Hidayatullah.com—Pemimpin Partai Nasionalis Hindu BJP Kapil Mishra dan Baba Yati Narsinghanand yang memuntahkan kebencian dilaporkan telah diundang untuk menghadiri Puja Govardhan, yang diselenggarakan oleh anggota Sanyukt Hindu Sangharsh Samiti di situs Sektor 12A di Gurgaon.Lokasi ini biasa digunakan umat Islam melaksanakan ibadah shalat Jumat.
Puja Govardhan yang juga dikenal sebagai Annakut atau Annakoot (berarti “gunung makanan”), adalah festival Hindu di mana warga menyembah Bukit Govardhan dan siapkan serta persembahkan 56 macam makanan vegetarian kepada Dewa Krishna sebagai tanda syukur.
Situs Sektor 12A, di mana ibadah shalat ditawarkan di bawah perlindungan aparat polisi, telah menyaksikan gangguan kelompok radikal anti-Muslim Hindutva dan penduduk setempat selama dua minggu ini. Pada 29 Oktober, 26 pengunjuk rasa – mayoritas dari kelompok radikal HIndutva– ditangkap karena berusaha mengganggu jamaah shalat sebelum dibebaskan dengan jaminan pada hari yang sama.
Sanyukt Hindu Sangharsh Samiti pada hari Ahad menegaskan kembali pendirian mereka untuk terus menentang ibadah shalat di semua tempat umum. Ia mengatakan akan melakukan Puja Govardhan pada 5 November pukul 11 pagi di situs Sektor 12A.
Beberapa perwakilan komunitas Muslim telah mengatakan bahwa mereka bersedia untuk pindah dari lokasi itu, dengan syarat bahwa mereka diberikan ruang alternatif atau properti papan Wakaf dibersihkan dari gangguan.
“Saya telah didekati oleh anggota Samiti untuk menghadiri puja Govardhan. Saya akan hadir. Ini adalah gerakan untuk hak warga negara untuk jalan bebas dan tuntutan mereka sah. Tidak ada yang berhak memblokir jalan setiap minggu. Saya mendukung gerakan ini. Warga Gurgaon yang melakukan aksi protes menunjukkan jalan kepada warga lain, yang terganggu dengan pemblokiran jalan tetapi tidak cukup berani untuk keluar dan menuntut hak mereka,” kata Kapil Mishra kepada The Indian Express.
Penyelenggara dari Sanyukt Hindu Sangharsh Samiti juga mengundang Narsinghanand Saraswati, yang baru-baru ini ditunjuk sebagai mahamandaleshwar Juna Akhara. “Saya mengetahui masalah shalat. Saya diundang untuk datang untuk puja Govardhan tetapi saya tidak dapat hadir karena saya sibuk hari itu. Saya akan hadir jika saya menerima undangan sedikit lebih awal,” kepada The Indian Express.
Mahavir Bhardwaj, presiden negara bagian Sanyukt Hindu Sangharsh Samiti, mengatakan, “Kami membuat pengaturan untuk puja, yang diperkirakan akan dihadiri lebih dari 5.000 orang. Setelah doa, dhol dan nagaras akan dimainkan di lokasi dan prasad akan dibagikan. Keputusan apakah ini juga akan dilakukan di lokasi lain di seluruh kota akan diambil kemudian. Kami akan melanjutkan agitasi kami untuk menentang shalat di semua tempat umum.”
Yati Narsinghanand Saraswati, yang dikenal karena ucapannya yang memuntahkan kebencian, baru-baru ini membuat kontroversi dengan membuat pernyataan menghina Nabi Muhammad (SAW). Dalam sebuah video yang beredar di media sosial, ia menyerang Nabi Muhammad dan komunitas Muslim. Video itu konon diambil saat sebuah acara di Press Club of India.
Setelah ini, ada kemarahan media sosial dan pada hari Ahad, 4 April, polisi Delhi mengajukan Laporan Informasi Pertama (FIR) terhadap Narsinghanand karena diduga menyakiti sentimen agama. Pada bulan September, tiga FIR (dokumen pengaduan, red) diajukan terhadapnya karena dugaan pernyataan tidak menyenangkan terhadap wanita.
FIR diajukan di bawah UU IPC pasal 153-A (mempromosikan permusuhan antara kelompok yang berbeda atas dasar agama, ras, tempat tinggal, bahasa, dll.) dan 295-A (kejahatan yang disengaja yang dimaksudkan untuk membuat marah perasaan agama dari kelas mana pun dengan menghina agama atau keyakinan agamanya).
Kukan kali pertama Saraswati dan kelompoknya terlibat menyebarkan kebencian pada Muslim. Sebelumnya pada bulan Maret, muridnya, Shringi Yadav, terlihat dalam sebuah video di mana ia dilaporkan membawa seorang anak laki-laki Muslim berusia 14 tahun yang meronta-ronta, karena diduga minum air di lokasi kuil Dasna Devi Mandir di Ghaziabad, Uttar Pradesh.
Sejak Saraswati menjadi pendeta, sebuah papan dipasang di luar kuil, yang menyatakan, “Ye mandir Hinduon ka pavitra sthal hai, yahan Musalmanon ka pravesh varjit hai” (candi ini adalah tempat suci bagi umat Hindu, masuknya Muslim sangat dilarang).
Dalam beberapa kesempatan, nama Saraswati muncul dan dikaitkan meningkatnya ketegangan komunal di Uttar Pradesh barat, termasuk di daerah-daerah yang berbatasan dengan Delhi. Saraswati juga telah menyerukan “perang terakhir melawan Muslim” dan telah menyatakan bahwa “Islam harus dimusnahkan untuk menyelamatkan umat manusia”.
Beberapa contoh telah terjadi di masa lalu di mana kebenciannya terhadap Muslim terbukti dan masih terus berlanjut.
Sejak September, kelompok Hindutva telah memprotes ibadah shalat. Kelompok radikal Hindu ini bahkan telah menyebar dan menuduh ‘jihad tanah’ dan ‘perilaku buruk’ yang tidak berdasar terhadap perempuan lokal.
Protes terus meningkat dalam ukuran dan intensitasnya. Jumat, 29 Oktober lalu, polisi Gurugram telah menahan 30 pengunjuk rasa. Kepala Sub-Distrik di Gurugram Anita Chaudhary mengatakan kepada NDTV bahwa “perlindungan penuh akan diberikan kepada orang-orang yang melakukan shalat di 37 tempat yang ditentukan”.
Hari Rabu, 3 November, lalu, Pemerintah distrik telah mencabut izin untuk shalat di delapan dari 37 lokasi, dengan alasan ada “keberatan dari penduduk setempat dan asosiasi kesejahteraan penduduk”. Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh polisi, pemerintah mengatakan komite akan memastikan bahwa shalat tidak ditawarkan di jalan, persimpangan, atau tempat umum mana pun.
“Keputusan untuk menunjuk tempat hanya akan diambil setelah persetujuan dari penduduk setempat dan memastikan bahwa penduduk tidak menentang ibadah shalat di daerah itu,” ujarnya.*