Hidayatullah.com– Pemerintah di negara-negara Eropa secara “sistematis” menyusutkan jalur rel kereta dan mengurangi anggarannya sementara mencurahkan uang untuk memperbanyak jalan raya.
Menurut data hasil riset wadah pemikir berbasis di Jerman Wuppertal Institute dan T3 Transportation, panjang jalan-jalan untuk kendaraan bermotor di Eropa naik 60% antara tahun 1995 dan 2020 sementara jalur rel kereta api berkurang 6,5%. Untuk setiap €1 yang dikeluarkan pemerintah untuk membangun jalur kereta api, mereka menghabiskan €1,6 untuk membangun jalan raya,
“Ini adalah pilihan politik,” kata Lorelei Limousin, aktivis iklim Greenpeace, yang mengamanahkan pembuatan laporan tersebut, seperti dikutip The Guardian Selasa (19/9/2023).
“Kita melihat konsekuensinya saat ini tidak hanya terhadap iklim, tetapi juga terhadap masyarakat yang tidak memiliki solusi alternatif selain mobil.”
Laporan itu menemukan Uni Eropa, Norwegia, Swiss dan Inggris menghabiskan €1,5 triliun (£1,29 triliun) antara tahun 1995 dan 2018 untuk memperluas jaringan jalan mereka – namun hanya €0,93 triliun (£0,8 triliun) untuk memperluas jaringan rel kereta mereka.
Dalam empat tahun yang ditelaah (2008-2021), kesenjangan rata-rata investasi di bidang perkeretaapian dan jalan raya menurun dari 66% menjadi 34%. Selama kurun waktu tersebut, tujuh negara berinvestasi lebih banyak pada rel kereta dibandingkan jalan raya – Austria, Belgia, Denmark, Prancis, Italia, Luxembourg, dan Inggris – sementara negara-negara lain menghabiskan lebih banyak uang pada jalan raya dibandingkan rel kereta.
Dr Giulio Mattioli, seorang peneliti bidang transportasi di Technical University of Dortmund, yang tidak terlibat dalam studi ini, berkata, “Sebagian besar negara Eropa sebenarnya lebih banyak mendorong penggunaan mobil dengan menginvestasikan sejumlah besar uang publik untuk memperluas infrastruktur jalan raya.”
Di dalam perdebatan publik dan politik, imbuh Mattioli, investasi kecil pada jalur sepeda dan kereta api mendapat perhatian yang besar, sementara investasi pada jalan raya dianggap biasa saja. “Hal ini mutlak perlu diubah jika kita ingin memenuhi target mitigasi iklim di sektor transportasi.”
Laporan tersebut menemukan pertambahan jalan raya paling banyak terdapat di Irlandia, Rumania dan Polandia, dan paling sedikit di Lithuania, Latvia dan Belgia. Di 15 dari 30 negara yang diteliti, panjang jalan raya meningkat lebih dari dua kali lipat dalam periode 25 tahun.
Pada saat yang sama, laporan itu menemukan, pemerintah di negara-negara Eropa menutup lebih dari 2.500 stasiun kereta sejak pertengahan tahun 1990-an. Mereka juga menutup sekitar 8.523 mil (13.717 km) jalur kereta penumpang regional. Sebagai perkiraan kasar, para peneliti mengatakan, jalur sepanjang 4.536 mil ini sebenarnya dapat dibuka kembali “dengan relatif mudah”.
Uni Eropa berencana mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 55% pada akhir dekade ini dibandingkan tingkat emisi tahun 1990, tetapi gagal mencapai kemajuan di sektor transportasi. Transportasi jalan raya menyumbang tiga perempat emisi sektor ini pada tahun 2020. Hanya pada tahun 2029 emisi transportasi domestik akan turun hingga di bawah tingkat tahun 1990, menurut temuan European Environment Agency tahun lalu. Emisi akan terus meningkat dari pesawat dan kapal yang melakukan perjalanan antara Uni Eropa dan belahan dunia lainnya.
Greenpeace meminta pemerintah untuk mengalihkan anggaran dari jalan raya dan beralih ke jalur kereta api, angkutan umum, jalur sepeda, serta trotoar. Mereka juga menuntut diakhirinya semua jalan raya dan bandara baru.
“Untuk membantu masyarakat beralih dari mobil (kendaraan pribadi) ke angkutan umum, yang merupakan kunci utama dalam mengurangi emisi transportasi, kita perlu membuat infrastruktur yang sesuai dengan tantangan tersebut. Kita membutuhkan pemerintahan yang bertekad untuk berhenti menutup jalur kereta api dan stasiun, membuka kembali jalur dan stasiun yang telah ditutup, dan kita sebenarnya dapat dengan mudah membukanya kembali… dan secara besar-besaran meningkatkan pendanaan publik sebagai solusi nyata,” kata Limousin.
Segelintir negara Eropa telah memberlakukan tiket angkutan umum yang lebih murah untuk mendorong masyarakat beralih dari kendaraan pribadi ke kereta api, trem, dan bus. Di Jerman musim panas lalu, pemerintah memperkenalkan tiket sebesar €9 per bulan untuk angkutan umum lokal dan regional, yang kemudian dinaikkan menjadi €49 per bulan.
Mattioli berkata, “Tiket Jerman seharga €9 dan €49 memberi banyak kesan bahwa orang akan beralih ke transportasi umum jika harganya lebih murah. Namun tingkat layanan dan jaringan infrastruktur jauh lebih penting dalam peralihan moda. Jadi saya pikir kita harus mengurangi pembicaraan mengenai tarif dan lebih banyak membicarakan infrastruktur.”*