oleh: Muh. Nurhidayat
Hidayatullah.com | Afghanistan dilanda perang saudara. Selama beberapa pekan ini, tentara pemerintah yang diakui dunia internasional secara de jure baku tembak dengan kelompok milisi Taliban.
Lebih dari 50 persen wilayah Afghanistan telah dikuasai Taliban. Tidak sedikit wilayah yang diambil-alih Taliban tanpa adanya perlawanan, karena tentara pemerintah sudah sangat lelah bertempur dengan saudara sebangsa.
Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani tidak bisa menyembunyikan rasa sedihnya atas serangkaian kegagalan yang dialami tentara pemerintah. Terdapat ribuan tentara yang melarikan diri ke Tajikistan, setelah terus-terusan didesak mundur oleh Taliban. Selain sejumlah markas, Taliban juga mendapatkan banyak alutsista canggih warisan militer AS yang ditinggalkan begitu saja.
Perang saudara dipicu oleh invasi tentara multinasional dipimpin AS di Afghanistan. Setelah tidak kuat lagi menanggung besarnya biaya yang dikeluarkan selama 20 tahun menduduki negara tersebut, AS pun menyerah. Presiden Joe Biden menargetkan seluruh tentaranya dapat dipulangkan dari Afghanistan pada 31 Agustus 2021.
Perginya tentara AS dari Afghanistan dimanfaatkan Taliban untuk berusaha menguasai kembali negara tersebut. Hampir genap dua dekade silam, mereka digulingkan AS dan sekutunya. Mereka dituduh melindungi Al-Qaeda, kelompok yang dituduh mendalangi peledakan menara kembar WTC New York dan kantor kemenhan AS, Pentagon pada 11 September 2001. Meskipun tuduhan itu tidak akan bisa dibuktikan, (Syah, 2011).
Pasca penggulingan Taliban, dibentuklah pemerintah boneka melalui sejumlah pemilu. Selama masa pendudukan, pemerintahan di negara tersebut, mulai dari era presiden Hamid Karzai, hingga masa presiden Ghani sekarang ini, selalu disibukkan dengan perlawanan-perlawan dari Taliban. Pembangunan di negara tersebut sulit berjalan dengan baik.
Simpati Bangsa Indonesia
Kini rakyat sipil Afghanistan dibebani beratnya penderitaan akibat perseteruan internal antara pemerintahan Ghani dan kelompok Taliban. Lebih dari 1.300 orang tewas, dan sedikitnya 300 ribu lainnya mengungsi setelah rumah-rumah mereka ditimpa ledakan bom. (Rasmin dalam Hidayatullah.com, 4/8/2021).
Tidak hanya itu, bencana kelaparan massal tidak dapat dicegah lagi. Pertanian dan perdagangan Afghanistan macet sebagai dampak sampingan dari perang saudara yang dimulai pada awal 2021. Ramiz Alakbarov, pejabat kemanusiaan PBB untuk Afghanistan, menyatakan bahwa dibutuhkan bantuan pangan senilai USD 1,3 milyar. Namun bantuan yang diperoleh baru mencapai USD 450 juta. Sehingga masih dibutuhkan USD 850 juta lagi.
Selain pangan, rakyat Afghanistan juga membutuhkan bantuan kebutuhan pokok lainnya, seperti pakaian, papan (tempat tinggal), serta kesehatan. Banyak permukiman, rumah sakit, serta sarana vital lainnya hancur akibat pertempuran-pertempuran yang dilancarkan tentara pemerintah boneka dan kelompok Taliban.
Mencermati kondisi tersebut, dibutuhkan simpati dari berbagai bangsa, termasuk Indonesia. Saat ini bangsa kita dilanda kesulitan hidup akibat mengganasnya pandemi Covid-19 varian baru. Namun, meskipun sulit, kita tidak dihinggapi ketakutan terhadap bahaya perang seperti yang menimpa rakyat Afghanistan.
Kita masih merasa lebih aman berada di dalam maupun luar rumah, walaupun dibatasi oleh aturan lockdown. Semoga dengan bersimpati kepada bangsa Afghanistan, bangsa kita dapat segera dibebaskan oleh Allah swt. dari kesulitan akibat pandemi Covid-19.
Nabi Muhammad ﷺ bersabda, “Barangsiapa memudahkan urusan orang lain yang kesulitan, maka Allah memudahkan bagi (dari kesulitan) di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim No. 2699).
Salah satu simpati yang dapat ditunjukkan kepada rakyat Afghanistan adalah dengan memberikan donasi kemanusiaan bagi mereka. Kita dapat menyisihkan sebagian kecil rezeki yang telah diberikan Allah swt. dengan berdonasi melalui lembaga-lembaga kemanusiaan yang dikelola media massa maupun sejumlah organisasi Islam terpercaya di bawah koordinasi Badan Amil Zakat Nasional (Baznas).
Lembaga-lembaga kemanusiaan tersebut nantinya akan menyalurkan donasi kita, yang sangat dirasakan manfaatnya bagi rakyat Afghanistan.
Memberikan bantuan kepada sesama, baik dalam keadaan senang maupun susah, merupakan budi pekerti mulia yang dianjurkan agama. Nabi Muhammad saw. bersabda, “Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin, maka Allah melapangkan darinya satu kesusahan di akhirat.” (HR. Abu Dawud No. 3643).
Bagi pemerintah RI, simpati dapat ditunjukkan dengan mendesak dewan keamanan PBB untuk segera menerjunkan pasukan perdamaiannya di Afghanistan. Keberadaan pasukan PBB pasti lebih mudah diterima kedua belah pihak yang bertikai di negara tersebut.
Pemerintah kita juga dapat mengusulkan, agar Pasukan Garuda ikut ditugaskan di Afghanistan. Sebab reputasi baik Pasukan Garuda telah dibuktikan oleh negara-negara yang dilanda konflik seperti Libanon, Sudan, Republik Afrika Tengah, serta negara lainnya.
Bangsa Indonesia perlu menunjukkan simpatinya atas masalah serius yang dialami rakyat sipil Afghanistan saat ini. Sebagai sesama bangsa di dunia, apalagi memiliki persamaan sebagai negara berpenduduk mayoritas muslim, Indonesia – Afghanistan diharapkan dapat hidup berdampingan secara harmonis dan saling menolong.
Harus diakui, pemerintah kita sejak era presiden Sukarno hingga masa Joko Widodo sekarang, telah banyak memberikan bantuan kemanusiaan kepada Afghanistan. Namun saat ini mereka benar-benar menghadapi kesulitan hidup yang harus diberi pertolongan. Apalagi kita juga berhutang budi kepada bangsa Afghanistan, yang pada tujuh dekade silam, ketika bangsa tersebut ikut memberikan pengakuan kemerdekaan Indonesia secara de facto. (Sastranegara, 1993). Wallahua’lam.*
Penulis adalah da’i zakat Kota Semarang