Hidayatullah.com — Pembantaian Muslim 1948 tidak pernah sekalipun dibicarakan dalam wacana sejarah India modern. Tepatnya pada 17 September 1948, genosida Muslim pertama terjadi di India merdeka. Ini terjadi di negara bagian Hyderabad dan bahkan dirayakan sebagai “Hari Pembebasan.”
Kisah pembantaian mengerikan terhadap Muslim itu dibeberkan oleh pemimpin Konfres seperti Sarojini Naidu dan Ramchandra Gandhi cucu Mahatma Ghandi. Namun sayangnya, sejarah episode memilukan ini terus terkunci dan disimpan sebagai dokumen yang tidak terklasifikasi.
Atas nama “Tindakan Polisi”, terjadi penjarahan, pembakaran, pembunuhan dan pemerkosaan terhadap Muslim dalam skala besar yang sangat besar pada tanggal 17 dan 18 September 1948 di Hyderabad. Kejadian ini berlanjut hingga beberapa hari tanpa dunia mengetahui kalau ini adalah genosida Muslim pertama di India merdeka.
Diperkirakan lebih dari 200 ribu Muslim tewas dalam genosida. Kalau dipresentasekan, sekitar 20% populasi pria Muslim kehilangan nyawa mereka dalam tiga hari aksi polisi terhadap negara bagian Hyderabad.
Kemarahan publik India dan para pemimpin Kongres seperti Maulana Abul Kalam Azad lah yang memaksa Perdana Menteri Nehru untuk membentuk Komite Sunderlal untuk menyelidiki pembantaian Muslim berdarah dingin.
Laporan Komite Sunderlal menyebutkan “ketika Muslim di desa-desa dilucuti, Tentara membiarkan orang Hindu membawa senjata mereka”. “Di beberapa lokasi, anggota angkatan bersenjata membawa laki-laki Muslim dari desa dan membantai mereka,” kata laporan Komite Sundarlal.
Komite menemukan bahwa beberapa pria bersenjata dan terlatih yang tergabung dalam organisasi komunal Hindu terkenal berpartisipasi dalam pembantaian Muslim.
Ini adalah anggota Arya Samaj dan Hindu Maha Sabha yang membuat tentara India mengidentifikasi rumah Muslim dan menyerang properti mereka dan menghancurkannya. Para wanita Muslim diperkosa selama serangan gencar komunal dan jutaan anak menjadi yatim piatu.
Mungkin, peristiwa serupa terulang pada 2002 di Ahmadabad selama kerusuhan Gujarat. Satu-satunya perbedaan adalah polisi Gujarat berada di pihak para perusuh pada tahun 1948 sedangkan Angkatan Darat yang memihak para perusuh di Hyderabad.
Nafsu BJP akan darah Muslim dan merayakan genosida membuat mereka menyebut acara ini ‘Hari Pembebasan Hyderabad.’
Pertanyaannya dapat diajukan dari siapa mereka membebaskan Hyderabad. Apakah penguasa Hyderabad bukan penduduk asli India atau dia orang luar seperti Portugis?
Jadi mengapa kata “pembebasan” digunakan dalam kasus Hyderabad dan ‘integrasi’ dalam kasus negara bagian India lainnya? Pesannya cukup jelas dalam penggunaan kata ‘Pembebasan’ karena menuntut perayaan. Umat Islam yang dianggap sebagai orang luar di negara ini dan kebencian terhadap mereka, membuat peristiwa integrasi negara bagian disebut hari pembebasan di India.
Banyak negara bagian lain diintegrasikan ke India tetapi tidak ada perayaan untuk ‘Pembebasan’ dari semua negara bagian itu karena tidak ada genosida yang mengikuti integrasi mereka.
Dalam kasus Hyderabad, 17 September diperingati setiap tahun sebagai “Hari Pembebasan” Hyderabad karena ini adalah genosida pertama umat Islam yang dilakukan di India merdeka. Itulah sebabnya brigade Hindutva ingin merayakan kesempatan itu sebagai kemenangan umat Hindu atas umat Islam dengan menyamarkannya dengan kata “Hari Pembebasan.”
Ini adalah tindakan yang sangat memalukan oleh kekuatan fasis di India. Mereka ingin menjadikan ini sebuah narasi tentang kemuliaan yang tidak manusiawi dan merayakan pembunuhan sesama manusia dan menyebutnya sebagai “hari pembebasan.”
Faktanya adalah mereka yang merayakan genosida Muslim Hyderabad adalah kanibal, yang menikmati hari pembunuhan sebagai hari pembebasan.
Tidak ada yang dapat menyangkal fakta bahwa peristiwa 17 September adalah salah satu episode terburuk dalam sejarah India. Apa yang terjadi selama insiden tersebut adalah tragedi kemanusiaan yang tercela.
Seharusnya tidak ada keriuhan untuk integrasi negara bagian ke dalam persatuan India. Jika memang hari ini harus diingat, itu harus dengan catatan khidmat, mengingat orang mati dan bukan hari perayaan pembantaian manusia dan menamakannya hari pembebasan.
Ini benar-benar memalukan bagi generasi Muslim saat ini yang tinggal di sana. Perayaan seperti itu atas nama pembebasan Hyderabad membuka luka dari genosida Muslim pertama di India merdeka. Sementara perayaan semacam itu mungkin memberikan kesenangan narsisis bagi sebagian orang India, itu benar-benar menyakitkan dan membuat marah banyak Muslim yang tak berdaya menonton insiden semacam itu.
Jadi 17 September 1948 adalah hari genosida di mana Muslim dibantai dalam skala yang sangat besar di Hyderabad. Perayaan seperti itu perlu dikubur sekali dan untuk selamanya.*
Syed Ali Mujtaba
Sumber: Muslimmirror.com