Oleh: M. Kharis Majid
PADA zaman yang serba modern ini umat Islam selalu dianggap sebagai peradaban yang mundur. Karena Barat telah menguasai sains yang merupakan inti dari suatu peradaban. Hal ini terjadi karena peradaban Barat trauma dengan pengalaman buruk mereka yaitu ketika pada masa zaman kegelapan, yang mana ilmu pengetahuan di Barat tidak dapat berkembang karena kekangan greja yang amat dahsyat terhadap para ilmuan.
Yaitu suatu peristiwa yang mana segala sesuatu harus ditentukan oleh greja, sehingga pada zaman ini disebut sebagai zaman kebodohan bagi peradaban Barat karena tradisi keilmuan tidak dapat berkembang sama sekali. Hal ini terbukti ketika ilmuan Copernicus dan Galileo menemukan hukum bahwa Bumi bukanlah pusat alam semesta, melainkan bumi berputar mengelilingi matahari, sehingga dari pihak greja menghakimi mereka agar mereka mau untuk menggugurkan teorinya itu karena bertentangan dengan ajaran gereja.
Di masa ini mereka mengingkari adanya peradaban yang tumbuh dan berkembang secara pesat di tempat lain pada abad 6 s/d 13 M, yang mana peradaban ini memberikan sumbangsih terbesar terhadap ilmu pengetahuan modern saat ini.
Peradaban tersebut tidak lain adalah peradaban Islam yang sedang dalam masa keemasannya. Banyak para ilmuan Muslim yang menemukan penemuan-penemuan ilmiahnya, sehingga berkembang dan masih dipakai pada saat ini. Akan tetapi Barat tidak mengakui akan adanya sumbangsih Islam terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Karena orang-orang Barat itu sendiri berkeyakinan bahwa hanya peradaban Yunani dan Romawi sajalah yang memberikan pengaruh dalam perkembangan ilmu pengetahuan saat ini.
Seperti yang disebutkan oleh Dr. Hamid Fahmy zarkasyi dalam bukunya Peradaban Islam bahwa Barat sendiri adalah suatu peradaban yang mengambil filsafat, pendidikan dan pengetahuannya dari peradaban Yunani, hukum ketatanegaraannya dari peradaban Romawi dan keagamaannya diambil dari agama Yahudi dan Kristen.
Sedangkan Islam sendiri adalah suatu peradaban yang tumbuh dan berkembang berdasarkan pada wahyu sehingga memiliki pandangan hidup yang sempurna, yang dapat dipelajari dan diterapkan dalam kehidupan sehingga muncul dari dalamnya tradisi keilmuan yang dapat memberikan manfaat kepada masyarakat. Sehingga terciptalah masyarakat yang aman tentran dan damai.
Dalam Islam sendiri tidak ada dikotomi antara agama dan ilmu pengetahuan. Seperti halnya yang dikatakan oleh Jamaluddin Al-Afghani bahwasanya barang siapa melarang belajar sains dan ilmu pengetahuan dengan alasan untuk menjaga agama Islam, maka ia adalah musush agama yang sebenarnya. Sikap Islam sendiri terhadap ilmu pengetahuan yang ada di Eropa yaitu dengan mengasimilisasikannya dengan ajaran Islam, sehingga Islam sebagai agama dan peradaban yang menyempurnakan ajaran-ajaran terdahulu.
Kontribusi Islam sendiri kepada Barat terjadi ketika masa pembebasan Andalusia pada abad ke 7 M.
Di tempat ini karya-karya ilmuan Yunani diterjemahkan kedalam bahasa Arab yang nantinya diadopsi oleh peradaban Barat karena mereka tidak bisa memahami pemikiran-pemikiran Yunani tanpa adanya terjemahan dari orang Islam.
Ketika Barat mengklaim bahwasanya Islam tidak memberikan kontribusi apapun kedalam perkembangan ilmu pengetahuan modern, adalah pernyataan yang tidak benar. Karena pada dasarnya mereka sendiri telah menggunakan pemikiran-pemikiran ilmuan Muslim dalam kehidupan mereka. Hal ini terbukti dengan terpecahnya aliran teolog Kristen menjadi aliran Avveroisme dan Avvecinian yang tidak lain mereka adalah para ilmuan Muslim yang memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.
Masa kebangkitan Barat Eropa sendiri berangkat dari penerjemahan karya-karya ilmuan Muslim yang sangat canggih ke dalam bahasa mereka, yang sering kita kenal dengan istilah translation age. Dalam buku Ketika Barat memfitnah Islam karya Lathifah Ibrahim Khadar menyebutkan bahwa seorang penulis Spanyol Plasco Abianz mengatakan bahwa kebangkita Eropa tidak datang dari Utara, tapi dari Selatan bersama kaum Muslimin yang membawa peradaban dan kemajuan. Lain dari pada itu dia juga mengatakan bahwa ’’Telah berdiri dan berkembang suatu peradaban yang paling indah dan kaya di Eropa pada abad pertengahan (8-15M)’’, yaitu peradaban Islam.
Sebab peradaban Islam adalah suatu peradaban yang mampu menciptakan manusia-manusia yang beradab dan maju. Hal ini dikarenakan Islam memberikan kebebasan pada akal manusia untuk mencari ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya. Karena dalam Islam ilmu pengetahuan tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Sir Syed Ahmad Khan sendiri mengatakan bahwa karya Tuhan tidak akan bertentangan dengan kata atau firmanNya.
Kemudian ketika Barat bangkit dari masa kegelapannya yaitu ketika mereka berhasil menerjemahkan karya-karya ilmuan Muslim, mereka mulai menguasai sains modern. Sehingga muncullah para ilmuan-ilmuan Barat yang mengembangakan ilmu yang ditemukan oleh ilmuan-ilmuan sebelumnya, yang tidak lain adalah karya para ilmuan Muslim.
Pada saat yang bersamaan Islam sendiri mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor. Di antaranya yang pertama, terjadinya perang salib dan serangan dari bangsa Mongol. Yang mana serangan dari tentara Mongol ini berhasil meruntuhkan kekuatan Abbasiyah.
Kedua, hilangnya pandangan Islam internasional ditambah munculnya kekuatan Barat yang berangkat dari jalur perdagangan. Sehingga bangsa Barat mampu mengusai Islam dari dalam serta menyerangnya dari dalam diri umat Islam sendiri.
Ketiga, sikap meterialisme dalam diri umat Islam. Yaitu ketika perkembangan Islam yang begitu pesat, kebanyakan umat Islam lebih mementingkan kepentingan pribadinya, sehingga muncul sikap materialistis dalam segi moral dan intelektual. Maka, kemunduran umat Islam sendiri disebabkan dari faktor internal dan eksternal.
Dengan melihat kemunduran umat Islam saat ini, maka perlulah ada usaha dalam membangun kembali peradaban Islam. Sebagaimana ketika masa Abbasiyah yang mana Islam merupakan suatu peradaban dengan penuh kearifan dan memiliki tradisi keilmuan yang canggih serta merupakan peradabana yang memiliki pengaruh besar terhadap suatu bangsa, yang mana Islam dalam masa keemasannya.
Di antaranya yang dapat dilakukan umat Islam adalah pertama memahami sejarah jatuh bangunnya peradaban Islam di masa lalu, kedua memahami kondisi umat Islam masa kini serta mengidentifikasikan masalah dan problematikanya yang sedang dihadapi umat Islam saat ini, ketiga memahami kembali konsep-konsep kunci dalam Islam.
Ilmu Pengetahuan
Selain tiga hal di atas, dalam mengembalikan kemajuan peradaban Islam perlu adanya perhatian khusus serta dukungan kuat dari seluruh umat Islam terhadap ilmu pengetahuan. Karena menurut Prof. Dr. Abdus Salam dalam bukunya ‘Sains dan Dunia Islam’ menyebutkan bahwa salah salah satu penyebab kemunduran keilmuan dalam Islam adalah sikap acuh umat Islam sendiri terhadap sains (ilmu pengetahuan).
Selain dari itu perlunya adanya Islamisasi sains karena Barat pada akhirnya Barat telah mendikotomikan antara sains (ilmu umum) dengan ilmu agama. seakan-akan tidak ada hubungannya antara sains dan agama. Karena tradisi keilmuan yang muncul di Barat berdasarkan pengalaman pahit mereka terhadap greja. Yaitu ketika greja memusuhi ilmu pengetahuan Sehingga pada akhirnya mereka memisahkan antara urusan agama dan ilmu pengetahuan.
Sebab dalam Islam tidak ada dikotomi antar ilmu pengetahuan dengan agama. Sehingga sains yang ada pada zaman modern ini perlu diasimilisasikan dengan ajaran-ajaran Islam yang berdasarkan kepada al-Qur’an sebagai kalam Ilahi. Seperti halnya yang telah dilakukan para ilmuan Muslim ketika masa keemasan Islam. Sehingga Islamisasi sains berarti membebaskan sains dari segala aspek yang bertentangan dengan worldview Islam, yaitu menyangkut konsep, asumsi, lambang, etika, penafsiran, dan lain-lain.*
Peserta Pendidikan Kader Ulama (PKU) UNIDA – Gontor, angkatan IX