Hidayatullah.com—Presiden Turki Abdullah Gul menyatakan bahwa teror yang memakai nama Islam sebagai penyebab meningkatnya islamophobia.
“Teror dan kekerasan yang dilakukan oleh orang-orang yang berjiwa kelam memainkan peran besar dalam kesinambungan masalah ini, seperti halnya yang diakibatkan oleh kampanye negatif,” kata Gul dalam pidato pembukaan pertemuan ke-29 forum kerjasama ekonomi dan perdagangan Organisasi Kerjasama Islam (COMCEC) di Istanbul Rabu (20/11/2013), lansir Hurriyet Daily News.
Islamophobia, kata Gul, berakar dari prasangka tak berdasar atas Islam dan Muslim, seraya menambahkan negara-negara Muslim seharusnya menanamkan pemikiran dalam benak setiap orang bahwa “tidak ada tempat bagi teror di dalam Islam.”
“Kita harus memerangi segala bentuk pembangkangan oleh orang-orang yang menyamakan teror dengan Islam, agama cinta kasih, toleran dan mendamaikan,” imbuh Gul.
Rendahnya tingkat pendidikan, kekosongan iman, kemiskinan dan kesenjagangan pendapatan merupakan penyulut aksi kekerasan dan gerakan militan, sehingga pemerintah negara Islam harus mengatasi masalah tersebut dengan sungguh-sungguh, kata Gul, seraya merujuk sebuah hasil studi yang menyebutkan bahwa 21 dari 57 negara anggota OKI terkategori sebagai negara terbelakang.
“Berperan lebih aktif dalam pemecahan masalah pemanasan global, kemiskinan, perang melawan kejahatan teroganisir, imigrasi, radikalisme, narkotika, dan perdagangan manusia, akan membuka peluang kesempatan ekonomi dan perdaganan baru negara-negara Muslim,” kata Gul.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Menjalankan bisnis dan perdagangan dengan cara yang baik juga akan membantu mengikis citra buruk yang dikaitkan terhadap Muslim, imbuhnya.
Menyinggung masalah konflik di Suriah, Gul mengatakan adalah kewajiban bagi negara Muslim untuk membantu memadamkan api yang berkobar di dalam negeri sendiri maupun di negara tetangga. Sebab kalau tidak, maka dampak besarnya juga akan mengenai diri sendiri.
COMCEC, menurut Gul, bisa ikut berperan dalam resolusi konflik, melalui solusi sosial dan ekonomi.*