Hidayatullah.com—Negara penjajah ‘Israel’ tengah menghadapi mimpi buruk alam ganda: badai pasir dahsyat menyelimuti wilayah selatan, sementara kebakaran hutan besar melahap kawasan sekitar Yerusalem juga belum bisa dipadamkan.
Peristiwa ini bukan hanya melumpuhkan sebagian besar aktivitas nasional, tetapi juga mendorong negara itu ke ambang darurat nasional.
Dalam sebuah rangkaian peristiwa dramatis yang memperburuk keadaan darurat nasional, ‘Israel’ dihantam badai pasir dahsyat di wilayah selatan tepat setelah kebakaran hutan besar melanda pinggiran Yerusalem.
Pada Rabu (30/4/2025), langit di atas Gurun Negev dan kota Beersheba berubah menjadi kuning gelap akibat badai pasir besar yang mengurangi jarak pandang hampir menjadi nol.
Media lokal Channel 12 melaporkan bahwa badai bahkan mencapai sebuah pangkalan militer di Negev. Rekaman video memperlihatkan tentara kesulitan menutup gerbang karena kencangnya angin. “Beginilah kondisi Pangkalan Shivta (di Negev) sore ini saat badai pasir yang tidak biasa melanda,” ujar Channel 12.
Perayaan “Hari Kemerdekaan” ke-77 menandai penjajah di bumi Palestina yang jatuh pada Kamis terpaksa dibatalkan dan digantikan dengan siaran rekaman akibat kebakaran.
Hari jadi yang menandai pendirian negara palsu ‘lsraeI’ pada 1948, juga bertepatan dengan peringatan Nakba, yakni saat kelompok bersenjata Zionis melakukan pengusiran massal dan pembantaian terhadap sekitar 700.000 warga PaIestina.
Video-video dramatis yang beredar di media sosial menunjukkan tentara penjajah kesulitan menutup gerbang pangkalan militer akibat terpaan angin dan debu yang menyelimuti wilayah tersebut.
“Badai ini belum pernah saya lihat seumur hidup saya di Beersheba. Angin membawa pasir seperti tsunami udara,” kata Lior Sudri, ahli meteorologi dari Israel National News.
Ia memperingatkan bahwa angin kencang dan suhu ekstrem hingga 100 derajat Fahrenheit memperburuk kondisi di seluruh wilayah selatan.
Badai pasir ini datang bersamaan dengan kobaran api hebat yang membakar kawasan hutan di barat Yerusalem sejak Rabu pagi.
Api yang didorong angin menyebar dengan cepat, menjilat lereng perbukitan dan pinggiran kota, memaksa evakuasi ribuan warga dari setidaknya lima komunitas.
“Kami menghadapi kebakaran hutan terbesar dalam satu dekade,” ujar Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang menyatakan situasi sebagai “darurat nasional”. Ia menambahkan bahwa upaya internasional sedang digalang untuk membantu memadamkan api yang mengancam ibu kota.
Rekaman televisi menunjukkan api melalap jalan raya utama Rute 1 yang menghubungkan Yerusalem dan Tel Aviv, memaksa pengendara meninggalkan kendaraan mereka dan berlari menyelamatkan diri dari asap tebal dan kobaran api.
Menurut polisi, setidaknya 13 orang mengalami luka ringan, dan tiga komunitas telah dievakuasi.
Militer Israel mengerahkan puluhan truk pemadam dan personel untuk membantu operasi penyelamatan, sementara pesawat dan helikopter pemadam kebakaran turut dikerahkan.
“Angkatan Udara Israel (IAF) terus membantu dalam upaya pemadaman api,” demikian pernyataan resmi militer.
Kementerian Luar Negeri ‘Israel’ mengonfirmasi bantuan pemadam kebakaran dari berbagai negara, termasuk Kroasia, Prancis, Italia, Rumania, dan Spanyol. Siprus dan Serbia juga mengirim helikopter khusus.
Cuaca ekstrem dan kebakaran ini memaksa pemerintah membatalkan beberapa acara penting. Upacara kenegaraan utama di Yerusalem dan gladi bersih militer dibatalkan, dan hanya tayangan yang direkam sebelumnya yang disiarkan di televisi nasional.
Dengan badai pasir menyelimuti selatan dan api melalap barat, ‘Israel’ kini berada di bawah tekanan bencana ganda yang menuntut solidaritas nasional dan dukungan global.
Para ahli memperingatkan bahwa perubahan iklim dan pengelolaan hutan yang buruk bisa memperburuk frekuensi dan intensitas kejadian serupa di masa depan.
Komandan Pemadam Kebakaran lsraeI, Shmulik Friedman, mengatakan kebakaran ini adalah yang terbesar di sejarah negaranya. Karena kesulitan mengendalikan api, pemerintah lsraeI kini meminta bantuan internasional di tengah kondisi kering dan angin kencang yang memperparah kebakaran.
Kedua bencana alam ini memperburuk situasi cuaca ekstrem yang mengguncang negara itu, memaksa evakuasi massal, pembatalan upacara nasional, dan mobilisasi internasional untuk bantuan darurat.*