Hidayatullah.com– Pihak berwenang Uni Emirat Arab menggagalkan upaya pengiriman jutaan butir amunisi yang akan dikirim secara ilegal ke pihak militer Sudan di sebuah bandara, kata media pemerintah UEA hari Rabu (30/4/2025) – yang menurut Angkatan Bersenjata Sudan merupakan berita karangan.
Laporan kantor berita resmi WAM mengatakan pihak berwenang UEA menemukan “sekitar lima juta butir amunisi 7,54 x 62 mm tipe Goryunov di atas sebuah pesawat pribadi di sebuah bandara dan sudah melakukan sejumlah penangkapan.
WAM mengatakan rencana pengiriman amunisi itu melibatkan sekelompok orang yang di dalamnya termasuk bekas kepala dinas intelijen Sudan, Salah Gosh, yang pada 2023 menjadi target sanksi Amerika Serikat karena tidak mendukung demokrasi melalui pembentukan pemerintahan transisi di Sudan.
“Para tersangka ditangkap saat dilakukan inspeksi terhadap amunisi yang berada dinatas sebuah pesawat pribadi di salah satu bandara di negara ini (UEA),” bunyi sebuah pernyataan yang dipublikasikan WAM seperti dilansir Reuters, tanpa menyebut bandara di maksud, rute penerbangan pesawat itu, maupun nama orang-orang yang ditangkap.
Lebih lanjut laporan WAM menyebutkan bahwa diduga ada kesepakatan pengiriman amunisi dan senjata yang lebih besar bernilai jutaan dolar, yang meliputi amunisi, senjata serbu Kalashnikov, senapan mesin serta granat, yang disamarkan sebagai impor gula yang dikoordinasikan oleh Kolonel Othman al-Zubeir dari AD Sudan.
Menampik laporan WAM itu, militer Sudan mengklaim pihaknya justru menyita sejumlah persenjataan yang dipasok UEA ke lawannya kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF).
“Setelah pemerintah Sudan mengungkap keterlibatan kriminal UEA dan keterlibatannya dalam pembantaian rakyat Sudan melalui dukungan yang diberikannya kepada milisi pemberontak (RSF), UEA sekarang berusaha menabur debu di mata rakyat Sudan dan mengarang tuduhan palsu,” kata Brigjen Nabil Abdallah, jubir militer Sudan, kepada Reuters.
Militer Sudan berulang kali menuding UEA memasok persenjataan kelompok RSF, klaim yang menurut pakar-pakar Perserikatan Bangsa-Bangsa terbukti kredibel dan sedang diselidiki kembali.
Sudan sudah mengajukan gugatan ke International Court of Justice, menuding UEA membantu RSF dalam genosida di Darfur Barat, tuduhan yang dibantah oleh UEA. ICJ akan mengeluarkan putusan awalnya dalam kasus itu Senin pekan depan.
UEA membantah semua tuduhan-tuduhan yang dikemukakan oleh pihak Sudan.Militer Sudan sendiri sebenarnya sejak lama mengelola pendanaannya melalui bank-bank UEA, praktik yang tampaknya tidak berubah meskipun ada ketegaan dinantara kedua negara, menurut sumber-sumber yang mengetahui perihal transaksi keuangan tersebut.
Sebelumnya tidak ada laporan perihal pengiriman senjata melalui negara Teluk nan kaya raya itu.
Peperangan di Sudan dua tahun terakhir, yang pecah akibat perebutan kekuasaan antara tentara pemerintah dan RSF, telah memporak-porandakan negara yang sebenarnya kaya akan sumber daya alam itu termasuk minyak. Akibat peperangan, tidak hanya beribu-ribu orang kehilangan nyawa, tetapi belasan juta penduduk kehilangan tempat tinggal dan banyak yang mengalami malnutrisi dan kelaparan.
Sementara tentara pemerintah berhasil merebut kembali sebagian besar wilayah ibu kota Khartoum dan bagian tengah Sudan, peperangan terus berlangsung di Darfur Utara, di mana ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal akibat serangan pasukan RSF. Selain itu, serangan brutal RSF mengakibatkan para pengungsi di kamp Zamzam mengalami kelaparan parah.*