Hidayatullah.com— Badan-badan militer, lembaga riset kecerdasan buatan yang dikelola pemerintah serta universitas-universitas China kurun tahun lalu masih bisa memperoleh chip atau semiconduktor buatan perusahaan Amerika Serikat Nvidia, meskipun ada larangan ekspor ke China yang diberlakukan Washington.
Dokumen tender yang dilihat Reuters, menunjukkan bahwa semikonduktor – yang bisa dibilang jantung dan otak dari beragam peralatan elektronik di zaman sekarang – buatan Amerika Serikat masih bisa diperoleh China meskipun ada larangan ekspor, serta menunjukkan ketergantungan China terhadap produk teknolog canggih AS yang belum dapat dicapainya.
Sampai saat ini belum ada larangan pembelian atau penjualan chip canggih buatan AS di China, dan dokumen tender itu membuktikan bahwa badan usaha China masih membeli semikonduktor Nvidia sejak larangan ekspor diberlakukan.
Jenis semikonduktor yang dibeli termasuk A100 dan chip yang jauh lebih canggih H100 – yang ekspornya ke China dan Hong Kong dilarang sejak September 2022 – serta jenis chip yang lebih lambat kerjanya A800 dan H800 yang dikembangkan Nvidia untuk pasar China tetapi kemudian dilarang ekspornya pada Oktober 2023.
Semikonduktor jenis graphic processing unit yang dibuat Nvidia sampai saat ini dianggap sebagai yang paling unggul dibandingkan buatan pabrik-pabrik lain karena dapat mengolah data jauh lebih besar dan cepat, yang sangat diperlukan bagi pembuatan berbagai produk berbasis AI.
Sebelum adanya larangan ekspor, semikonduktor buatan Nvidia menguasai sekitar 90% pasar chip AI di China.
Pembeli chip itu termasuk perguruan-perguruan tinggi elit dan dua entitas yang menjadi subyek sanksi ekspor AS, Harbin Institute of Technology dan University of Electronic Science and Technology of China. Kedua perguruan tinggi itu dituduh Washington terlibat dengan militer China.
Pembelian 6 chip Nvidia A100 pada bulan Mei dipergunakan untuk mesin AI yang dapat melakukan proses pembelajaran mendalam. Pembelian satu chip A100 pada bulan Desember 2022 tidak disebutkan tujuannya.
Tidak jelas bagaimana para pemasok China itu dapat memperoleh chip Nvidia tersebut. Reuters berusah mengontak 10 pemasok yang tercantum di dalam dokumen tender itu termasuk pihak-pihak yang disebut di atas, tetapi tidak satu pun memberikan tanggapan, lapor Reuters Senin (15/1/2024).
Nvidia mengatakan pihaknya mematuhi larangan ekspor yang ditetapkan pemerintah Amerika Serikat.
Departemen Perdagangan AS menolak untuk memberikan komentar.
Chris Miller, profesor di Tufts University dan penulis buku “Chip War: The Fight for the World’s Most Critical Technology” mengatakan bahwa tidak masuk akal tidak ada kebocoran dalam kebijakan AS itu karena chip merupakan barang berukuran kecil dan mudah untuk diselundupkan.
Tujuan dari larangan ekspor itu adalah untuk mempersulit China dalam mengembangkan teknologi AI berskala besar, imbuh Miller.
Tender yang dipublikasikan bulan lalu menunjukkan Tsinghua University membeli dua chip H100 sementara sebuah laboratorium yang dikelola Kementerian Industri dan Teknologi Informasi membeli satu.
Termasuk yang membeli chip Nvidia adalah sebuah entitas Tentara Pembebasan Rakyat yang berbasis di kota Wuxi, Provinsi Jiangsu, menurut tender dari database militer. Entitas itu membeli 3 chip A100 pada bulan Oktober dan satu chip H100 bulan ini.
Dokumen tender militer di China kerap diedit sehingga tidak jelas siapa pemenang tender dan apa tujuan pembeliannya.
Kebanyakan pembelian chip dilakukan untuk mengembangkan perangkat berbasis AI. Namun, dilihat dari jumlahnya yang sangat kecil, sangat jauh dari apa yang dibutuhkan untuk mengembangkan model bahasa AI canggih berukuran besar mulai dari nol.
Sebuah mesin AI seperti yang dipakai GPT buatan OpenAI membutuhkan lebih dari 30.000 chip A100 buatanNvidia, menurut firma riset swasta TrendForce. Namun, beberapa buah chip bisa membantu memperkuat model mesin pembelajar AI yang sudah ada.
Sebagai contoh, Shandong Artificial Intelligence Institute memberikan kontrak senilai 290.000 yuan ($40.500) untuk 5 buah chip A100 kepada Shandong Chengxiang Electronic Technology bulan lalu.
Banyak dari tender itu yang mengharuskan pemasok memgirim dan memasang chip sebelum menerima bayaran. Banyak universitas yang mengeluarkan pemberitahuan bahwa transaksi itu sudah ditunaikan.
Tsinghua University, yang dijuluki sebagai Massachusetts Institute of Technology-nya China, tergolong sering mengeluarkan tender untuk pembelian sekitar 80 chip A100 sejak larangan ekspor diberlakukan pada 2022.
Pada bulan Desember, Chongqing University mempublikasikan tender untuk pembelian satu chip A100 dan secara tegas mengatakan bahwa barangnya harus benar-benar baru bukan bekas atau hasil rakitan. Pembelian itu sudah ditunaikan bulan ini, menurut sebuah pemberitahuan.*