Hidayatullah.com– Peperangan yang pecah di Suriah sejak 2011 telah merenggut nyawa lebih dari 507.000 jiwa, kata sebuah organisasi pemantau menjelang 13 tahun konflik yang menyebabkan jutaan orang menjadi pengungsi di dalam Suriah maupun di luar negeri itu.
Tindakan brutal aparat rezim Presiden Bashar al-Assad di Damaskus pada 15 Maret 2011 terhadap aksi demonstrasi rakyat yang menentangnya menjadi pemicu bentrokan bersenjata dan perang sipil yang meluas di seluruh penjuru Suriah.
Syrian Observatory for Human Rights, sebuah organisasi pemantau konflik Suriah yang berbasis di Inggris, mengatakan lebih dari 164.000 warga sipil, termasuk lebih dari 15.000 wanita fab 25.000 anak-anak, tewas.
Lebih dari 343.000 kombatan, termasuk tentara pemerintah, petempur dari kelompok pro-Iran, pasukan pimpinan Kurdi serta petempur ISIS, juga tewas, kata Observatory yang memiliki jaringan sumber informasi di seluruh Suriah, seperti dilansir AFP Kamis (15/3/2024).
Jumlah keseluruhan naik dari sekitar 503.000 pada Maret tahun lalu, sementara di garis depan tidak banyak terjadi pertempuran di tahun-tahun belakangan.
Rezim Suriah berhasil memguasai kembali wilayah yang lepas pada masa awal peperangan dengan bantuan sekutunya Iran dan Rusia, tetapi sebagian besar wilayah di bagian utara masih di luar kontrol pemerintah.
Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan bahwa sekitar 7,2 juta orang Suriah menjadi pengungsi di negerinya sendiri. Sembilan puluh persen penduduk hidup dalam kemiskinan.
PBB mengatakan bahwa tahun ini 16,7 juta orang di Suriah membutuhkan bantuan kemanusiaan atau perlindungan, jumlah terbesar sejk awal krisis pada 2011.
Upaya-upaya yang difasilitasi PBB untuk memulihkan Suriah melalui proses politik sejauh ini belum berhasil.
Utusan khusus PBB Geir Pedersen bulan lalu mengatakan bahwa Moskow dan Damaskus menolak untuk menghadiri perundingan fi Jenewa, di mana perundingan-perundingan sebelumnya digelar dengan tujuan pembentukan konstitusi baru bagi Suriah.
Tahun lalu, keanggotaan Suriah di Liga Arab dipulihkan – menandakan kembalinya Assad ke kancah regional – setelah ditangguhkan lebih dari satu dekade.*