Hidayatullah.com—Kepala Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Pusat, Akmal Sjafril, berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul “Dakwah Kebudayaan HAMKA Melalui Majalah Pandji Masjarakat dan Gema Islam (1959-1967)”.
Di hadapan Majelis Sidang yang dipimpin oleh Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI), Jum’at (12/01) silam, Akmal memaparkan hasil penelitiannya yang mengungkapkan berbagai strategi yang diterapkan Hamka untuk menjaga kesinambungan dakwah pada era Demokrasi Terpimpin.
“Secara umum, era Demokrasi Terpimpin atau yang lebih dikenal sebagai Orde Lama dianggap sebagai masa-masa yang kurang baik bagi politik Islam. Pada saat itu, partai Islam terbesar, yaitu Masyumi, telah dibubarkan. Padahal, perolehan suara Masyumi di Pemilu 1955 menempati peringkat kedua dengan selisih yang tidak terlalu besar dengan PNI,” ujar Akmal.
Dalam situasi demikian, terlebih lagi setelah tokoh-tokoh Masyumi ditangkapi, Buya Hamka tampil memimpin dengan karakteristik dakwahnya yang unik.
“Dalam Disertasi saya, saya mengungkap bagaimana Hamka menerapkan strategi-strategi yang dibutuhkan untuk menjaga kesinambungan dakwah pada periode 1959-1967, terutama melalui Majalah Pandji Masjarakat dan Gema Islam,” ungkap Akmal lagi.
Ketika ditanya tentang harapan selanjutnya, Akmal mengaku telah berencana untuk menulis beberapa buku tentang Buya Hamka.
“Mohon doanya, mudah-mudahan saya bisa segera menulis biografi Buya Hamka sesuai harapan banyak orang,” tandas Akmal seperti dikutip dari video wawancara UIVIDEOPEDIA.
Disertasi ini bukanlah pertama penelitian Akmal yang pertama tentang Buya Hamka. Sebelumnya, Akmal telah meraih gelar magisternya di Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor dengan tesis “Studi Komparatif Antara Pluralisme Agama dengan Konsep Hubungan Antar Umat Beragama dalam Pemikiran Hamka”.
Tesis tersebut diterbitkan menjadi sebuah buku berjudul “Buya Hamka: Antara Kelurusan ‘Aqidah dan Pluralisme”.
Dalam buku ini, Akmal membantah klaim sekelompok orang yang menyebut Hamka sebagai seorang pluralis yang membenarkan semua agama.
Akmal juga kerap diminta memberikan kajian seputar hidup dan pemikiran Hamka di berbagai forum. Sampai saat ini, SPI Jakarta dan Bandung telah menggelar acara Nobar dan Bedah Film “Buya Hamka” sebanyak tujuh kali dengan menghadirkan Akmal sebagai narasumbernya.
Beberapa tahun belakangan, Akmal juga rutin mengajar di At-Taqwa College, Depok, untuk materi “Pemikiran Buya Hamka”.
Keseriusan Akmal dalam meneliti Buya Hamka telah mengantarkannya untuk meraih gelar Doktor ilmu Sejarah di Universitas Indonesia (UI) dengan yudisium sangat memuaskan.
Disertasi Akmal mendapatkan banyak pujian, salah satunya datang dari Prof. Djoko Marihandono yang tidak lain merupakan promotornya.
“Mudah-mudahan ini merupakan langkah awal bagi Prodi sejarah untuk mulai keluar dari metodologi lamanya yang sudah sangat sering digunakan, dan mulai menggunakan metodologi yang baru untuk analisis disertasinya,” ungkap Prof. Djoko Marihandono sebagaimana dikutip dari video wawancara UIVIDEOPEDIA.*/SPI Media Center