan propaganda-propaganda yang telah disebar Yahudi Internasional –baik di dunia Arab—atau yang sudah sampai ke Indonesia.
Dalam pesan berjudul “tidak sama pejuang Indonesia dengan Hamas, beda jauh bagaikan antara sümur dan arsy” mereka membuat narasi menyesatkan umat. Pertama, bahwa pejuang Indonesia mewakili rakyat, sedang Hamas tidak mewakili rakyat Palestina, tidak di Tepi Barat maupun di sebagian dalam Gaza.
Kedua, perang Indonesia dipimpin oleh pemimpin yang sah raja-raja, sementara Hamas dikendalikan partai politik, bukan presiden. Ketiga, pahlawan Indonesia mempunyai banyak diplomasi antar negara, sedang Hamas tidak di akui diplomasi di berbagai negara; kecuali Qatar, Turki dan Iran.
Empat, pemimpin Indonesia ikut berperang langsung bersama tentara-nya, pemimpin Hamas tidur di hotel Qatar bersama keluarga-nya. Kelima, tentara Indonesia berperang tidak di pemukiman warga, Hamas berperang dari dalam bawah tanah, dan menabrakkan roket ‘Israel’ di atas pemukiman warga.
Enam, jika pertempuran tidak bisa menghindar dari pemukiman warga, maka Indonesia mengungsikan warga dahulu seperti tragedi “Bandung Lautan Api” tapi Hamas tidak peduli keselamatan warga, meski sudah terjadi bertahun-tahun.
Narasi-Narasi Yahudi
Apa yang disampaikan para penggembos perjuangan Palestina ini diakusi atau tidak sama persis dengan narasi gembong Zionis ‘Israel’. Sekali waktu lihatlah youtube dan carilah propagandis gembong-gembong Zionis seperti Edy Cohen, wartawan sekaligus propagandis ‘Israel’ khusus dunia Arab, yang sangat fasih Bahasa Arab.
Juga Letkol Avichay Adraee, jubir pasukan penjajah (IDF), yang diangkat sebagai Kepala Devisi Media Berbahasa Arab. Dua orang –sebenarnya masih banyak wakil-wakil Zionis yang ditugaskan di media sosial– lancar Bahasa Arab dan rajin mengutip fatwa-fatwa ulama Saudi, bahkan sering mengutip ayat-ayat Al-Quran sebagai dalih melarang umat Islam mendukung pejuang pembebasan Palestina dan Baitul Maqdis, termasuk melarang berdemo di pihak Palestina.
Pertanyaannya, mengapa kok sama? Antara propagandis Zionis yang tugasnya mengadu domba antar umat Islam dengan orang-orang di Indonesia ini?
Ada enam hal narasi Zionis Yahudi yang terus-menerus dilemparkan di tengah umat Islam, yang secara tidak sadar, antar umat satu dengan lainya saling bermusuhan dan saling mendengki.
Pertama. Hamas tidak mewakili rakyat Palestina.
Ketahuilah, ketika Barat meminta agar Palestina menggunakan demokrasi dan melakukan pemilihan umum (Pemilu), tahun Pemilu dilakukan tahun 2006-2007, Hamas meraih 76 kursi dan Al Fatah memperoleh 43 kursi dari 132 kursi Parlemen. Lebih dari 77% warga Palestina yang berhak memilih menggunakan hak pilih mereka.
Hamas menang telak dari suara nasional. Di semua negara modern hasil Pemilu adalah cermin aspirasi rakyat dan mereka mewakili rakyat Palestina secara sah dan legal.
Karena yang menang Hamas, maka Barat dan ‘Israel’ tidak menyukainya. Karena itu keduanya dibuat konflik.
Sejak itu Hamas memilih berkuasa di Jalur Gaza sejak 2007 sementara Barat dan sekutunya condong mengangkat kelompok Fatah dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang dipimpin Yasser Arafat kemudian berganti Presiden Mahmoud Abbas.
Agar Palestina tidak dikendalikan kelompok bersenjata yang berpotensi melawan penjajah maka Barat dan sekutunya atas izin ‘Israel’ membuat berbagai perjanjian-perjanjian.
Tahun 1993, dibuat Perjanjian Oslo, dimana penjajah ‘Israel’ mengakui tim negosiasi Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) sebagai “wakili rakyat Palestina”, dengan imbalan PLO mengakui hak penjajah ‘Israel’ untuk eksis dalam damai, penerimaan resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa 242 dan 338, dan penolakannya terhadap “kekerasan dan terorisme” (maksudnya tidak menentang penjajahan dan pemukim haram yang selalu berbuat dzalim penduduk asli Palestina).
Sementara penjajah ‘Israel’ menduduki wilayah Palestina, sebagai hasil dari Perjanjian Oslo, Organisasi Pembebasan Palestina atau PLO mendirikan sebuah badan administratif sementara, namanya Otoritas Nasional Palestina atau Otoritas Palestina, yang oleh ‘Israel’ dan Barat diakui sebagai ‘pemerintahan Palestina’, meski tidak memiliki banyak fungsi.
DUA. Narasi perang Indonesia dipimpin raja-raja, perang Palestina dipimpin partai politik.
Nusantara sebelum ada proklamasi negara Indonesia dipimpin oleh raja atau sultan di tiap-tiap wilayah yang berdaulat. Mereka juga mengobarkan jihad perlawanan karena punya wawasan akidah anti penjajah dan dikawal ulama.
Hamas juga punya wawasan akidah yang sama anti-penjajahan, mereka dikawal ulama dan mereka ulil amri yang sah hasil Pemilu 2006. Sementara apa yang bisa diharapkan dari presiden Otoritas Palestina?
Fakta membuktikan Otoritas Palestina hanya bisa tunduk kepada “perjanjian damai” yang menguntungkan penjajah dan mendzalimi bangsa Palestina. Wilayah semakin digerogoti dengan pembangunan masif pemukiman-pemukiman (settlements) baru warga Zionis, status pengungsi Palestina di luar negeri yang ingin kembali tidak ada jaminan, dan status Al-Quds ibu kota Palestina makin jauh dari harapan.
TIGA. Narasi menyesatkan Yahudi bahwa Hamas tidak punya perwakilan diplomasi, sementara Otoritas Palestina (didominasi kelompok sekuler Fatah dan PLO) punya perwakilan dan diplomasi di berbagai negara.
Salah satu bentuk diplomasi revolusi Indonesia adalah pengakuan luar negeri yang pertama dari negara Palestina dan negara Arab lainnya. Di masa revolusi dan pasca proklamasi, Indonesia juga dikucilkan dan tak diakui oleh banyak sekali negara Barat dan Timur.
Kondisi Palestina sekarang sama dengan Indonesia dahulu, bahkan kita berhutang budi kepada Palestina yang pertama kali mengakui kedaulatan RI. Hamas memang tidak diakui ‘Israel’, Amerika dan sekutu-sekutunya yang sekarang memberi izin mengembom Gaza.
Tapi Hamas diakui, Qatar, Turki, Iran, juga oleh negara lain: Suriah, Lebanon, Kuwait, Sudan, Libya, Yaman, Aljazair, Malaysia, juga Rusia, China dan Afghanistan. Jadi kalau kita sekarang tidak mengakui keabsahan perjuangan perlawanan Palestina, sama halnya kita mengingkari dan mengkhianati sejarah perjuangan revolusi Indonesia tahun 1945-1949, dan berada di pihak penjajah.
Mengapa sebagian dai-dai yang mengklaim ‘paling sunnah’ ini ‘anti-muqowwamah dan narasinya sama dengan narasi penjajah?
EMPAT. Narasi Hamas foya-foya di hotel bersama keluarganya, sedang pahlawan Indonesia banyak berjuang di hutan.
Pemimpin revolusi kemerdekaan Indonesia ada yang terjun di medan tempur bergerilya di tengah hutan, ada yang di dalam penjara Belanda, ada yang di istana mengatur siasat perang dan negosiasi dan banyak yang menjadi diplomat, tinggal di luar negeri.
Ada Mr. Agus Salim, Mr. Mohamad Roem, ada Prof Abdul Kahar Muzzakir para diplomat kemerdekaan RI yang banyak berjuang di kancah diplomasi internasional dan mengharuskannya sering ke luar negeri. Semua berjuang untuk Indonesia di semua lini.
Sama halnya para pemimpin Hamas, pembagian peran dan strategi, baik perang dan diplomasi dalam dan luar negeri, politik dalam dan luar negeri sudah diatur dan dibagi sesuai kapasitas masing-masing.
Pemimpin yang tinggal di luar negeri pun hidup wajar sederhana tidak seperti pejabat negara muslim yang kaya lainnya. Dan sebelumnya Ismail Haniya tinggal dan berjuang di dalam Gaza memimpin perjuangan politik dan militer.
Banyak keluarga dan kerabatnya syahid, dan dia jadi target rejim Zionis nomer wahid. Mengapa fitnah dan hinaan poin ini tidak diarahkan ke faksi politik Palestina lainnya?
Mengapa tidak ada yang mengkritik Fatah, PLO dan Otoritas Palestina yang diangkat Barat “mewakili rakyat Palestina”, yang selama Gaza diblokade lebih 16 tahun, sudah diserang ‘Israel’ lebih 5 kali, dan tidak ada satupun peluru atau perlawanan Otoritas Palestina menyerang ‘Israel’?
Karenanya, sejak 1993 PLO/Fatah sudah tidak bisa dikategorikan sebagai kelompok perlawanan terhadap penjajah. Setelah diberi mainan bernama “Otoritas Palestina”, secara otomatis, pemerintahan administrative ini masuk provinsinya ‘Israel’.
Yang menarik, setiap perang berlangsung, Otoritas Palestina menggencarkan donasi Palestina, sementara yang dibom, yang dibunuhi rakyat Gaza. Oh ya, jangan lupa, karena Otoritas Palestina masuk propinsinya ‘Israel’, masa sampai hari ini, semua staf Otoritas Palestina digaji oleh pemerintah penjajah.
Jadi mengapa semua fitnah dan narasi diarahkan ke faksi Hamas? Mengapa ke Hamas yang tidak bersedia akui negara zionis ‘Israel’ dan terus lakukan perlawanan hingga Palestina merdeka?
Jawaban bagi yang punya hati pasti tahu.
LIMA. Narasi menyesatkan bahwa pejuang Hamas berperang dari bawah tanah dan mengakibatkan banyak korban warga sipil Gaza beda dengan pejuang revolusi Indonesia mengosongkan pemukiman terlebih dulu dan mengungsikan warga sebelum perang.
Situasi kondisi Indonesia yang luas dan berbukit dan banyak hutan memungkinkan perang gerilya, berbeda dengan kondisi Gaza dan negeri Arab umumnya wilayah terbuka.
Wilayah Indonesia begitu luas tak bisa disamakan dengan Gaza yang hanya 365 km2. Semua wilayah ini dikepung dengan tembok tinggi, dimana besi, batu, dan semua bahan-bahan yang menghawatirkan penjajah dilarang masuk selama 16 tahun lebih.
Saya ulangi, selama 16 tahun dikepung dari darat, laut, udara. Dengan semua hal dikontrol dan dikendalikan Zionis, berbeda jauh dengan suasana di Tepi Barat dibawah Otoritas Palestina, tapi tetap dikontrol Zionis.
Karena itu tidak banyak pilihan lokasi di Gaza dan mereka bertekad tidak akan mengungsi ke luar Gaza. Narasi agar Gaza dikosongkan, dan warganya pindah keluar adalah narasi yang sudah lama dibangun dan diinginkan penjajah ‘Israel’.
Zionis sudah lama menginginkan agar Gaza dikosongkan penuh dan semua warganya dipindahkan paksa ke Gurun Sinai di bawah otoritas negara Mesir. Yang terbaru, Zionis dan Amerika memberi iming-iming Mesir agar dibebaskan hutangnya di IMF jika mau menampung rakyat Gaza.
Karena itu narasi agar Gaza dikosongkan dahulu, adalah narasi yang sudah lama dibangun Zionis. Jika Gaza dikosongkan maka mudah bagi penjajah menurunkan bom-bom kaliber berat, dan setelah itu mereka akan memperluas penjajahannya dan wilayahnya.
Harap tahu, mayoritas rakyat Gaza tidak sudi meninggalkan tanahnya. Jika kita Tanya mereka, mereka akan mengatakan, ini tanah ribath, yang tidur saja di dalamnya sudah diberi kemuliaan oleh Allah Subhanahu Wata’ala.
Faktanya selama lebih sebulan Gaza digempur, rakyat yang mengungsi dari utara ke selatan, sesuai keinginan penjajah tetap dihujani bom. Seperti video di bawah ini;
Mengapa tipuan dan kedustaan janji-janji Yahudi ini sama dengan narasi-narasi yang dipakai sebagian yang mengklaim paling “ahlus sunnah”? Bahkan saya juga tidak pernah pernah berfikir ini dilakukan pendakwah salafi, boleh jadi ada pihak ketiga yang memanfaatkan adu domba ini.
Sampai di sini sudah paham? Mana yang jelas fakta dan kondisi lapangan dengan imajinasi khayalan kelompok paling “ahlus Sunnah” yang tidak berdasarkan fakta, bahkan lebih banyak meneruskan propaganda Yahudi sebagaimana yang banyak diunggah Edy Cohen dan Letkol Avichay Adraee dari IDF yang fasih berbahasa Arab dan mengutip Al-Quran. Wallahu A’lam.*
Penulis adalah Tim Riset dan Founder Baitul Maqdis Institute