Oleh: Muhammad Ihsan
KEMERDEKAAN adalah akumulusi perjuangan yang dilakukan oleh pendiri bangsa ini.salah satu bidang yang menjadi perhatian penuh adalah bidang pendidikan. Para pejuang berkeyakinan bahwa pendidikan adalah pondasi penting yang harus di bangun pertama kali untuk mewujudkan kemerdekaan.
Setidaknya ini pernah disampaikan oleh tokoh Masyumi, Mohammad Natsir. Ia menyerukan pemuda untuk memperjuangkan pendidikan rakyat.
“Kita hadapankan sedikit pandangan ini kepada pemuda-pemuda kita yang ingin bekhidmat kepada Tanah air dan Bangsanya. Pendidikan! Inilah lapangan pekerjaan kita yang amat kekurangan tenaga di zaman sekaran dan di masa depan ini! Inilah lapangan pekerjaan yang amat hajat kepada bantuan. Berilah, tenaga muda tuan-tuan untuk pendidikan rakyat, pokok dari semua kecerdasan dan kemjuan bangsa/ pekerjaanya sudah dan sulit berkehendak kepada ketabahan hati.Kalau tidak tuan-tuan yang muda-muda yang mau bersukar, bersulit dan bertabah hati itu, siapa lagi?…..” (Mohammad Natsir dalam Capita Selecta)
Semua Pahlawan pasti mempedulikan aspek pendidikan baik ia membangun sistem pendidikan, atau sekedar kuliah-kuliah untuk membentuk kader penerus estafet perjuangan. K.H Hasyim Asy’ari dengan kultur pesantrenya, K.H Ahmad Dahlan dengan sekolah Muhammadiyah, Natsir berjuang dengan Pendis (Pendidikan Islam), Tan Malaka dengan Sekolah Rakyat, M.Sjafei dengan INS Kayu Tanam, Rahmah el Yunussiyah dengan Sekolah Dinniyah putri, Rohana Kudus, R.A Kartini , dan masih banyak lagi.
K.H.R Zainuddin Fananie sang konseptor Pondok Modern Gontor menjelaskan arti pendidikan sebagai tiang bagi kemajuan.
“Permasalahan pendidikan ini menjadi permasalahan penting sepanjang masa. Pendidikan adalah tiang bagi kemajuan dan dasar dari setiap langkah (pekerjaan) yang ditempuh.” (Zainuddin Fananie dalam Pedoman Pendidikan Modern ,1934)
Jika kamu sedang mengupayakan kemerdekaan bangunlah pendidikan.
“Pendidikan tidak hanya melingkupi bidang pengajaran di sekolah-sekolah atau di rumah, tetapi juga meliputi segala yang dapat memengaruhi kebaikan jiwa manusia sejak kecil hingga dewasa dan hingga menjadi orang tua.Itulah definisi pendidikan,” tulisnya. K.H.R Zainuddin Fananie menyimpulkan kewajiban pendidikan dipikul oleh segala tingkatan umat mulai dari pendidikan di rumah, di sekolah, ataupun pergaulan di masyarakat.
Bicara tentang pendidikan tentu kita harus membicarakan tujuanya.Akan kemana kita arahkan pendidikan kita? Kemajuan seperti apa yang kita harapkan? Apakah maju seperti Amerika yang teknologinya canggih namun menindas Negara-negara kecil dan berkembang? K.H.R Zainuddin Fananie merumuskan tujuan pendidikan mengarah kepada apa yang telah Tuhan gariskan.
“Seharusnya semua pendidikan itu kita tujukan atau dasarkan pada kebaikan-kebaikan yang telah ditentukan oleh Pengatur Alam (Islam) supaya yang kita didik itu menjadi orang yang sangat sopan atau disebut sebagai bangsa yang mulia dan tinggi derajatnya.”
K.H Hasyim Asyari dan Pesantren
Sistem pendidikan tertua di Indonesia yang sampai saat ini masih eksis adalah sistem pendidikan pesantren. Seringkali pesantren dikaitkan mengadopsi pendidikan peninggalan kerajaan Hindu & budha, namun pada kenyataanya di Bali yang sampai saat ini masyarakatnya dominan beragama Hindu justru tak ditemukaan satupun sistem pendidikan seperti pesantren. Dunia pesantren ini melahirkan salah satu pahlawan besar bernama K.H Hasyim Asy’ari.
Pendiri Nahdatul Ulama ini banyak menghasilkan karya tulis dan salah satunya berkaitan dengan pendidikan. Kitab tersebut adalah Adab al-Alim wa al-Muta’allim. Dalam kita tersebut K.H Hasyim Asy’ari menerangkan konsep adab yang berkolerasi terhadap ilmu.
Sebagaimana perkatan Sang Imam Madzhab, Malik bin Anas “Pelajarilah adab sebelum engkau mempelajari Ilmu .”Dalam islam orang yang sepintar apapun tidak dapat dijadikan rujukan selama ia tidak memiliki adab.