Hikmah tersebut adalah bahwa semua orang yang berpikir sehat dan independen ternyata dapat menemukan sebuah fakta yang akan melindunginya dari racun kesesatan yang dihembuskan para durjana itu, dan melindunginya dari pengaruh orang dungu sesat ini.
Betapa tidak, dengan mengetahui bahwa Muhammad merasa sangat ketakuatan ketika di Gura Hira berhadapan dengan Jibril yang menyuruhnya untuk membaca, kita dapat mengetahui bahwa wahyu sama sekali bukanlah bisikan hati yang muncul dari dalam diri baginda Nabi, melainkan sebuhah bentuk `pertemuan´ dengan realitas eksternal yang sama sekali tidak memiliki hubungan dengan diri atau jiwa Muhammad Shallalu ‘alaihi Wassalam sendiri.
Tindakan JIbril yang merengkuh kuat saat menurunkan ayat pertama hingga tiga kali seraya berkata, “Bacalah! Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan, yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah, yang telah mengajar (manusia) dengan perantaraan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang ia tidak tahu“ (QS al-Qalam : 1-5) menegaskan adanya hubungan eksternal antara dua mahkluk Allah Subhanahu Wata’ala ini.
Hal ini tentu membantah tuduhan bahwa ketika menerima wahyu pertama, Muhammad sedang mendengar bisikan hatinya sendiri.
Antara Robert Morey dan Waraqah
Di saat itu Rasulullah benar-benar ketakutan disebabkan hal yang ia dengar dan apa yang dilihatnya.Pengalamannya bertemu Jibril membuat beliau menghentikan khalwatnya di Gua Hira dan langsung kembali ke rumahnya menemui istrinya Hadijah dengan hati yang bergetar.
Hikmah di balik itu adalah agar setiap orang yang berakal sehat mengerti bahwa saat itu Rasulullah sama sekali belum mengenal risalah yang dibebankan atasnya untuk kemudian disebarkan ke seluruh dunia.
Selain itu, kita bisa memahami bahwa wahyu yang turun kepada Muhammad bukan sesuatu yang menjadi kelanjutan dari sesuatu yang dibayangkan atau terbesit dalam hati Muhammad sendiri. Wahyu itu muncul dalam bentuk yang menguncang dan mengejutkan bagi bagnida Nabi ShAllah Subhanahu Wata’alau ‘alaihi Wassalam.
Jadi, tidak diragukan lagi bahwa sesuatu yang turun kepada Muhammad bukanlah bayang-bayang dalam angan yang kemudian muncul dalam jiwa Muhammad yang kemudian untuk dijadikan sebagai akidah yang lurus untuk disampaikan kepada umat manusia.
Uraian di atas menunjukkan bahwa isi hati atau bayang-bayang yang muncul dari dalam benak seseorang tidaklah mungkin dapat membuat ketakutan yang menggetarkan jiwanya.
Angan-angan di dalam batin tidaklah mungkin terkait dengan ketakutan. Tuduhan bahwa Muhammad berdusta dan mengada-ngada terhadap risalah yang dibawanya akan sirna dengan sendirinya. Hal itu disebabkan pribadi Muhammad adalah sosok yang terpercaya di kalangan masyarat Arab saat itu.
Dengan demikian, tuduhan yang dilemparkan Robert Morey kepada Rasulullah Saw adalah sebuah kebohongan yang tidak ada dasarnya.
Selain itu, sepulang Khadijah ke rumah, Nabi Muhammad masih tidur dan tidak berapa lama bangun. Kemudian Khadijah menceritakan kejadian yang terjadi pada Nabi Muhammad di Gua Hira pada Waraqah bin Naufal, seorang pendeta Nasrani yang tinggal di Makkah.
Betapa terkejutnya Waraqah, karena dia sudah mengetahui tentang keNabian Muhammad dari Injil (Injil berbahasa Arab yang masih asli). Bahkan saat dibacakan tentang Surah Al-‘Alaq, ia semakin yakin bahwa Muhammad seorang Nabi.
“Waraqa bertanya (kepada Nabi), ”Apa yang kamu lihat?” Di saat Nabi menceritakannya, Waraqah menjawab, “Itu adalah malaikat yang oleh Allah Subhanahu Wata’ala utus kepada Musa. Andai aku masih hidup hingga engkau menerima wahyu, pastilah aku akan mendukungmu sekuat tenaga.” (HR. Bukhari)
Waraqah bin Naufal adalah seorang pendeta yang meyakini Taurat dan Injil (ketika masih asli), di mana banyak disebutkan tanda-tanda adanya keNabian Muhammad. Sementara Robert Morey, sebagaimana orang-orang kafir lain yang selalu mencari celah untuk meragukan Islam dan kebian Muhammad.
Jika orang yang berakal sehat saja bisa memahami bahwa getaran tubuh yang dialami baginda Nabi di Gua Hira ketika menerima wahyu pertama disebabkan oleh adanya hubungan eksternal antara malaikat Jibril dengan Muhammad, maka bagaimana dengan Robert Morey yang katanya ahli filsafat yang berpengetahuan dan berpikiran luas.
Hemat saya, akal yang dimiliki Robert Morey tak lagi mampu berpikir secara objektif. Dan setiap apa yang ia pikir tentang baginda Nabi hanya akan menghasilkan kesimpulan yang negatif.*
Mahasiswa Universitas al-Azhar, Mesir. Berprofesi sebagai anggota IPSA (Ikatan Penulis Santri Aceh). Alumni Dayah Ummul Ayman Samalanga, Aceh