Hidayatullah.com—Negara-negara Muslim memutuskan telah memboikot penyelenggaraan Pameran Buku Internasional Frankfurt (FBF). Persatuan Penerbit Arab mengumumkan boikotnya terhadap Pameran Buku Internasional Frankfurt pada sesi ke-75, mengingat pernyataan yang dikeluarkan oleh ketua pameran setelah dia mendukung agresi brutal penjajah Israel terhadap rakyat Palestina.
Alasan lain pemboikotan dilakukan karena sikap panitia melakukan pembatalan penghargaan kepada penulis esai kelahiran Palestina, Adania Shibli.
Oleh karena itu, Persatuan Penerbit Arab memutuskan untuk memboikot Frankfurt Fair dan menarik partisipasinya sebagai wujud penolakan dan kecaman terhadap penyelenggaraan pameran tersebut, serta solidaritas terhadap rakyat Palestina.
Persatuan Penerbit Arab mengutuk serangan terhadap warga sipil, menolak ketidakadilan yang dialami rakyat Palestina selama beberapa dekade, dan menekankan dukungan terhadap hak rakyat Palestina atas kebebasan, kemerdekaan, dan pendirian negara merdeka.
Posisi manajemen Pameran Buku Internasional Frankfurt sehubungan dengan serangan dan pembantaian terhadap rakyat Palestina melemahkan hubungan luar biasa antara penerbit Arab dan Pameran Frankfurt serta melemparkan budaya ke dalam ranah politik.
Pengunduran diri dari keikutsertaan acara juga dilakukan, Asosiasi Penerbit Emirates, juga Otoritas Buku Sharjah. Secara keseluruhan, beberapa keputusan penarikan yang diumumkan akhir pekan ini didasarkan pada dua situasi di Gaza, Palestina.
Sementara itu, para pejabat Iran juga telah menarik diri dari Frankfurt Book Fair (FBF) karena digambarkan oleh Wali Kota Frankfurt sebagaimana dikutip akun @IranIntl_En.
Hal serupa juga dilakukan Malaysia dan Indonesia. Dalam pengumuman resminya di aku media X, Pusat Bahasa dan Pustaka (DBP) Malaysia memutuskan untuk mundur dari keikutsertaan dalam Pameran Buku Frankfurt 2023.
“Sejalan dengan sikap pemerintah terhadap konflik Palestina – Israel saat ini, Dewan Bahasa dan Perpustakaan (DBP) memutuskan untuk mundur dari keikutsertaan dalam Pameran Buku Frankfurt 2023, “ tulis DBP dalam keterangannya di situs media sosial X, @DBPMalasia, 16 Oktober 2023.
Senada dengan Malaysia, Indonesia melalui IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) juga melakukan boikot dengan tidak menghadiri pameran. Menurut Ketua Umum Ikapi, Arys Hilman, pembatalan keikutsertaan dalam Frankfurt Book Fair (FBF) tahun ini
“Tidak akan ada atribut negara maupun bendera Indonesia/Ikapi sama sekali pada stan yang sudah terlanjur dibangun,” kata Arys Hilman.
Diketahui, Kepala FBF, Juergen Boos, dalam pernyataannya menegaskan bahwa “Penyelenggara (FBF) secara berkala menyediakan beberapa sesi khusus untuk menyuarakan suara para warga Israel.”
Di antara salah satu even khusus ‘Israel’ yang diselenggarakan FBF bertajuk ‘Out of Concern for Israel’. Selain memberi dukungan kepada penjajah ‘Israel’, acara penghargaan untuk penulis asal Palestina, Adania Shibli, ikut dibatalkan pihak Frankfurt Book Fair (FBF).
Shilbli, tinggal di antara Berlin dan Yerusalem (Baitul Maqdis), yang rencananya akan dianugerahi LiBeraturpreis 2023, hadiah tahunan yang diberikan kepada penulis perempuan dari Afrika, Asia, Amerika Latin, atau dunia Arab.
Adania Shibli seharusnya mendapat penghargaan di Frankfurt Book Fair atas karyanya yang berjudul “Minor Detail”, Jumat (13/10/2023) kemarin.
Tapi, penyelenggara -asosiasi LitProm– memutuskan untuk membatalkan seremoninya, karena situasi perang yang sedang terjadi antara penjajah ‘Israel’ dan Palestina.
Novel “Minor Detail” mendapat pujian dan kritik yang tinggi. Beberapa kritikus melihatnya sebagai narasi antisemit, sementara yang lain menganggapnya sebagai karya seni yang kuat.
Cerita “Minor Detail” terdiri dari dua bagian. Yang pertama menceritakan tentang seorang gadis Palestina yang diperkosa dan dibunuh di Gurun Negev selama Perang Arab-Israel tahun 1948.*