Hidayatullah.com—Jumlah korban tewas di kota pesisir Derna di Libya telah melonjak menjadi 11.300 orang ketika upaya pencarian terus berlanjut menyusul banjir besar yang dipicu oleh jebolnya dua bendungan saat hujan dan banjir bandang, kata Bulan Sabit Merah Libya pada Kamis (14/9/2023).
Marie el-Drese, Sekretaris Jenderal Bulan Sabit Merah, mengatakan kepada The Associated Press melalui telepon bahwa 10.100 orang lainnya dilaporkan hilang di kota Mediterania tersebut.
Banjir menyapu seluruh keluarga di Derna pada Minggu malam dan mengungkap kerentanan di negara kaya minyak yang telah terperosok dalam konflik sejak pemberontakan tahun 2011 yang menggulingkan pemimpin kharismatik Libya Muammar Qadhafi.
Mayat-mayat berserakan di jalanan, sementara persediaan air minum sangat berkurang. Jumlah korban jiwa memerlukan waktu untuk dikonfirmasi karena beberapa desa yang hancur terletak jauh di pedalaman. Namun, skala kehancuran tampak jauh lebih buruk dari perkiraan beberapa pejabat sebelumnya.
“Laut yang tiada henti membawa puluhan jenazah kembali ke pantai,” kata Hichem Abu Chkiouat, menteri penerbangan sipil di pemerintahan Libya timur, menambahkan rekonstruksi akan menelan biaya miliaran dolar.
Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) di Libya mengatakan bahwa setidaknya 30.000 orang kehilangan rumah mereka di Derna. Kota ini paling parah terkena dampak Badai Daniel.
IOM menambahkan bahwa 6.085 orang lainnya diketahui mengungsi di daerah lain yang terkena dampak termasuk Benghazi, namun jumlah tersebut belum dapat dikonfirmasi.
Badai Daniel membawa hujan lebat di Libya timur hingga memenuhi dua bendungan di wilayah tersebut. Senin kemarin, pukul 03.00 waktu setempat, bendungan pertama jebol dan dinding air setinggi 20 meter atau setara bangunan lima lantai mengalir ke bawah sebelum sempat tertahan oleh bendungan kedua.
Namun, kedua bendungan tersebut runtuh, menyebabkan air deras menyapu apa pun yang menghalangi jalan dan membuangnya ke laut, sementara menjelang fajar, sepertiga wilayah Derna hilang. Banyak warga setempat yang menggambarkan bencana tersebut sebagai tsunami, bukan banjir.
Dalam perkembangan terkait, ratusan jenazah dikuburkan di kuburan massal karena kekhawatiran akan penyebaran penyakit. Warga Derna pun meminta dibangun rumah sakit lapangan baru setelah dua rumah sakit kota yang ada diubah menjadi kamar mayat untuk menampung jenazah korban yang menumpuk.
Tim patroli laut juga kesulitan menemukan jenazah yang terdampar di pantai dan banyak korban dibawa ke Tobruk untuk diidentifikasi.
Sebelumnya, badan-badan bantuan berjuang untuk mencapai kota berpenduduk lebih dari 100.000 orang setelah banyak jalan hancur. Mesir menyumbangkan sejumlah helikopter, sedangkan Prancis mengirimkan rumah sakit lapangan dengan 50 personel termasuk personel militer dan sipil ke Derna.
“Ratusan rumah tertimbun lumpur, puing-puing dan air. Belum ada bantuan yang datang. Jumlah korban sangat mengerikan. Ada juga panggilan dari sejumlah korban di bawah reruntuhan,” kata seorang jurnalis Libya yang berkunjung ke Derna, Mohamed Eljarh.
Libya saat ini terbagi menjadi dua pemerintahan yang bertikai, namun lembaga bantuan mengharapkan kedua belah pihak untuk bekerja sama sebanyak mungkin untuk mengoordinasikan upaya bantuan.*
Yuk bergabung dengan Gerakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar bersama media Hidayatullah BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH) https://dakwah.media/