Oleh: H. J. FAISAL S.L
Hidayatulllah.com | ENTAH saya harus tertawa terbahak-bahak, atau tertawa terpingkal-pingkal setelah mendengar pernyataan seorang menteri, bahwa orang-orang yang terkait radikalisme biasanya mempunyai wajah yang good looking. Ini sungguh menyinggung perasaan saya sebagai seorang Muslim yang Alhamdulillah dikaruniakan wajah yang good looking.
Mungkin pernyataan sang menteri ini keluar setelah beliau dan timnya melakukan penelitian yang hasilnya menyatakan bahwa ada hubungan yang positif antara good looking dan radikalisme. Atau, jangan-jangan pernyataan itu hanya bisikan-bisikan sekilas saja dari para influencer, dikarenakan para influencer mungkin banyak yang mempunyai wajah bad looking tapi malas beribadah, sehingga mereka iri dengan orang-orang yang mempunyai wajah good looking yang rajin beribadah. Mungkinkah?
Alhamdulillahnya, saya sebagai umat Muslim yang mempunyai wajah yang good looking, rajin ke masjid, senang membaca Al-Qur’an, puasa di bulan Ramadhan, dan sudah berhaji pula. Mungkin lengkaplah sudah diri saya untuk disebut radikal. Berbeda lagi dengan seorang kawan saya, dia mengaku dengan lantang, bahwa dia seorang yang radikal, tapi dia kurang pede untuk mengaku good looking.
Sebenarnya, apa sih arti radikal itu? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi V tahun 2016, kata ‘radikal’ mempunyai tiga makna. Makna yang pertama adalah, sesuatu yang diartikan secara mendasar, dan sampai kepada hal yang prinsip. Makna yang kedua, radikal adalah istilah politik yang bermakna amat keras yang menuntut perubahan (undang-undang, dan pemerintahan). Arti yang ketiga adalah radikal juga berarti maju dalam berfikir atau bertindak (ternyata ada juga arti radikal dalam artian yang positif).
Dengan demikian, jika kita hubungkan makna radikal dengan kegiatan umat Muslim di Indonesia, bahkan umat Muslim di seluruh dunia, sepertinya tidak ada hubungan positifnya. Artinya, jika memang kita interpretasikan arti radikal dengan segala kekerasan atau kegiatan terorisme sekalipun, dengan kegiatan umat Muslim dalam menjalankan Islamnya sehari-hari, sepertinya juga masih jauh panggang dari api.
Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi perdamaian dan kebersamaan. Islam bukanlah agama yang harus ditakuti, karena dikhawatirkan akan menimbulkan keonaran atau perpecahan. Tidak percaya? Coba pelajari Islam lebih dekat dan lebih dalam. Islam juga bukan agama yang mengajarkan kerusakan, baik kerusakan ekonomi, politik, dan sosial. Tidak, demi Allah, sama sekali tidak. Nehi (kata orang India)…Jika masih ada yang berpandangan demikian, berarti dia masih melihat Islam dari sisi yang sangat salah.
Bahkan sebenarnya di dalam Islam, seluruh solusi atas kekacauan yang ditimbulkan di dunia ini sudah tersedia semuanya. Islam adalah solusi. Jadi, jika masih ada manusia yang alergi terhadap Islam, dapat dipastikan dia akan sangat merugi sekali.
Banyak orang-orang yang tidak bertanggungjawab yang berbuat keonaran, dan pengrusakan dengan tujuan memfitnah agama Islam dan para pemeluknya. Bahkan bisa jadi, orang-orang yang berbuat kerusakan dan keonaran tersebut adalah orang-orang bayaran, yang dibayar oleh orang, tokoh, bahkan oraganisasi besar, bahkan sampai pada tingkat pemerintahan, yang memang tidak suka terhadap Islam. Pastinya mereka takut dengan segala hal yang berhubungan dengan kebangkitan Islam. Kaum Yahudi, komunis, dan para kaum kapitalis adalah kaum-kaum yang berada di belakang semua ini.
Baiklah, kembali ke lap top. Jika demikian, apa hubungannya good looking dengan Islam? Umat Muslim yang sangat memegang teguh ibadahnya, dipastikan akan mempunyai wajah yang good looking. Bagaimana tidak, umat Muslim selalu berwudhu lima kali sehari, minimal. Banyak anggota tubuh di wajah, yang dibersihkan secara spesifik ketika berwudhu. Jika wajah bersih, dipastikan akan nikmat dirasakan, dan enak dipandang. ‘Adeeem benerrr’…seperti kata-kata dalam sebuah iklan.
Belum lagi bagian tubuh yang lain, seperti tangan dan kaki. Bahkan, ketika selesai berhubungan intim suami istri saja, umat Muslim diwajibkan untuk mandi besar atau mandi junub, yang gunanya untuk membersihkan fisiknya secara lahiriyah, dan menyegarkan fikiran serta jiwanya secara batiniyah. Bersuci dalam segala kesempatan merupakan kewajiban bagi setiap umat Muslim.
Itu baru menjaga kebersihan raga. Umat Muslim juga selalu menjaga kebersihan jiwanya. Sholat wajib lima waktu sehari, berpuasa, berzakat, berhaji, semuanya adalah ibadah-ibadah untuk menjaga kesucian jiwa, baik secara pribadi, maupun kesucian jiwa secara social. Ibadah zakat, infaq, dan sedekah salah satu contoh ibadah untuk menjaga kesucian jiwa secara sosial.
Semua ibadah tersebut dibalut di dalam ketaqwaan, kedamaian, ketenangan, kebersamaan, dan saling menghormati. Jadi, dimana radikalnya? Ngga usah nyari-nyari yang ngga ada, deh….buang-buang energi, buang-buang waktu, dan buang-buang wibawa saja, jadinya. Nanti berkurang looh good lookingnya.
Kasihan juga dong para pahlawan Muslim kita yang telah gugur memerdekakan Negara ini. Mereka adalah para pahlawan yang Alhamdulillah mempunyai wajah-wajah yang good looking. Kurang good looking apa Pangeran Diponegoro? Kurang good looking bagaimana Bung Tomo? Kurang good looking bagaimana M. Natsir, H. Agus Salim, Bung Hatta, Hamka, dan pahlawan-pahlawan Muslim yang good looking lainnya? Masa nanti mereka dibilang radikal, juga? MasyaAllah….jangan sampai, ah.
Semoga seluruh umat Muslim dan seluruh umat-umat lainnya di Negara ini, baik yang good looking, setengah good looking, atau bahkan kurang good looking (mohon maaf sebelumnya), selalu menjaga persatuan dan kesatuan bangsa ini. Hindarilah penyelesaian suatu masalah dengan kekerasan, karena dengan kelembutan semua masalah tetap bisa teratasi. Bangsa ini tidak butuh kekerasan. Bangsa ini butuh kedamaian. Perbedaan agama, suku, bahasa, bukanlah hal untuk dijadikan landasan kebencian, tetapi justru bisa kita jadikan modal persatuan dengan kebanggaan dalam keberagaman.
Semoga pemerintah dan rakyat bisa bersatupadu dalam menyelesaikan semua persoalan bangsa, dalam segala bidang. Semoga rahmat dan berkah Allah SWT selalu menaungi kita semua. Aamiin…aamiin…aamiin ya Allah ya Robbal”alamiin. Wallahu’alam bissowab.*
Pemerhati Pendidikan/Mahasiswa Doktoral UIKA, Bogor