Hidayatullah.com–Perusahan makanan cepat saji McDonald’s berencana mengoperasikan 50.000 restoran global pada tahun 2027, sebuah pengembangan unitnya baik di AS maupun internasional, di tengah seruan boikot waralaba yang dicap ikut mendukung penjajah ‘Israel’.
Raksasa makanan cepat saji ini memiliki 40.275 restoran pada akhir tahun 2022. McDonald’s telah mendorong pertumbuhan unit yang lebih cepat, di AS dan luar negeri, selama dua tahun terakhir.
Mereka memulai investasi sebesar $250 juta dalam merekrut operator baru pada akhir tahun 2021 dan awal tahun ini memikat Tabassum Zalotrawala untuk memimpin upaya pembangunan dalam negeri.
Perusahaan tersebut mengatakan pihaknya juga menginginkan 250 juta anggota program loyalitas pada tahun 2027 dan juga berencana menggunakan teknologi Google Cloud untuk meningkatkan operasional di dalam restoran globalnya dan menyiapkan landasan untuk lebih banyak otomatisasi.
“Kami memiliki arah yang jelas untuk pertumbuhan di masa depan karena kami terus membangun kekuatan merek, jejak global dan ekosistem digital yang telah menghasilkan keunggulan kompetitif yang tak tertandingi dan mengukuhkan McDonald’s sebagai salah satu merek terkemuka di dunia yang mampu menjangkau konsumen,” kata CEO Chris Kempczinski dalam sebuah pernyataan dikutip laman Restaurant Bussiness.
Sebagai bagian dari pengumuman tersebut, McDonald’s meningkatkan ekspektasinya terhadap pertumbuhan penjualan sistem terkait pertumbuhan unit setelah tahun 2024. McDonald’s memperkirakan pertumbuhan jumlah unit berkisar antara 4% hingga 5% per tahun.
Saham Anjlok
McDonald’s Corp terlibat dalam kontroversi, berakibat pada citra merek dan kinerja sahamnya. Kontroversi dimulai ketika terungkap bahwa McDonald’s, melalui pewaralabanya di ‘Israel’, telah menyediakan menyumbang makanan gratis kepada anggota Pasukan Penjajah ‘Israel’ (IDF) selama agresi mereka ke Gaza yang sampai saat ini telah menyebabkan kematian sebanyak 16.248 orang.
Kontroversi ini muncul setelah salah satu cabang McDonald’s mengunggah foto mereka di Instagram berupa 4.000 makanan gratis ke rumah sakit dan unit militer zionis, dengan berencana melanjutkan donasi harian kepada tentara penjajah di lapangan dan di area wajib militer.
Unggahan McDonald’s untuk menimbulkan reaksi keras kepada warga dunia. Tak lama perusahaan itu menghapus unggahannya.
Meski demikian seruan untuk memboikot McDonald’s secara cepat berkembang di Twitter. Kontroversi ini mencambak situasi buruk bagi McDonald’s, mengingat penurunan kinerja sahamnya baru-baru ini.
Sejak Juli 2023, sahamnya mengalami penurunan signifikan sebesar 16%, dengan penurunan sebesar 5,31% baru terjadi pada bulan Oktober.*
.