Oleh: Abdul Hamid M Djamil
ROBERT Morey yang lahir pada 1946 M adalah seorang sarjana teologi dan apologetik (cabang teologi yang berurusan dengan mempertahankan kekristenan). Dia telah menulis lebih dari 40 buah buku. Yang sebagian karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Spayol, Prancis, Jerman, Belanda, Italia, China, dan Polandia.
Selain itu, dia juga seorang sarjana terkemuka yang terkenal dalam bidang filsafat, theologi, ilmu perbandingan agama dan sekte.
Dia juga seorang direktur eksekutif dari sebuah yayasan pendidikan dan penelitian yang mendedikasikan waktunya untuk mengadakan penelitian dan pengkajian mengenai kelangsungan masa depan kekritenan, budaya, serta pikiran-pikiran barat.
Dalam sebuah buku yang ditulisnya “Islamic Invasion” dia dengan lancang mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahhu ‘alaihi Wassalam menderita penyakit epilepsi (gangguan pada sistem saraf otak yang menimbulkan berbagai reaksi pada tubuh manusia).
Menurutnya, tatkala Rasulullah Muhammad bergetar ketika menerima wahyu pertama di Gua Hira, penyakit epelipsi yang diderita Muhammad sedang menyerang.
Tuduhan yang ia kemukakan ini searah dengan argumentasi kaum liberal yang beranggapan bahwa ajaran yang dibawa Muhammad adalah hasil imajinasinya, bukan wahyu yang berasal dari Allah Subhanahu Wata’ala yang maha kuasa. Padahal al-Quran secara eksplesit menegaskan bahwa al-Quran yang merupakan sumber ajaran Islam berasal dari Allah Subhanahu Wata’ala Subhanahu Wata’ala.
Tuduhan seperti ini bukan watak ilmiah orang terpelajar. Tentu saja, tujuannya dalam rangka menjauhkan umat Islam dari agamanya atau member keraguan orang non Muslim yang tertarik dengan Muhammad.
Mereka menanamkan keraguan dalam pekiran umat Islam bahwa ajaran Muhammad bukanlah wahyu yang berasal dari Allah Subhanahu Wata’ala Subhanahu Wata’ala, tapi hanya sebatas pemikiran Muhammad semata. Jika hal ini telah merasuki jiwa umat Islam, maka strategi mereka dalam ‘mengkristenkan’ umat Islam akan dengan mudah dilakukan.
Karena itu, melalui tulisan ini saya mencoba mematahkan argumentasi mereka melalui pendapat para ulama. Sebelumnya, sebagai umat Islam harus mengetahui bahwa hadist mengenai awal turunnya wahyu yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Jabir Ibn Abdullah adalah dasar yang menjadi titik awal semua rangkayan pengajaran akidah dan syariat Islam.
Buku “Islamic Invasion” sudah banyak mendapat tanggapan. Meski banyak memuat pelecehan terhadap Muhammad dan Islam, buku ini diam-diam juga diterbitkan di Indonesia. Sebagaimana buku “Islam Revealed” karya Dr. Anis A. Shorrosh yang diterjemahkan dan diedarkan di Indonesia oleh Yayasan Pusat Penginjilan Alkitabiyah.
Akidah Rekaan
Syehk Dr. al-Buthi mengatakan bahwa Kayakinan dan pemahaman terhadap hadist ini tak pelak akan menjadi pintu gerbang yang tidak boleh dinafikan dalam perjalanan menuju kayakinan akan seluruh ajaran yang dibawa Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wassalam. Baik berita mengenai hal-hal ghaib maupun perintah agama. Keyakinan terhadap wahyu adalah satu-satunya yang membedakan antara orang-orang yang mengklaim mampu menetapkan syariat (jalan hidup) dengan akal pikiran sendiri, dengan mereka yang menerima ajaran Tuhan tanpa mengubah, mengurangi, atau menambah-nambahi.
Disebabkan karena inilah, para durjana yang berusaha menyebarkan akan keraguan terhadap kebenaran Islam selalu memberi perhatian besar terhadap usaha-usaha yang dilakukan untuk `merekonstuksi´ posisi wahyu pada saat Rasulullah masih hidup.
Mereka selalu berusaha sekuat tenaga dengan mengerahkan segenap kemampuan rasional untuk mencampuradukkan dan meyamakan wahyu Allah Subhanahu Wata’ala dengan ilham atau kata hati Muhammad. Bahkan ada dari mereka yang menyatakan bahwa ketika wahyu turun, sebenarnya Muhammad sedang diserang penyakit epilepsi.
Orang-orang dungu itulah yang mengatakan bahwa dalam menjalankan risalahnya, Muhammad selalu menggunakan akal pikirannya sendiri sampai Nabi umat Islam ini berhasil menyusun sebuah konsep akidah rekaan yang menghancurkan peganisme. Mereka juga sering berpendapat, bahwa Muhammad mempelajari ajaran yang kemudian disebut ‘Islam’ dari rahib yang bernama Buhaira.
Melihat berbagai macam tuduhan dusta itu, akal sehat kita langsung dapat mengetahui bahwa itu semua adalah bentuk penangkalan terhadap misi kerasulan Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wassalam Kita pasti dapat memetik hikmah ilahi yang jelas terlihat dibalik peristiwa turunnya wahyu kepada Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wassalam dengan cara yang telah kita ketahui bersama melalui hadist yang diriwayatkan Imam Bukhari.
Mengapa Rasulullah melihat Jibril dengan mata kepalanya sendiri ketika menerima wahyu untuk pertama kali padahal wahyu dapat turun dari balik tirai. Mengapa Allah Subhanahu Wata’ala Subhanahu Wata’ala melesakkan rasa takut ke dalam hati Rasulullah ShallAllah Subhanahu Wata’alau ‘alaihi Wassalam dan keraguan dalam memahami peristiwa itu.
Bukankah cinta Allah Subhanahu Wata’ala kepada kekasihnya (Muhammad) semestinya berimplikasi pada perlindungan dan anugerah ketenangan di dalam hati beliau sehingga tak perlu takut saat menerima wahyu?
Semua pertanyaan itu tentu wajar jika muncul pada perkara turunnya wahyu pada pertama kali. Kemudian ketika mencari jawaban terhadap pertanyaan di atas kita akan menemukan hikmah yang luar biasa besar.*/ke halaman 2