Hidayatullah.com—Upaya manusia untuk mengurangi emisi karbon sampai sekarang masih menjadi permasalahan yang belum terselesaikan. Tema ini dibahas di al-Farabi Kazakhistan National University, di Almaty Kazakhistan baru-baru ini dengan menghadirkan 5 keynote speaker.
Dalam acara First International Scientific Conference “A New Way of Decarbonization of the Economy” ini, satu-satunya pembicara asal Indonesia adalah Rektor Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor Prof. Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi, yang berbicara mengenai ekologi dalam perspektif agama atau moralitas, justru menjadikan konferensi makin menarik dan bermakna.
Dalam makalah bertajuk “Eco-Theology in Islamic Worldview Perspective” putra ke-9 dari KH Imam Zarkasyi, pendiri PP Modern Darussalam Gontor Ponorogo (PMDG) ini menyampaikan bahwa dalam diskursus dan praktek ekologi, terdapat beberapa aliran.
Ia memulai dengan aliran ecological teleology yang berpandangan bahwa alam ini ada karena diatur dengan tujuan tertentu. Setelah itu muncul aliran sekuler (secular), humanis (humanist) dan ateis (atheist) yang memandang alam ini sebagai sesuatu yang ada dengan sendirinya, berjalan secara mekanis dan dapat dieksploitasi sekehendak manusia.
“Dengan cara pandang (worldview) seperti itu, aliran ekologi ini justru merusak alam,” ujarnya dikutip laman UNIDA.
Lalu muncullah aliran eco-sophy, deep-ecology, scientific-technological ecology yang berupaya untuk memperbaikai cara pandang terhadap lingkungan. Namun, aliran-aliran itu tidak memeliki asas yang komprehensif dan malah mementingkan alam daripada manusia.
“Maka, muncul kesadaran baru atau aliran baru yang menggunakan theology sebagai asasnya yang disebut eco-theology, yaitu aliran yang melihat alam ini sebagai ciptaan Tuhan, dan manusia harus bertanggung jawab kepadaNya. Di dalam aliran eco-theology moralitas menjadi sangat penting,” tambah Direktur Utama Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS) ini.
Dalam menjelaskan aliran-aliran tersebut pria yang mendapat penghargaan sebagai “Tokoh Perbukuan Islam tahun 2023” oleh IKAPI ini melakukan analisis kritis terhadap worldview masing-masing aliran. Di antara cara pandang aliran-aliran tersebut (termasuk eco-theology), yang dinilai memiliki beberapa konsep yang sesuai dengan konsep Islam, tapi pada umumnya tidak sekomprehenif Islam.
Ada tiga konsep yang saling berkaitan dalam eco-theology Islam menurut Hamid, yaitu: konsep Tuhan sang Pencipta, konsep tauhid dan konsep manusia sebagai khalifah. Ketiganya menunjukkan hubungan erat antara keyakinan, pemikiran (konsep) dan perbuatan yang selalu diwarnai oleh nilai-nilai moralitas yang kuat.
Setelah plenary session usai, masalah New Way of Decarbonization dibahas lebih serius lagi di sesi siang hari. Acara ini juga menampilkan 5 pakar lain, yakni Prof. Dr. Askar Askerovich Akauly (Moscow University), Buktokov Nikolay (National Academy of Sciences of Kazakhistan), Prof. Dr. Nigmatulin Robert Iskandrovich (Russian Academy of Science), Prof. Dr. Khusainov Bulat (Economic Research Institute Kazakhistan), Prof. Dr. Shirov Alexander (Director of Institute for Economic Forecasting of the Russian Academy of Sciences), umumnya pakar bidang sains.
Acara ini terselenggara atas kerjasama dengan Peter the Great St Petersburg Polytechnic itu diadakan pada 8-10 November 2023.
Pemaparan Hamid mendapat sambutan luar biasa dari para hadirin yang umumnya adalah mahasiswa pascasarjana. Prof. Dr. Nigmatulin Robert Iskandrovich, ahli oceanology, mantan penasehat Presiden Rusia dan beberapa negara bagiannya, menyampaikan apresiasinya terhadap pidato Prof. Hamid tersebut.
“Apa yang disampaikan Prof. Hamid sangat tepat, sebab perkembangan teknologi tidak bisa mengabaikan moralitas. Selain itu mentalitas dan moralitas SDM adalah bagian yang tak terpisahkan dari perkembangan manusia,” ujar Prof. Dr. Nigmatulin Robert Iskandrovich.
Sementara Prof. Dr. Askar Askerovich Akauly, Professor di Moscow State University, menanggapi pidato Hamid akan pentingnya mengubah cara pandang manusia dalam melihat alam semesta dan ekologi, menyatakan bahwa manusia merupakan penggerak utama dan terbesar dalam perubahan lingkungan dan bumi, dan dalam hal ini cara pandang manusia mempunyai pengaruh sangat signifikan.
Selain kedua Professor tersebut, Prof. Dr. Yury A Plakitkin, Kepala the Centre for Analysis of Innovations in Energy Russian Academy of Natural Science, menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya atas presentasi Prof. Hamid tentang pentingnya memperkuat moralitas manusia.
Hal ini karena menurutnya manusia adalah faktor utama perusak lingkungan. Baginya bumi dan seisinya sesungguhnya sudah sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia, namun ego manusia dan kepentingan pribadi membuatnya menjadi tidak cukup, di sinilah perlunya manusia memiliki moralitas yang kuat.*