Hidayatullah.com | HAEDAR Nashir menuliskan testimoninya tentang sosok seorang saudagar Muslim pada autobiografi pengusaha itu. Haedar mengungkapkan pengakuan pada riwayat hidup pribadi sosok tersebut tahun lalu.
Tahun ini, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu kembali menyampaikan testimoninya terhadap sosok yang sama.
Namun, kali ini suasananya berbeda. Haedar mengungkapkan pengakuannya tentang sosok yang telah meninggal dunia.
Adalah Muhammad Nadjikh, salah seorang pengusaha sukses yang juga Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) PP Muhammadiyah. Amanah ini diembannya sejak Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, tahun 2015 lalu.
Belum juga Muktamar ke-48 digelar tahun ini, Nadjikh sudah lebih dulu dipanggil oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Innalillahi wainnailaihi raji’un. Haedar Nashir berduka atas kepergian pengusaha dan kader Muhammadiyah tersebut.
Sebagaimana informasi dihimpun hidayatullah.com, Nadjikh, salah seorang tokoh besar perikanan Indonesia ini, berpulang ke Rahmatullah pada Jumat (17/04/2020) pukul 10.00 WIB.
Haedar mengakui peran penting terhadap umat lewat Muhammadiyah, khususnya dalam bidang ekonomi. Nadjikh diamanahi sebagai Ketua MEK karena keberhasilan dan pengalamannya dalam dunia usaha atau bisnis.
Sebagai Ketua MEK, pengusaha sukses dari Gresik, Jawa Timur, ini gigih membentuk dan mengembangkan aktivitas Jaringan Saudagar Muhammadiyah (JSM).
Persyarikatan ini punya harapan besar kepada Najikh, dengan kepiawaiannya dalam berbisnis dapat mengembangkan ekonomi dan kewirausahaan di lingkungan ormas berusia 48 tahun itu.
Najikh semasa hidupnya sekaligus diharapkan menularkan virus “n-Ach” (need for Achievement) kesaudagarannya kepada para wirausahaan dan mereka yang belajar bisnis di Muhammadiyah.
“Harapan kepada Pak Najikh demikian besar sehingga dalam satu periode dapat terbangun kondisi dan perkembangan dunia bisnis dan kewirausahaan, sebagai bagian dari program ekonomi yang menjadi pilar ketiga gerakan Muhammadiyah setelah pendidikan dan sosial kesehatan,” ujar Haedar kutip website resmi persyarikatan.
Warga dan kolega Muhammadiyah sangat dekat dengan almarhum Nadjikh. Pembawaannya ramah dan riang sebagaimana pada umumnya, kata Haedar, kawan-kawan dari Jawa Timur. Orang dibuatnya tidak sungkan, sehingga nyaman dalam berinteraksi.
Haedar mengaku ia mengenal lebih dekat setelah Nadjikh diamanati sebagai Ketua MEK periode Muktamar Makassar 2015-2020.
“Tahun lalu sempat memberi testimoni tertulis untuk autobiografinya. Terakhir di Surabaya sempat menjadi salah satu saksi bagi pernikahan putranya,” tutur Haedar.
Sebelumnya, setahun pasca Muktamar ke-47, Nadjikh pernah menyampaikan -sebagai rekomendasi Rakernas MEK PP Muhammadiyah dan Temu Jaringan Saudagar Muhammadiyah- bahwa perlunya sebuah solusi nasional terhadap pengembangan ekonomi.
Hal ini katanya tidak lepas dari gini rasio Indonesia yang mencapai 0,43 serta pertumbuhan ekonomi sebesar 4,92 persen.
Baca: Temu Jaringan Saudagar Muhammadiyah Keluarkan Lima Rekomendasi
Nadjikh juga menyampaikan, Muhammadiyah mengakui untuk mendorong perekonomian nasional adalah menggerakkan sektor riil di masyarakat.
Nadjikh, dalam kesempatan di Yogyakarta (Mei 2016) sebagaimana diberitakan hidayatullah.com itu, juga menyampaikan, besarnya potensi ekonomi yang dimiliki oleh Muhammadiyah dari hulu dan hilir akan mendorong kekuatan ekonomi persyarikatan.
“Satu Juta Pengusaha”
Pada gelaran Temu Jaringan Saudagar Muhammadiyah di Hotel Garden Palace, Surabaya, Jumat, (11/12/2015) silam, Nadjikh pernah melontarkan rencana melahirkan satu juta pengusaha Muslim dari ormas itu.
Ia menyampaikan, disparitas kekayaan dan kesejahteraan antara kelompok masyarakat yang dianggap sudah di luar kewajaran sebagai salah satu persoalan kekinian umat Islam khususnya, dan rakyat Indonesia umumnya.
Umat Islam yang mencapai 85 persen dari sekitar 250 juta penduduk Indonesia hanya mengendalikan sekira 20 persen kekayaan Indonesia. Pengusaha Muslimpun masih sangat sedikit jumlahnya.
“Untuk itu, kita akan membuat gerakan ciptakan satu juta pengusaha Muhammadiyah di semua bidang usaha di seluruh Indonesia,” ujarnya sebagaimana telah diberitakan hidayatullah.com.
Wafatnya Nadjikh tentu meninggalkan duka mendalam bagi umat, Muhammadiyah pada khususnya. Akan tetapi, kepergian CEO PT Kelola Mina Laut itu di sisi lain meninggalkan spirit khusus bagi para pebisnis Muslim.
“Alhamdulillah spirit dan etos saudagar Muhammadiyah terus menggeliat,” ujar Haedar.
Ia pun berharap semoga keluarga almarhum diberi kesabaran dan kekuatan sehingga ikhlas menerima musibah ini.
“Muhammadiyah Jawa Timur dan nasional betul-betul kehilangan Pak Najikh. Kita lepas beliau dengan ikhlas diiringi doa semoga husnul khatimah, diampuni kesalahannya, serta diterima amal ibadahnya di sisi Allah Subhanahu Wata’ala,” ungkapnya.*