Oleh: Oktavia Nurul Hikmah
KEPUTUSAN Mahkamah Agung Amerika Serikat (AS) melegalkan Di antara dampak pelegalan lesbian, homoseksual, biseksual dan transgender (LGBT) di seluruh wilayah AS pada Jumat 26 Juni 2015, mau tidak mau akan berdampak pada seluruh belahan dunia.
Meski di beberapa negara masih malu-malu, namun di beberapa negara komunitas ini sudah mendapat tempat.
Di Indonesia virus sudah ada di Indonesia sejak tahun 1982 dan terus berkembang secara massif hingga saat ini. Parahnya, LGBT ini mendapat dukungan dari beberapa artis nasional. Sherina Munaf, Aming, dan penyanyi Anggun C. Sasmi di antara beberapa orang yang mendukung legalitas atas perbuatan menyimpang ini.
Baru-baru ini Komisi Penanggulangan AIDS Kota Depok yang melakukan pemetaan terhadap kaum homoseksual di Kota Depok, Jawa Barat terkejut. Ternyata sudah ada 5.791 orang menjadi homoseksual di kota tersebut.
Bahkan menurut Komunitas Aksi Kemanusian Indonesia (KAKI) yang ikut melakukan pendataan terhadap jumlah kaum homoseksual di Kota Depok, ditemukan ada anggota komunitas yang berusia 14 tahun.
Ancaman LGBT
Komunitas LGBT pun meluas dikalangan intelektual, penulis iseng mengetikkan Gay Unair di mesin pencari, betapa terkejutnya, ternyata ada akun Facebook dengan nama serupa di hasil pencarian. Timelinenya dipenuhi foto-foto anak-anak muda tampan tipe metroseksual. Saya lebih terkejut lagi saat mengetahui bahwa pendiri dan ketua GAYa Nusantara, Organisasi Homoseksual Nasional adalah mantan dosen Antropologi Unair. Aktivitas dari organisasi ini pun cukup massif menggempur kampus Unair.
Pada Oktober 2009 misalnya, MAPANZA Unair mengadakan seminar berkedok AIDS dan NAPZA dengan mengundang pemuda homo yang ditunjuk GAYa Nusantara sebagai salah satu pembicara. Bahkan, pada 15 Mei 2013 lalu Fakultas Ilmu Budaya Unair dipilih untuk lokasi Pembukaan Peringatan International Day Against Homophobia & Transphobia 2013 (IDAHOT). [Baca: LGBT Kampanye di Kampus Unair]
“Kami mengadakan acara di Kampus Unair , karena mahasiswa adalah masyarakat akademis yang bisa diajak dialog, dan harapannya mereka nantinya bisa mempengaruhi masyarakat awam agar bisa menerima kaum non heteroseksual,” ujar Tiwi, mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair, Deputi Bendahara GAYa Nusantara kepada hidayatullah.com, Selasa (21/05/2013).
Dan perhelatan paling anyar adalah festival film bertema homoseksual, biseksual dan transgender yang diadakan pada 5-7 Juni 2015 di FISIP Unair. Dalam laporannya kepada UNDP dan USAID 2014 mereka juga mengklaim telah memiliki jaringan 119 organisasi pendukung LGBT di Indonesia. Jumlah pria homoseksual di negeri ini sendiri tidak ada yang tahu pasti. Menurut perkiraan para ahli dan badan PBB, dengan memperhitungkan jumlah lelaki dewasa, jumlah LSL di Indonesia pada 2011 diperkirakan lebih dari tiga juta orang, padahal pada 2009 angkanya 800 ribu orang. Diperkirakan pada 2013 jumlahnya lebih besar lagi. (Rakhmad Zailani Kiki, opini, Republika.co.id, 02/4/2013).
Perilaku homoseksual itu menjadi ancaman bagi negeri ini. Ia menyebar bak wabah penyakit. Menurut dr. Rita Fitriyaningsih yang sudah sembilan tahun menjadi mitra LSL atau GWL (Gay, Waria, Laki-laki seks dengan laki-laki), perilaku homoseksual dapat menular kepada orang lain.
Dengan kata lain, orang yang tadinya tidak homoseksual dapat menjadi homo jika terus berinteraksi atau berada di dalam komunitas homoseksual. Semakin meningkatnya pelaku homoseksual berkorelasi pada meningkatnya kasus sodomi. Pelaku LGBT pun rawan tertular HIV/AIDS. ngeri …!
Orang-orang LGBT dan para pendukung mereka pun makin gencar beraksi dengan mendapat justifkasi dari ide liberalisme, kebebasan berekspresi yang dibangun di atas ideologi sekuler yang menafikan agama dari kehidupan. Juga dilegitimasi oleh ide HAM. Derasnya upaya menggencarkan legalisasi LGBT dikecam Dadang Hawari. Pakar dan Praktisi Psikiater dari UI ini menegaskan LGBT termasuk homo merupakan penyakit kelainan kejiwaan.
Fakta menunjukkan, negara ini lumpuh dalam upaya perlindungan masyarakat dari budaya yang merusak. Terbukti dari menjamurnya jaringan pendukung LGBT. Makin meluasnya komunitas LGBT ini, karena tidak ada hukum yang tegas yang melarang tindakan rusak ini.
Bahkan pada tahun 2012, Dede Oetomo, pendiri GAYa Nusantara sempat lolos uji calon Komisioner HAM meskipun tidak terpilih. Inilah bukti lumpuhnya peran negara dalam membendung budaya merusak yang membonceng ide kebebasan dan HAM.
Maka, jika kerusakan akibat LGBT dibiarkan, akan terjadi lost generation karena menyalahi fitrah penciptaan manusia dan hancurnya peradaban. naudzubillah!
Islam sendiri telah tegas mengharamkan dan melaknat LGBT apalagi perkawinan sesama jenis. Nabi juga memerintahkan kaum Muslim agar mengeluarkan kaum waria dari rumah-rumah mereka.
Dalam riwayat Abu Daud diceritakan bahwa Beliau Shallallahu ‘alaihi Wassallam pernah memerintahkan para sahabat mengasingkan seorang waria ke Baqi’. Dengan semua itu, Islam menghilangkan faktor lingkungan yang bisa menyebabkan homoseksual.
Islam memandang homoseksual sebagai tindak kejahatan besar. Inilah sistem dan cara terbaik menghentikan kemaksiatan. Jikalau kita membiarkan kerusakan ini disekitar kita, takutlah akan azab Allah sebagaimana azab kepada kaum Soddom. Naudzubillah!
Maka, awali dengan mengkaji Islam agar kita mengetahui pengaturan Allah yang paripurna dalam kehidupan. Berikutnya harus ada upaya penyadaran kepada masyarakat dengan mendakwahkan Islam agar Islam dapat diterapkan secara secara kaffah dalam kehidupan. Akankah kita menunggu hingga Allah menimpakan azab, baru kita bertaubat?
Mahasiswi Universitas Airlangga