Hidayatullah.com—Presiden Recep Tayyip Erdogan mengkritik negara-negara Barat karena tetap diam alias membiru dan keterlibatan mereka ketika penjajah ‘Israel’ melakukan kejahatan perang dengan memblokir akses terhadap makanan, air dan listrik di Gaza. Padahal, hal ini merupakan pelanggaran terhadap Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.
Berbicara pada pertemuan Yayasan Pemuda Türkiye (TÜGVA) di Ankara pada hari Kamis, Erdogan mengatakan bahwa negara-negara Barat, terutama AS, telah memilih untuk mengobarkan api daripada meredakan ketegangan di Gaza.
“Apakah pantas bagi negara seperti AS untuk memulihkan perdamaian, atau menambah bahan bakar ke dalam api?” kata Erdogan.
Dia mencatat bahwa tindakan zionis yang memutus akses terhadap air, listrik, bahan bakar dan makanan bagi 2 juta warga Palestina yang tinggal di wilayah seluas 360 kilometer persegi merupakan tindakan yang tidak manusiawi dan merupakan pelanggaran terhadap hukum perang.
“Kami tidak ingin konflik menyebar ke wilayah kami, alih-alih mendukung seseorang secara membabi buta, kami menyerukan aktor-aktor berpengaruh untuk mengurangi ketegangan,” kata Erdogan di Ankara.
Erdogan mengatakan bahwa negara-negara Barat, terutama AS, telah memilih untuk mengobarkan api daripada meredakan ketegangan di Gaza.
Dia mencatat bahwa tindakan ‘Israel’ yang memutus akses terhadap air, listrik, bahan bakar dan makanan bagi 2 juta warga Palestina yang tinggal di wilayah seluas 360 kilometer persegi merupakan tindakan yang tidak manusiawi dan merupakan pelanggaran terhadap hukum perang.
“Kami tidak ingin konflik menyebar ke wilayah kami, alih-alih mendukung seseorang secara membabi buta, kami menyerukan aktor-aktor berpengaruh untuk mengurangi ketegangan,” kata Erdogan.
Hari ini memasuki hari kedelapan “Operasi Pedang Besi” Zionis-‘Israel’ yang telah membunuh 1799 warga Gaza, termasuk lebih dari 500 anak, 44 di Tepi Barat dan sebanyak 6388 orang cedera. Data ini menunjukkan dalam sehari Zionis membantai 263 orang.
Bombardir penjajah dimulai ketika pejuang kemerdekaan Palestina memulai “Operasi Taufan Al-Aqsha” (Operasi Badai Al-Aqsha) melawan ‘Israel’, berupa serangan mendadak termasuk infiltrasi ke kantong-kantor militer penjajah melalui darat, laut, dan udara.
Hamas mengatakan serangan itu merupakan pembalasan atas penyerbuan Masjid Al-Aqsha di Yerusalem Timur (Baitul Maqdis) yang diduduki dan meningkatnya kekerasan pemukim ‘Israel’ terhadap warga Palestina, termasuk pelecehan pada perempuan Palestina.
Respons ‘Israel’ meluas hingga memotong pasokan air dan listrik ke Gaza, yang semakin memperburuk kondisi kehidupan di wilayah yang terkepung sejak tahun 2007.*