Wanita adalah sosok yang tidak bisa dipisahkan dalam segala aspek, karena dalam diri wanita terdapat berbagai keistimewaan, diantaranya dapat melahirkan sebuah generasi yang hebat. Akan tetapi jika kita lirik pada zaman dahulu tentang pandangan terhadap wanita, sangatlah ironis. Pada zaman Jahiliyyah wanita dianggap tidak berarti, bahkan jika ada bayi yang terlahir dan jenis kelaminnya wanita, langsung dibunuh atau dikubur hidup-hidup.
Kemudian, munculnya feminisme juga, tidak bisa dilepaskan dari perjalanan panjang sejarah perjuangan kaum perempuan Barat menuntut kebebasannya. Karena pada abad pertengahan, kaum perempuan tidak memiliki tempat dalam masyarakat. Maka mereka diabaikan dan tidak memiliki peran apapun.
Di Eropa pada abad 18, wanita diposisikan sebagai sesuatu yang rendah, yaitu dianggap sebagai bahan pemuas atau sumber godaan dan kejahatan.
Ide kaum feminisme disetujui dan didukung oleh para kapitalis demi meraup keuntungan, seperti wanita dijadikan alat untuk menghasilkan sebuah keuntungan, seperti dengan ajang-ajang kecantikan, perempuan diekspolitasi dengan missworld, perempuan yang mengedepankan karier, menjadi TKW dsb.
Alhasil kejahatan dan pelecehan pada kaum hawa pun masih terus merajalela. Tetapi ironisnya atas dasar kemajuaan zaman, wanita-wanita merasa bebas dan mendapat keadilan dengan memposisikan setara dengan laki-laki, tapi nyatanya ini semua adalah sebuah penjajahan yang diselimuti oleh kebebasan. Sehingga banyak kaum hawa yang tergerus atas landasan kemajuaan zaman.
Bagaimana Islam memandang wanita?
Islam hadir ditengah-tengah manusia untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam, serta islam hadir untuk membebaskan manusia dari berbagai keterpurukan. Islam bersinar sebagai nasehat untuk memperbaiki kebobobrokan pemikiran.
Dalam syariat Islam, jika lelaki memperoleh kemuliaan dengan bekerja, wanita mendapatkanya dengan menjadi ibu dan mengurus rumah tangga. Dalam Islam, kedudukan wanita dan laki-laki sama dihadapan Allah Subhanahu Wata’ala karena keduanya sama-sama diciptakan oleh-Nya.
Perbedaan wanita dan laki-laki dalam Islam hanya pada aspek hukum saja yang sesuai dengan fitrahnya masing-masing, seperti wanita dan laki-laki memiliki kewajiban yang sama untuk menutup aurat, akan tetapi yang membedakan hanya batasanya.
Wanita harus menutupi semua tubuhnya, kecuali muka dan telapak tangan. Sedangkan laki-laki harus menutupnya dari pusar hingga lutut.
Itupun sesuai dengan fitrah masing-masing, dan tidak sebagai pengekang aktivitas, bahkan sebagai penjagaan untuk diri mereka masing-masing.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوباً وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Wahai Manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal.” (QS: Al Hujurat:13)
Perbedaan laki-laki dan perempuan, tidak lain dan tidak bukan, dilihat dari ketakwaan terhadap Allah Subhanahu Wata’ala. Perbedaan itupun tidak merugikan satu belah pihak, akan tetapi sama-sama memuliakan keduanya.
Jika mereka taat dengan apa yang diperintahkan dan dilarang, maka mulialah mereka. Islam memuliakan wanita dengan jalan menjaganya, dengan memerintahkan mereka untuk menutup aurat secara syar’i.
Maka dengan itu, wanita akan terjaga dan terhindar dari tindak kejahatan atau pelecehan. Kegemilangan dan kejayaan islampun bersumber dari peran wanita yang sungguh hebat.
Sepeti sosok Imam Syafi’i, Muhammad Al-fatih, dan orang-orang hebat lainya terlahir dari seorang wanita yang hebat dalam mendidik generasi. Sangat benar jika dikatakan, dibalik laki-laki hebat terdapat wanita hebat. Maka dari itu sudah selayaknya wanita dimuliakan dan dihormati, islam memuliakan wanita tiga derajat lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
“Wahai Rasulullah, siapakah diantara manusia yang paling berhak untuk aku berbuat baik kepadanya? “ Rasululullah Shalallahu ‘alaihi Wassallam menjawab, “Ibumu.” “Kemudian siapa?” tanya lagi. “Ibumu,” kemudian orang itu bertanya lagi. “Kemudian siapa?” “Ibumu.” Kemudian siapa?” tanya orang itu lagi. “Kemudian ayahmu,” jawab Rasulullah. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Bagi Rasulullah wanita sangat mulia dan terhormat sehingga mengulang perkataannya sampai tiga kali, karena pada diri wanita memiliki berbagai kehebatan sebagai pendidik, pembimbing, dan pendamping anak-anaknya yang paling utama, melebihi dari ayahnya.
Kemuliaan itu bisa diraih dengan menjaganya, menghijabi diri untuk senantiasa taat pada perintah dan larangan Allah Subhanahu Wata’ala. Sebaliknya, jika kita tidak taat maka kemulian itu akan luntur atas ulah kita sendiri. Mari kita berusaha untuk taat, serta menjadi wanita pencetak generasi hebat untuk kegemilangan Islam dimasa depan. Wallahu a’lam bishawwab.*
Fitri Susanti
Pelajar SMK | Domisili Bandung