Hidayatullah.com–Ketua Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo), Yuzlam Fauzi, menilai, potensi perbankan syariah masih besar, meskipun secara pangsa pasar masih kecil dalam kontribusi perbankan Indonesia.
Ia menilai pertumbuhan perbankan syariah masih bergantung kepada pertumbuhan kesadaran mengenai akidah Islam yang masih tergolong baru di Indonesia.
Yuzlam mengingatkan, pencapaian tersebut karena oleh pertumbuhan pengetahuan Islam yang masih relatif baru. Namun secara umum, ia meyakini pertumbuhan perbankan syariah bakal terus menaik seiring dengan infrastruktur syariah yang semakin menaik.
“Kita lihat infrastruktur syariah sudah baik dengan kampus syariah, dengan berbagai jurusan perbankan syariah, belum lagi dengan pertumbuhan aset yang kian meningkat, walau di Indonesia banyak yang masih abangan dan banyak yang tidak sadar mengenai pentingnya pertumbuhan syariah,” kata Yuzlam di Jakarta, Kamis (27/6/2013).
Selain itu adanya berbagai komunitas syariah di Indonesia yang terdiri dari Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), Asbisindo, dan Ikatan Saudagar Muslim Indonesia (ISMI), ikut mendukung penetrasi perbankan syariah. Bahkan beberapa lulusan di antaranya menduduki posisi penting sebagai regulator di lembaga keuangan.
Ia pun melihat efek perbankan syariah merupakan efek akumulasi yang terkait dengan modernisasi Islam yang dimulai sedari 63 tahun lalu. Pada masa inilah Islam mampu berkembang dengan pesat dan melahirkan golongan kelas menengah yang sadar akan praktik ke-Islam-an.
“Pada masa itu kesadaran atas Islam menaik seiring dengan pengetahuan atas ke-Islam-an melalui sosialisasi pemerintah. Dampaknya adalah maraknya pembangunan masjid dan berbagai infrastruktur lainnya, termasuk produk syariah dalam perbankan,” katanya, dalam Tribunnews.
Pernyataan itu menanggapi pernyataan Muliaman Hadad, Kepala Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang mengatakan perbankan syariah harus bergerak cepat dalam merespon perubahan positif dalam perekonomian indonesia.
Menurut Muliaman, jika tidak tanggap dalam mengambil sikap maka perbankan syariah akan gagal menanggapi pertumbuhan konsumsi domestik yang diprediksi akan meningkat.
“Jika tidak tertangani akan menghilangkan kesempatan untuk bertumbuh dengan baik, padahal perekonomian ekonomi domestik semakin menarik dengan pendapatan per kapita uang semakin meningkat,” katanya.
Muliaman yang juga menjabat sebagai Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) mengatakan, selama ini perbankan syariah masih belum dapat berkontribusi banyak terhadap program finansial inklusion (penetrasi keuangan).
Maka dari itu Muliaman mengajak segenap anggota Asbisindo untuk segera melakukan edukasi keuangan kepada masyarakat mengenai produk jasa keuangan syariah.*