Hidayatullah.com—Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jawa Timur dr. Sjamsul Arief mengatakan ada sekitar 8-10 anak harus menjalani hemodialisis atau cuci darah akibat gagal ginjal di RS dr Soetomo Surabaya.
Kata dia, anak-anak itu harus menjalani cuci darah sebanyak dua kali dalam satu pekan. “Untuk cuci darah itu ada 8-10 anak per harinya,” ujar Sjamsul hari Ahad (11/8/2024).
Sjamsul menyebut angka 8-10 anak perhari itu bukanlah lonjakan kasus yang signifikan di Jatim. Untuk itu tidak perlu dibesar-besarkan.
“Datanya ada di (RSUD) Soetomo sendiri. Gagal ginjal jangan dibesar-besarkan, di sini (Jatim) gak ada peningkatan signifikan,” tuturnya.
Sebagian penyebab kasus gagal ginjal pada anak banyak dipengaruhi oleh pola hidup. Namun, Sjamsul juga menyebut bahwa kasus gagal ginjal ada yang diakibatkan penyakit ginjal bawaan oleh anak, jumlahnya sekitar 80 persen.
“Penyebabnya penyakit ginjal 80 persen, ada infeksi kronis, lupus, nefotrik sindrom, juga ada penyakit metabolisme,” katanya.
Meski demikian, Ketua IDAI Jatim itu tetap berpesan supaya orang tua lebih memperhatikan makanan yang dikonsumsi anak.
“Yang siap saji, mie instan. Itu terutama, nggak baik untuk ginjal. Garamnya tinggi, tepungnya, pengawet juga zat yang nggak baik,” tandasnya.
Terpisah, dr. Erwin Astha Triyono Kepala Dinas Kesehatan Jatim mengatakan, metode pencegahan di awal merupakan cara terbaik untuk meminimalisir kasus gagal ginjal pada anak.
Artinya, semua pihak terutama orangtua memiliki peran penting memberikan edukasi pola hidup sehat kepada anak. “Yang terpenting preventif dan promotif,” kata Erwin.
Selain itu, Erwin juga meminta kepada orangtua yang sedang merawat anak pasien gagal ginjal, agar tidak diobati sendiri. Sebab, penangannya harus memerlukan tindakan medis dari dokter.
“Kita dorong masyarakat untuk tidak mengobati sendiri. Kalau bisa ke dokter lah. Jangan sampai terjadi hal-hal yang seperti itu,” ungkapnya.
Sedangkan waktu ditanya soal jumlah pasti kasus gagal ginjal pada anak, Erwin mengaku belum mengantongi data ter update untuk periode saat ini. “Saya belum update datanya,” ucapnya.
Sementara itu, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, pihaknya belum menemukan adanya kasus gagal ginjal pada anak di Surabaya.
Guna mengantisipasi penyakit tersebut, dia meminta Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya untuk mengecek kandungan gizi makanan yang dijual di kantin sekolah. Selain itu, siswa diminta tidak jajan sembarangan di luar sekolah.
Menurut Eri, dinkes dan sekolah sudah rutin mengecek gizi makanan yang dijual di kantin sekolah. Sampai saat ini, pihaknya belum menemukan adanya kandungan zat yang membahayakan.
”Tapi, pengecekan terus berlanjut,” ujarnya. Eri meminta sekolah menutup pintu gerbang saat jam istirahat. Tujuannya, mencegah anak jajan di luar sekolah. ”Sehingga makanan anak-anak bisa dijaga,” terangnya.
Menurut dia, kasus gagal ginjal pada anak terjadi karena kandungan makanan yang dikonsumsi mengandung zat kimia yang berlebih. Itu membuat fungsi organ tubuh anak terganggu.
”Kami akan perkuat lagi. Di setiap sekolah siswa tidak boleh jajan di luar,” tegasnya.*