Hidayatullah.com — Ada banyak faktor lain, selain agama, yang dapat menyebabkan seseorang melakukan aksi terorisme. Faktor lain yakni ekonomi, sosial, politik hingga bahkan hal kecil seperti masalah keluarga.
Data terakhir mengungkapkan banyak pelaku teror masih berusia belasan tahun. Keretakan keluarga seperti perceraian membuat mereka terjebak dalam terorisme.
Hal tersebut disampaikan Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Busyro Muqoddas dalam acara Kultum Ba’da Shalat Dhuzur di Kantor PP Muhammadiyah, Yogyakarta.
“Umurnya masih kecil-kecil, mereka ini memiliki pemahaman agama yang salah. Pemahaman agama secara sempit. Pengetahuan agamanya tergantung pada imamnya,” ujarnya, lansir laman resmi Muhammadiyah.
Menurutnya, taqlid buta kepada imam turut berperan sebagai pintu masuk paham radikal. Selain korban dari keretakkan keluarga, mereka juga menjadi korban ketimpangan ekonomi.
Menurut Busyro, lebih-lebih masalah ekonomi menjadi faktor kuat yang menjadi seseorang bisa melakukan tindakan terorisme. Kemiskinan yang dalam menurutnya tidak bisa dinegasikan sebagai faktor dominan pendorong orang melakukan tindakan teror.
Busyro memiliki pandangan, kemiskinan yang dialami oleh rakyat setidaknya disebab oleh dua faktor utama yaitu secara kultural dan struktural. Dilihat secara kultural, rakyat miskin karena memang budayanya. Sementara secara struktural, masyarakat bisa saja tidak miskin tapi dimiskinkan.
“Kesenjangan itu memang kesengajaan yang dibuat oleh pemerintah melalui Undang-Undang yang tanpa memperhatikan – pertimbangan kebutuhan ekonomi rakyat kecil.” Ungkapnya merujuk beberapa penelitian.
Ketimpangan akibat kebijakan ini dapat dilihat dengan gambling, misalnya terkait dengan kebutuhan bahan pokok yang seringkali dipermainkan/dimonopoli oleh kapitalis yang culas. Mereka bisa menahan dan mengeluarkan kebutuhan bahan pokok sesuai kepentingannya.
Oleh karena itu Busyro mendorong pemerintah untuk perhatian pada sisi hulu penyebab terjadinya terorisme, serta menanggulangi masalah ini secara kolaboratif dengan organisasi sosial – keagamaan – kemasyarakatan.
“Maka untuk pencegahan terorisme itu sebaiknya kerjasama pemerintah. Bukan hanya soal keagamaan saja, tetapi juga soal keadilan ekonomi karena kebijakan yang timpang,” pesannya.*