Hidayatullah.com—Akhir-akhir ini marak pengobatan alternatif di tengah masyarakat. Yang paling hangat adalah pengebotan yang dilakukan oleh Ida Dayak, yang sedianya melakukan beberapa pelayanan namun terpaksa dibatalkan karenanya situasinya kurang kondusif.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, MMB, melihat kerumunan ini disebabkan oleh dua hal, yaitu mudahnya informasi untuk diviralkan, serta tingginya kebutuhan warga untuk sembuh dari penyakitnya.
Menurut Prof. Ari, penyebaran informasi saat ini begitu cepat, sehingga segala informasi mudah diviralkan. “Dulu informasi tersebar dari mulut ke mulut, seperti saat Ponari dikenal masyarakat. Dengan batu yang dimasukkan dalam air, orang merasa lebih nyaman dan sehat ketika mengonsumsi air tersebut. Informasi itu tersebar dari mulut ke mulut dan tidak semasif sekarang. Sementara, untuk fenomena Ida Dayak, informasinya tersebar secara viral, sehingga masyarakat berbondong-bondong datang ke sana,” ujar Prof. Ari dikutip laman Universitas Indonesia (UI) belum lama ini.
Selain itu, fenomena ini juga menunjukkan tingginya upaya masyarakat untuk sembuh dari penyakitnya melalui segala cara, termasuk menjalani pengobatan alternatif. Masyarakat masih percaya bahwa terapi-terapi tradisional bisa mengatasi kondisi sakitnya.
“Saya rasa wajar saja keinginan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan di situ, tetapi tentu akhirnya masyarakat sendiri yang menilai apakah ia benar-benar mendapatkan manfaat yang dibutuhkan atau hanya manfaat plasebo atau semu saja. Jadi, itu dikembalikan lagi kepada masyarakat,” kata Prof Ari menambahkan.
Dari video-video pengobatan Ida Dayak yang beredar di media sosial, Prof. Ari melihat adanya proses pengurutan dengan menggunakan minyak sebagaimana yang biasa dilakukan dalam pengobatan alternatif.
Metode ini sering dilakukan oleh para pengobat tradisional atau terapi alternatif untuk merelaksasi otot, misalnya pada penderita keseleo dan salah urat, pada bayi setelah selesai dimandikan, serta pada ibu hamil untuk melancarkan persalinannya.
Dalam sejarah perkembangan ilmu kedokteran, dahulu, pendekatan diagnosis dan terapi dilakukan dengan menggunakan kedokteran intuitif. Ini dilakukan oleh para dukun, para pengobat atau tabib, di mana mereka mencoba menggunakan cara tertentu, kemudian dilihat pengalamannya saat dibagikan kepada orang lain.
Kemampuan ini kemudian dipertahankan secara turun-temurun dari orang tua atau dari nenek-moyangnya. Terkait metode pengobatan ini, Prof. Ari mengatakan bahwa pengobatan alternatif dapat ditemui di belahan bumi mana pun.
“Di Amerika sekalipun, ada saja pengobat-pengobat tradisional, misalnya yang dilakukan oleh suku-suku di Amerika Latin. Bagaimanapun, ada orang yang merasa lebih nyaman berobat kepada pengobat tradisional dibandingkan dokter. Atau pasien yang bolak-balik merasa tidak sembuh, mereka berusaha mencari terapi alternatif. Mudah-mudahan ketika dia merasa bahwa terapi yang ditawarkan ini sesuai yang diharapkan, sakitnya bisa disembuhkan,” ujar Prof. Ari.
Kritik Pesulap Merah
Viralnya pengobatan Ida Dayak membuat Pesulap Merah buka suara. Pria yang gemar membongkar trik dukun ini menyebut akan mengungkapkan trik yang dilakukan Ida Dayak.
Pesulap Merah memberikan peringatan kepada Ida Dayak. Ia akan membongkar trik Ida Dayak yang mengeluarkan darah kotor dari pasien.
“Gue berharap jangan dipraktekin lagi ya Bu, gue gerebek nanti kalau masih mau praktekkan,” tegas Pesulap Merah, dikutip dari @lambenyinyir_official.
Namun, Pesulap Merah tidak mempermasalahkan apabila Ida Dayak melanjutkan melakukan pengobatan patah tulang. “Kalau belakangan ini ke ahli patah tulangnya sih,” sambungnya.
Pesulap Merah hanya berfokus kepada trik Ida Dayak yang seolah-olah bisa mengeluarkan darah kotor dari dalam tubuh pasien.
“(Lalu) keluar, seolah-olah darah kotor. Tuh yang di kakinya, seolah-olah darah kotor. Allahuakbar. Ya semoga udah tobat ya Ibu Ida,” ucap Pesulap Merah.*