Hidayatullah.com— Seorang ulama terkemuka asal Yaman, Syeikh Ahmad Al-Ghiryani, membuat pernyataan kontroversial yang menyerukan tentara Mesir dan Yordania untuk melakukan pembangkangan terhadap perintah atasan dan mengambil tindakan militer di perbatasan ‘Israel’.
Pernyataan ini muncul di tengah kegerangan para ulama atas diamnya pemimpin negara Arab atas genosida ‘Israel’ di Gaza yang telah menyebabkan lebih 50 ribu orang Palestina gugur.
Dalam rekaman eksklusif yang diperoleh Al Jazeera, Syeikh berusia 62 tahun ini berseru: “Demi darah syuhada Gaza, saya fatwakan: tidak ada ketaatan pada makhluk dalam maksiat kepada Sang Pencipta! Buka perbatasan Rafah dan Allenby sekarang juga!”
Dalam sebuah video ceramah yang beredar di media sosial, Syeikh Al-Ghiryani dengan lantang menyatakan:
“Wahai tentara Mesir dan Yordania, jika pemerintah kalian memerintahkan untuk diam sementara saudara-saudara kita di Palestina dibantai, maka itu adalah perintah yang haram untuk dipatuhi! Kalian punya senjata, punya kekuatan, dan punya kewajiban untuk membantu mereka yang tertindas!”
Ia juga menambahkan:
“Jangan takut pada atasan kalian yang tunduk pada Amerika dan Zionis. Takutlah pada Allah! Jika kalian bisa menerobos perbatasan dan membantu rakyat Gaza, lakukanlah! Ini adalah jihad yang diwajibkan!”
“Wahai tentara Yordania dan Mesir! Jika kalian tidak bergerak untuk membela saudara-saudara kalian di Gaza, jika kalian memilih diam ketika rakyat Palestina dibantai dan kehormatan umat diinjak-injak, maka kalian harus tahu bahwa neraka menanti kalian!” seru Ahmad Al-Ghiryani dalam khutbahnya yang kemudian viral di media social.
Pernyataan ini langsung memicu reaksi keras dari berbagai pihak, terutama pemerintah Mesir dan Yordania yang memiliki hubungan diplomatik dengan pihak penjajah ‘‘Israel’’.
Middle East Eye (MEE) melaporkan militer Yordania –sekutu AS— telah menangkap 12 prajuritnya yang membagikan video ini. “Kami menangkap 12 prajurit yang membagikan video Syeikh ini di grup WhatsApp internal. Ini jelas pelanggaran kode etik militer.”
Dr. Hanaa Jamal analisis geopolitik dari Institut Studi Timur Tengah Kairo dalam wawancara dengan Al-Araby Al-Jadeed memperingatkan: “Seruan ini berbahanya memecah belah kesatuan militer Arab. Mesir tidak akan biarkan keamanan Semenanjung Sinai terganggu.”
Pakar keamanan Timur Tengah, Dr. Omar Ashour, menyatakan bahwa meskipun seruan ini viral, kecil kemungkinan tentara Mesir dan Yordania benar-benar memberontak.
“Militer Mesir dan Yordania sangat profesional dan loyal pada pemerintah. Namun, jika tekanan publik terus meningkat, tidak menutup kemungkinan akan ada gelombang desakan agar kedua negara mengambil sikap lebih keras terhadap ‘Israel’,” ujarnya.
Seruan Syeikh Al-Ghiryani menjadi trending di Twitter dengan tagar #BreakTheBorders dan #ArmyForPalestine. Beberapa akun aktivis pro-Palestina mendukung.
Banyak netizen menyuarakan dukungan terhadap desakan agar militer Arab tidak hanya berperan pasif dalam konflik yang terus memakan korban jiwa tersebut.
“Jika bukan kalian yang membela Gaza, siapa lagi? Dunia telah melihat cukup banyak kemunafikan. Sudah saatnya tentara Muslim kembali ke jalan jihad yang haq.” tulis salah satu akun pro-Palestina di akun X (dulu Twitter).
Seruan ini juga telah membuat marah pihak penjajah. Kementerian Luar Negeri ‘‘Israel’’ melalui The Times of ‘Israel’ menyebut ajakan adalah bentuk hasutan perang dan menuduh didanai Iran.
Syeikh Al-Ghiryani adalah mantan Mufti Libya dan dikenal sebagai ulama berpengaruh dalam dunia Islam yang konsisten membela perjuangan Palestina. Dalam khutbahnya, ia mengutip sejumlah ayat Al-Qur’an dan hadits tentang kewajiban jihad dan solidaritas umat Islam terhadap sesama Muslim yang tertindas.
“Allah telah memerintahkan kita untuk menolong saudara-saudara kita yang dizalimi. Bagaimana mungkin kalian yang bersenjata lengkap, yang berada hanya beberapa kilometer dari Gaza, memilih berpangku tangan? Di mana iman kalian? Di mana harga diri kalian sebagai Muslim?” tegasnya.*