Hidayatullah.com– Uni Eropa menjanjikan bantuan finansial kepada Mauritania untuk mengatasi arus migran ilegal, di tengah melonjaknya jumlah orang yang nekat berusaha menyeberangi laut Atlantik dari kawasan Afrika Barat ke Eropa.
Dalam kunjungan ke ibukota Mauritania, Nouakchott, pimpinan EU Commission Ursula von der Leyen dan Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez menemui Presiden Mohamed Ould Ghazouani untuk membahas masalah kontrol perbatasan dan pembangunan ekonomi, lapor Reuters Jumat (9/2/2024).
“Guna membantu Mauritania menghadapi tantangan di area manajemen migrasi, pengusiran dan pemindahan paksa, serta keamanan dan pembangunan, UE bermaksud memperkuat dukungan finansialnya,” kata rombongan Eropa itu dalam sebuah pernyataan, seraya menambahkan bahwa badan urusan kontrol perbatasan Uni Eropa Frontex akan memainkan peran di dalamnya.
Sanchez juga mengumumkan dukungan finansial €200 juta dari Spanyol untuk kurun waktu lima tahun guna memfasilitasi pembangunan proyek hidrogen hijau bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan Spanyol.
Isu migrasi akan mendominasi perdebatan bulan Juni selama pemilu terkait European Parliament di tengah maraknya retorika anti-imigrasi oleh partai-partai sayap kanan.
Kepentingan strategis Mauritania bertambah disebabkan masalah gelombang imigrasi dan ketidakstabilan di kawasan Sahel.
Jumlah migran yang memasuki Spanyol secara irreguler (tidak mengikuti rute dan dan aturan normal) lewat laut melonjak hampir 300% pada bulan Januari, dengan kebanyakan orang mendarat di Canary Islands, kepulauan wilayah Spanyol yang berada di lepas pantai Afrika.
Sekitar 83 persen perahu karet yang berhasil mencapai kepulauan itu berangkat dari Mauritania, kata para pejabat Spanyol.
Spanyol mengerahkan personel.kepolisian di Mauritania sejak 2006, ketika arus besar migran ilegal lewat laut mendorong Uni Eropa berusaha mengatasinya dengan memberikan dukungan finansial kepada negara tempat asal keberangkatan perahu-perahu migran.
Mauritania, negara dengan jumlah penduduk kurang dari lima juta jiwa, mengalami kemiskinan yang meluas dan sejak 2012 terpaksa menampung arus puluhan ribu migran dari negara tetangga Mali.*