Hidayatullah.com—Angka kelahiran di Jerman merosot drastis dibanding tahun 2009. Para peneliti menduga krisis global mungkin berperan dalam penundaan calon orang tua untuk memiliki anak sementara waktu.
Studi BiB mengatakan masih belum jelas apakah penurunan angka kelahiran ini bagian dari tren atau hanya fenomena sementara.
Institut Federal untuk Penelitian Kependudukan (BiB) di Jerman pada hari Rabu (20/02) mengungkapkan bahwa pihaknya melihat adanya penurunan dalam jumlah angka kelahiran pada tahun 2023, merosot drastis dibanding tahun 2009.
Para peneliti menduga bahwa efek lanjutan dari pandemi virus corona, ketidakpastian geopolitik, dan kekhawatiran akibat krisis iklim, mungkin menjadi salah satu dari banyaknya alasan mengapa banyak orang lebih memilih untuk menunda atau bahkan membatalkan rencana memiliki anak sementara waktu.
Penurunan Tajam
Angka kelahiran di Jerman turun dari 1,57 anak per perempuan pada tahun 2021, menjadi sekitar 1,36 anak per perempuan pada musim gugur 2023 lalu.
BiB menilai bahwa penurunan tajam dalam waktu dua tahun ini sebagai hal yang “tidak biasa, karena fase penurunan angka kelahiran itu cenderung lebih melambat di masa lalu.”
Para peneliti juga mengatakan bahwa serangkaian krisis global seperti pandemi Covid-19, perang di Ukraina, inflasi, dan krisis iklim menjadi beberapa kemungkinan penyebab menurunnya angka kelahiran anak.
“Dalam masa krisis yang beruntun seperti itu, banyak orang mengurungkan niatnya untuk memiliki anak,” ungkap salah satu penulis studi BiB, Martin Bujard dikutip Deutsche Welle.
Menurut BiB, angka kelahiran di Jerman tetap stabil selama periode awal pandemi, tapi kemudian mulai menurun menjadi 1,4 seiring dengan berlalunya pandemi.
Para peneliti percaya bahwa ada kemungkinan kebanyakan perempuan pada awalnya memilih untuk menunda rencana memiliki anak supaya bisa mendapatkan vaksinasi, mengingat vaksin saat itu tidak disetujui bagi ibu hamil.
Angka itu memang berangsur pulih pada pertengahan 2022, namun kembali turun drastis akibat dampak tingginya inflasi, yang benar-benar mulai terasa sejak musim gugur tahun 2022 hingga tahun 2023.
Para peneliti mengatakan belum bisa memastikan apakah angka kelahiran baru di Jerman ini merupakan bagian dari tren penurunan kelahiran secara umum, atau hanya efek sementara.
Masyarakat Semakin Menua
Menurut studi BiB ini, angka kelahiran yang terus-menerus anjlok juga berkontribusi pada masyarakat yang semakin menua.
Jika fenomena ini terus berlanjut, maka bisa menimbulkan tantangan bagi masyarakat, termasuk adanya kemungkinan penurunan jumlah pekerja terampil di pasar tenaga kerja, kata studi tersebut.
Menurut BiB, angka kelahiran di Jerman masih berfluktuasi antara di angka 1,2 hingga 1,4 anak per perempuan selama empat dekade setelah tahun 1975, di mana angkat itu termasuk yang terendah di Eropa untuk waktu yang lama.
Barulah dari tahun 2015 hingga 2021, angka kelahiran anak di Jerman mulai meningkat jauh, naik dari 1,5 menjadi 1,6 anak per perempuan.*