Hidayatullah.com– Presiden Aljazair Abdelmadjid Tebboune dinyatakan keluar sebagai pemenang dengan perolehan 84,3 persen suara dalam pemilihan presiden yang digelar pekan lalu, menurut hasil akhir yang diumumkan hari Sabtu (14/9/2024). Angka itu turun dari penghitungan awal yang disengketan oleh pihak lawan yang menuduh adanya ketidakberesan.
Hasil perhitungan awal yang dirilis komisi pemilu ANIE pada hari Ahad pekan lalu mengatakan Tebboune memperoleh hampir 95 persen suara, sehingga memicu dua kandidat lain untuk menggugat hasil perhitungan tersebut ke Mahkamah Konstitusi.
Ketua Mahkamah Konstitusi Omar Belhadj hari Sabtu (14/9/2024) mengumumkan hasil perhitungan resmi.
“Kami umumkan bahwa Abdelmadjid Tebboune terpilih untuk masa jabatan kedua, dan akan mengemban tugasnya saat dia dilantik,” kata Belhadj dalam pidato yang disiarkan langsung di stasiun TV dan radio nasional seperti dilansir AFP.
Tebboune, 78, sejak awal diperkirakan akan menang mudah dalam pemilu yang digelar pada 7 September, yang menurut Belhadj diikuti oleh 46,1 persen dari 24 juta lebih pemilik suara yang terdaftar.
Abdelaali Hassani, kandidat presiden dari partai Islam moderat Gerakan Masyarakat untuk Perdamaian, hari Selasa mengajukan gugatan hasil perhitungan suara, sehari setelah menyebut perhitungan itu diliputi kecurangan.
Youcef Aouchiche, kandidat presiden yang juga pemimpin partai kiri-tengah Front Kekuatan Sosialis, kemudian juga mengajukan gugatan dengan tuduhan ANIE memanipulasi hasil perhitungan suara.
Namun secara mengejutkan, kubu Tebboune bergabung dengan kedua kubu lawan pada Ahad malam pekan lalu untuk mengeluarkan pernyataan bersama yang isinya menuding adanya “ketidakberesan” dalam perhitungan suara tidak yang dilakukan oleh ANIE.
Hasil perhitungan awal yang diumumkan ANIE menyebutkan bahwa Tebboune memperoleh 94,65 persen suara, Hassani 3,17 persen dan Aouchiche 2,16 persen suara.
Dalam pengumuman resmi terakhir, Hassani disebut memperoleh 9,56 persen dan Aouchiche 6,14 persen suara.
Tebboune sebelumnya terpilih dalam pemilihan presiden yang digelar pada Desember 2019 dengan 58 persen suara. Pemilu yang digelar di tengah aksi demonstrasi pro-demokrasi Hirak itu hanya diikuti oleh kurang dari 40 persen pemilik suara karena masyarakat melakukan boikot.
Meskipun perekonomian tahunan Aljazair tumbuh sekitar empat persen selama dua tahun terakhir, negara yang terletak di bagian utara Afrika ini masih sangat bergantung pada pendapatan dari sektor minyak dan gas untuk mendanai program-program sosialnya.*