Hidayatullah.com – Pasukan penjajah ‘Israel’ pada hari Senin mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan Abdul Fattah Al-Zeriei, wakil menteri ekonomi Gaza, dalam sebuah serangan udara pada hari Minggu yang juga menewaskan ibunya.
Sebuah pernyataan penjajah ‘Israel’ mengatakan bahwa sebuah serangan udara “menewaskan Abdul Fattah Al-Zeriei.”
Menurut ‘Israel’ ia adalah seorang “anggota Departemen Manufaktur Sayap Militer Hamas, yang juga menjabat sebagai menteri ekonomi Hamas di Jalur Gaza.”
Entitas Zionis mengklaim Al-Zeriei bertanggung jawab atas distribusi bahan bakar, gas, dan dana untuk tujuan-tujuan permusuhan.
Syahidnya Al-Zeriei beserta ibunya di sebuah rumah di Deir al-Balah, Gaza tengah sebelumnya telah dilaporkan Kantor Media Gaza pada hari Ahad (04/08/2024).
Sejak dimulainya kampanye militernya terhadap Gaza pada 7 Oktober 2023, Zionis ‘Israel’ telah menargetkan dan membunuh banyak pejabat di pemerintahan daerah kantong Palestina tersebut.
Pekan lalu, baik Iran maupun Hamas menuduh ‘Israel’ membunuh Ismail Haniyah, kepala biro politik Hamas, di ibu kota Iran, Teheran, sebuah tuduhan yang tidak dikonfirmasi maupun dibantah oleh Israel. Namun, Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu mengisyaratkan keterlibatan pihaknya.
Entitas Zionis ‘Israel’, yang mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, telah menghadapi kecaman internasional di tengah-tengah serangan brutalnya yang terus berlanjut di Gaza sejak serangan Oktober lalu oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas.
Hampir 39.600 warga Palestina telah terbunuh, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan hampir 91.400 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Hampir 10 bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza berada dalam kehancuran di tengah-tengah blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan yang melumpuhkan.
‘Israel’ dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang memerintahkannya untuk segera menghentikan operasi militernya di kota Rafah di bagian selatan, di mana lebih dari 1 juta orang Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum diserang pada tanggal 6 Mei.*