SIAPA yang bisa menakar tentang berlalunya Covid-19 yang telah menjadi wabah dunia ini? Kalaupun dengan sekadar memperkirakannya, sejatinya sekali lagi tidak bisa dipastikan. Pada kondisi yang lain, serba-serbi tafsir bias netizen menghiasi media melalui gadget yang digenggam tak bisa terelekan. Kesemuanya itu membincangi pandemi ini. Ada yang berasumsi bahwa Covid-19 hanya rekayasa dan konspirasi.
Tapi biarlah. Tak usah larut dalam menginterpretasi sesuatu. Saran penulis, terjemahkan sendiri tupoksi masing-masing kita dalam menghadapi wabah ini. Ada banyak hal lain yang menjadi concern kita. Selebihnya, mari sama-sama menikmati dan mensyukuri nikmat Tuhan yang ada.
Kendati begitu, jangan alpa berharap kepada Sang Khalik. Juga harapan kita kepada pemerintah dalam memutus mata rantai virus ini. Kita masyarakat Indonesia tetap mawas diri sembari mengikuti protokoler kesehatan Covid-19.
Sepertinya penulis juga bertele – bertele memaparkan sumber masalah dari tulisan ini. Mari kita bicarakan perihal substansial dari tulisan ini. Tentang “jihad” pemuda dalam menghadapi wabah ini. “Jihad” dalam arti yang lebih familiar adalah ‘berjuang’.
Bagi pemuda, tentu meneropong segala problema dari perspektif yang berbeda. lebih solutif juga lebih jernih. Berangkat dari tupoksi pemuda, laiknya sudah ber-Iqra. Menelaah sekitar setelah itu membuat tindakan.
Pemuda Pengendali
Segala sesuatu yang terjadi bisa dikendalikan. Dengan berbagai polarisasi pengendalian. Dan hari ini pengendalian paling enteng nan simpel adalah membuat framing pada media surat kabar. Baik cetak maupun online.
“Jihad” sosial melalui media misalnya, adalah cara konkret pemuda membuat kontrol sosial. Fenomena yang dirasakan oleh sebagaian kelompok masyarakat adalah merasa ditakut-takuti dengan berita di media baik cetak maupun elektronik.
Pandemi yang dijelaskan sebagaian orang hanya bisa diproteksi dan bisa diatasi dengan menjaga imunitas, sebenarnya menjadi pedoman dasar pemuda mengimbau agar khalayak tidak sepenuhnya merasa was-was. Apalagi indikasi menularnya Covid-19 salah satunya dengan tidak stabilnya suasana pikiran dan isi hati.
Pemuda Loyalis
Salah satu kriteria lain pemuda yaitu loyalitas dan bertanggung jawab. Ia merasa di pundaknya terdapat amanah yang diemban. Dan ketika sudah memiliki sikap demikian, tentu segala kejadian yang menimpa dirinya dan orang lain adalah tanggung jawab moral darinya.
Dari sini lahirlah aksi nyata. Spesifik penanganan Covid-19, pemuda stand by mengisi pos-pos warga yang nyaris tidak menyeluruh paham akan kondisi rentan kemudharatan ini. Eksistensi pemuda menjadi fasilitator dan sosialitator sangat berdampak memberi pemahaman pada masyarakat yang masih awan proteksi diri, baik individu maupun sanak famili lainnya dari gempuran pandemi dan serba-serbi yang mengitarinya.* Dhani El-Muchardy (Alumnus STAI Luqman Al-Hakim Surabaya)