Hidayatullah.com–Sebuah masjid berumur satu abad di tengah-tengah kota New York menjadi bukti baru bahwa Muslim telah lama menjadi bagian dari sejarah Amerika Serikat (AS).
Kota New York dikenal memiliki penduduk dari berbagai etnik, seperti tempat wisata bernama Little Italy atau Chinatown. Namun terdapat sebuah pemukiman kecil yang orang setempat sebut-sebut sebagai “Little Syria” (Suriah Kecil), meskipun tidak banyak orang yang tahu.
Dari abad 19 hingga awal abad 20, terdapat kantong ekonomi dan pusat kebudayaan dari warga Arab di AS; itu sebelum dihancurkan yang bertujuan untuk membangun terowongan dan kemudian pada tahun 60-an dibangun menjadi World Trade Centre (WTC).
Beberapa blok itu dulunya rumah bagi sejumlah besar imigran yang berasal dari tempat yang nantinya dikenal sebagai “Greater Syria” (Biladis Syam), sebuah wilayah yang dikuasai oleh Kekaisaran Ottoman (Kekhalifahan Ustmaniyah) yang sekarang termasuk Suriah serta Lebanon (Libanon), Jordania, Israel, dan Palestina dan sebagian wilayah selatan Turki.
Asosiasi sipil seperti Washington Street Historical Society selama bertahun-tahun telah mendukung upaya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang sebagian luas kawasan yang tidak diketahui dan melestarikan beberapa bangunan yang tersisa, seperti Gereja Katolik Suriah St. George, yang berlokasi di jalan Washington.
Selama bertahun-tahun pemukiman itu dianggap hanya pernah dihuni oleh Kristen. Sejak tidak adanya jejak dari tempat ibadah agama lain, wilayah itu dianggap tidak pernah ditempati oleh orang beragama lain.
Barulah beberapa bulan yang lalu, seorang professor dari Universitas Colorado Denver melakukan penelitian tentang Islam di AS dan mengeluarkan hasilnya di sebuah artikel berjudul “Mohammedans now have a place of worship here”.
Mereka yang Beriman pada Allah dan Muhammad
Tanggal 25 Februari 1912, ceritanya, ditampilkan di The New York Sun, mengkisahkan sebuah “gereja Turki” bagi “mereka yang meyakini Allah dan Muhammad” bertempat di sebuah bangunan berlantai tiga di pusat kota Manhattan.
“Meskipun suara muadzin yang menyeru untuk melakukan ibadah tidak pernah terdengar di New York, tetapi bentuk ibadah dari kaum Muhammad dilakukan di sini,” tulis artikel itu. “Jika kamu tidak mengetahui lokasi dari mesjed (atau masjid), kamu tidak akan pernah menemukan lokasi itu, karena itu tersembunyi dengan baik.”
Di bayang-bayang Wall Street dan sepanjang Sungai Hudson, tampak bahwa Kekaisaran Ottoman telah mendirikan sebuah masjid di kota New York pada awal 1910.
“Tidak hanya di sana ada masjid, tetapi itu dulunya adalah masjid, satu-satunya masjid di negara ini,” ujar Todd Fine, Ketua Washington Street Historical Society, pada Middle East Eye.
Menurut Linda K. Jacobs, penulis dari buku Strangers in the West: The Syrian Colony of New York City, 1880-1900, meski “banyak cerita di abad ke 19 tentang sebuah masjid yang telah didirikan,” hubungannya masih misterius karena hanya artikel tersebut sumber dari informasi tentang keberadaannya.
Penemuan masjid itu terjadi setelah Islam baru-baru ini menjadi topik utama dalam kampanye calon presiden 2016, kandidat utama dari Partai Republik Donald Trump menginginkan pelaranganan bagi semua warga Muslim non-Amerika untuk memasuki Amerika Serikat sebagai respon dari penembakan San Bernardino.
Penembakan, yang menewaskan 14 orang, dilakukan oleh pasangan Muslim yang dipercayai FBI telah menjadi radikal “dalam beberapa waktu”.
Bagi Todd Fine, yang asosiasinya secara kukuh mendukung pemahaman yang lebih baik bagi masa lalu Little Syria, “memperburuk citra Muslim dan Arab hanya bisa berhasil selama orang tidak menyadari lamanya sejarah kelompok-kelompok itu di Amerika Serikat.
“Little Syria mengajarkan orang Arab maupun Amerika sebuah pelajaran tentang koeksistensi, toleransi, dan kesatuan politik”, dia menambahkan.
Masjid itu yang sekarang telah lama menghilang, tetapi seseorang pasti bertanya-tanya bagaimana tempat ibadah itu dapat bernasib seperti sekarang ini. Seperti yang penemuan tunjukkan, kebencian, ketidaksimpatian, sepertinya menjadi karasteristik dari sentimen yang tumbuh terhadap Muslim dan tempat ibadah mereka.*/Nashirul Haq AR (BERSAMBUNG)