Sebuah outlet media Yahudi pro-Israel dilaporkan telah diizinkan untuk melakukan peliputan dari Madinah, kota suci umat Islam yang dilarang dimasuki non-Muslim.
Hidayatullah.com — Jewish News, yang jelas-jelas pro-Israel dan Zionis, memposting video seorang editor beritanya bernama Justin Cohen berada di sebuah lokasi yang tidak diketahui di Madinah.
Surat kabar tersebut mengklaim ini adalah peliputan pertama yang pernah dilakukan media Yahudi dari Madinah dan merupakan bagian dari misi pencarian fakta selama empat hari yang diselenggarakan oleh Woolf Institute “untuk mengeksplorasi perubahan sosial di negara itu, hubungan dengan orang Yahudi dan Kristen serta terkait kemungkinan hubungan yang lebih dekat dengan Israel.”
Dilansir 5Pillars, Cohen berkata dalam video: “Saya berdiri di sini di kota kuno Madinah di selatan Arab Saudi, kota tempat Islam pertama kali berkembang pada masa Muhammad dan yang dulu sepertiga populasinya adalah Yahudi.
“Tapi setahun yang lalu tidak mungkin bagi saya untuk berdiri di sini di tanah Madinah sampai ada perubahan hukum di bawah otoritas saat ini. Semua non-Muslim akan diblokir untuk naik pesawat dari Riyadh. Namun orang-orang itu akan melewatkan sejarah Yahudi yang kaya.
“1.400 tahun setelah seorang Yahudi terakhir kali menanam pohon kurma di sini, kami melakukan hal yang sama dengan menerima Schecheiyanu (berkah) untuk menandai kesempatan itu.
Kami menyaksikan pemakaman di mana diyakini bahwa orang Yahudi dan Muslim dimakamkan, dan mungkin yang paling mengharukan ialah mendengar tentang tokoh Yahudi legendaris yang menawarkan untuk bergabung dengan Nabi Muhammad untuk melawan musuh-musuhnya. Dia akan mati dalam pertempuran itu, meninggalkan kekayaannya yang besar kepada Muhammad yang pada gilirannya akan menyumbangkannya kepada yang orang-orang miskin.”
Hingga tahun lalu, non-Muslim dilarang mengunjungi Makkah dan Madinah karena Ayat Alquran dalam Surat At Taubah ayat 28:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّمَا الْمُشْرِكُوْنَ نَجَسٌ فَلَا يَقْرَبُوا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ بَعْدَ عَامِهِمْ هٰذَا ۚوَاِنْ خِفْتُمْ عَيْلَةً فَسَوْفَ يُغْنِيْكُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖٓ اِنْ شَاۤءَۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ
“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis (kotor jiwa), karena itu janganlah mereka mendekati Masjidil Haram setelah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin (karena orang kafir tidak datang), maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.”
Ada juga sejumlah hadits yang mendukung pelarangan non-Muslim memasuki kota-kota suci, meskipun ada beberapa perbedaan pendapat tentang interpretasi mereka.
Ulama lain mengatakan non-Muslim diizinkan mengunjungi Madinah untuk jangka waktu tertentu untuk menyelesaikan bisnis mereka.
Tahun lalu, lima puluh pemimpin bisnis Yahudi yang berafiliasi erat dengan Israel mengunjungi Masjid Nabawi di Madinah atas undangan otoritas Saudi.
Menulis di Jerusalem Post, Avi Jorish, seorang rekan senior di Dewan Kebijakan Luar Negeri Amerika, mengatakan kunjungan itu dimaksudkan untuk mempromosikan “kesepahaman, rasa hormat, dan toleransi.”
Kunjungan non-Muslim ke Madinah terjadi di tengah proses westernisasi dan de-Islamisasi di negara tersebut di bawah kepemimpinan Putra Mahkota Muhammad bin Salman.
Ada juga banyak spekulasi bahwa Arab Saudi akan menormalisasi hubungan dengan Israel di masa depan.
Otoritas Saudi secara luas dianggap telah memberikan lampu hijau kepada UEA, Bahrain, Maroko, dan Sudan untuk menormalisasi hubungan dengan Israel.
Pada Mei tahun lalu, para rabi Zionis dari Amerika, Italia, dan Prancis berpartisipasi dalam acara antaragama di Arab Saudi yang diselenggarakan oleh Liga Muslim Dunia.
Pada tahun 2021, sebuah kebocoran informasi yang sangat besar mengungkapkan bahwa beberapa negara Muslim, termasuk Arab Saudi, membeli perangkat lunak mata-mata atau spyware Israel yang dapat digunakan sebagai senjata pengawasan dunia maya.
Pada tahun 2020 media Israel melaporkan bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu diam-diam terbang ke Arab Saudi untuk bertemu dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman dan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo.
Dan pada tahun 2018 Arab Saudi membuka wilayah udaranya untuk pertama kalinya bagi penerbangan komersial ke Israel dengan peresmian rute Air India antara New Delhi dan Tel Aviv.*