Oleh: Eri Adiati
BELUM lama ini muncul gerakan Relawan Kampus (REKAM), sebuah gerakan anti pelecehan seksual pada perempuan yang ada di kampus saya, Univesitas Mulawarman (Unmul). Namun kehadiran mereka rupanya menimbulkan pro dan kontra.
Gerakan REKAM (Relawan Kampus) yang dipelopori oleh Perempuan Mahardika menggandeng organisasi mahasiswa lainnya, membuat banyak pihak ada yang setuju dan ada yang tidak. Gerakan ini terbilang masih baru dan didirikan oleh sekelompok mahasiswa yang merasa mendapat pelecehan seksual di kampus.
Belangan, saya berkesimpulan, gerakan ini tidak layak diangkat menjadi layaknya gerakan ‘pemberontakan‘. Mengapa ?
Terlihat dari segala macam alasan dibentuknya gerakan atau forum tersebut adalah karena lebih semata-mata ingin memperjuangkan kesetaraan gender perempuan dengan laki-laki, jadi lebih cenderung berbau propaganda gerakan feminism yang liberal.
Menurut saya, aksi seperti ini hanya ingin mengajak atau mempropaganda kaum perempuan untuk menjadi lebih bebas berekspresi sama seperti laki-laki, dan ini sangat bertentangan dengan apa yang saya yakini selama ini, Islam.
Bahwa pada dasarnya perempuan adalah makhluk yang memiliki batas dalam berekspresi seperti dalam hal berpakaian. Sudah dijelaskan bahwa batas pakaian perempuan adalah menutup aurat dengan ketentuan yang syar’i, karena itu justru untuk melindungi perempuan dari berbagai macam tindakan yang tidak baik.
Kaum perempuan tidak akan diganggu oleh kejahatan seperti pelecehan seksual jika mereka sendiri berusaha untuk melindungi dirinya dengan cara berpakaian yang baik dan tidak mengundang nafsu kaum lelaki.
Namun, jika perempuan tersebut sudah menjalankan batasnya dengan sebaik-baiknya tetapi masih saja ada laki-laki yang mengganggunya, ini pasti ada yang keliru. Jangan-jangan ada yang salah di pihak perempuan, atau memang perlu dikoreksi pihak laki-laki nya.
Banyak juga kasus yang menyalahkan kaum perempuan karena gaya berpakaiannya, maka itu alasan bagi laki-laki untuk lebih mudah menuduh dan justru mengklaim sebagai ‘korban’.
Tidak mengherankan, karena apa? Sama saja membiarkan barang berharga tergeletak begitu saja di lantai sementara orang-orang dengan bebas berlalu lalang. Apa yang akan dilakukan orang tersebut jika tiba-tiba muncul niat yang buruk ? Tentu akan mengambil barang tersebut dan mengklaim sebagai miliknya, tetapi tidak bagi orang yang memiliki niat baik. Mereka akan tetap membiarkan barang tersebut atau yang lebih baik lagi mengembalikan kepada si pemilik.
Jika seorang perempuan Indonesia –dalam konteks ini berpakaian yang tidak sesuai dengan kebudayaan Timur– maka sadar atau tidak ia sudah ‘mengundang’ mata ‘jahat’ lelaki untuk hadir padanya.
Bukan tidak mungkin mereka para lelaki akan berbuat yang tidak baik terhadap kita. Lain persoalan jika perempuan sudah berpakaian sewajarnya dan tidak melanggar batas, bagi lelaki dengan niatan baik akan menjaga matanya dan sebaliknya lelaki dengan niatan buruk akan tetap berimajinasi dengan pikirannya sendiri.
Maka dari itu kita sebagai perempuan tidaklah harus mengumbar ingin kesetaraan yang sama dengan laki-laki alasannya berkedok anti pelecehan seksual melalui sebuah gerakan atau forum.
Gerakan feminis semacam ini memang menimbulkan pro dan juga kontra di kalangan masyarakat, namun kita sebaiknya mengetahui apa yang sudah ada dalam diri kita dan apa yang seharusnya kita lakukan.
Kaum perempuan akan dipandang terhormat di hadapan lelaki jika mereka tau akan posisinya sebagai perempuan dan bertindak sewajarnya dan tidak melebihi batas seorang perempuan.
Kembali lagi ke kebudayaan Timur kita di Indonesia. Sejak arus globalisas ini, jelas membawa dampak khusus bagi kaum perempuan untuk lebih bebas berekspresi. Fenomena hijab yang sudah kita lihat di sekitar adalah salah satunya.
Tidak mengherankan banyak yang salah berpersepsi kalau hijab hanya untuk modernitas semata tanpa tahu maksud dan tujuan yang sebenarnnya seperti apa.
Memakai hijab dengan lekuk tubuh yang tercetak jelas tidak ada gunanya (banyak diplesetkan menjadi jilbo*bs), akan tetap ‘mengundang’ lelaki untuk melihatnya.
Untuk kaum perempuan, gerakan feminis anti pelecehan seksual ini sudah bukan isu baru lagu. Apa saja yang didapat apabila kita sudah mengikuti gerakan ini?
Apakah untuk ditakuti oleh kaum lelaki dan mengangkat derajat perempuan ?
Dengan tidak terlibat gerakan ini, perempuan sesungguhnya memiliki derajat yang sama dengan lelaki, yakni dengan menyadari kodrat kita sebagai perempuan.
Semua agama mengajarkan hal yang sama, kita tidak bisa mengelaknya. Serta untuk kaum lelaki, mari berpikir positif tentang perempuan. Anggap mereka sama seperti ibu atau saudara perempuan kalian. Pelecehan seksual akan dapatdihindari jika kita melakukan pembenahan pada diri kita sendiri.*
Penulis adalah Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional, Fisip, Univesitas Mulawarman Kaltim