UMAT muslim pecinta mendaki gunung Semeru, akan sangat mengenal kawasan bernama Ranu Pani. Setiap tahun rata-rata 45 ribu orang melintasi desa ini untuk menuju puncak gunung tertinggi di Jawa tersebut, atau sekadar menikmati keindahan satu danau bernama Ranu Kumbolo yang terletak menjelang mencapai Semeru.
Desa ini dapat ditempuh dari Kabupaten Malang atau Kabupaten Lumajang di Jawa Timur. Tetapi Ranu Pani yang terletak di ketinggian 2.100 meter di atas permukaan laut ini masuk dalam Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang.
Ada sekitar 1.800 jiwa menghuni kawasan seluas 500 hektar ini, umumnya merupakan Suku Tengger. Suku ini telah berada di kawasan ini sejak era Kerajaan Majapahit pada enam hingga delapan abad lampau. Dengan demikian keyakinan awal suku ini mayoritas adalah Hindu.
Tetapi kini penganut agama Islam sudah mulai berkembang di kalangan penduduk Ranu Pani. Di Dusun Besaran, Ranu Pani, saat ini terdapat dua mushalla dan satu masjid, sedang di Dusun Sidodadi-Ranu Pani memiliki 1 masjid dan 1 mushalla. Hanya saja Desa Ranu Pani yang termasuk kawasan terpencil karena keberadaannya di pegunungan, sejauh ini masih mengalami kekurangan dalam pengajaran agama Islam, termasuk sarananya.
Taman Pendidikan Al Quran satu-satunya hanya ada di Dusun Sidodadi yang berada di Masjid Al Barokah, sementara satu dusun dengan dusun lainnya berjarak sekitar 5 km. Itu sebabnya di desa ini menjadi rawan terjadinya pendangkalan akidah.
Alhamdulillah, berkat kerja sama Yayasan Wakaf Al Qur’an Suara Hidayatullah (YAWASH) dan mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman Al Hakim yang melaksanakan Program Bina Desa Berkelanjutan sejak bulan Mei 2017, telah dikirim 100 al Quran untuk masjid dan mushalla-mushalla di Ranu Pani.
“Kedatangan kami ini seakan berlomba, sekaligus memantapkan akidah bagi pemeluk agama Islam di kalangan penduduk Ranu Pani. Yang datang ke desa ini tidak hanya dari kalangan mahasiswa Islam, tetapi juga dari mahasiswa agama lain, bahkan dari perguruan tinggi Kristen,” kata Ketua Pelaksana Program Bina Desa Berkelanjutan, Abdillah.
Ia menjelaskan, selama keberadaan para mahasiswa sampai pertengahan bulan Juni, dibentuk lima pos yang semuanya berada di masjid dan mushalla-mushalla yang ada di Ranu Pani. Di masjid dan mushalla ini mahasiswa menyelenggarakan pengajaran al-Quran.
“Karena satu-satunya TPA hanya ada di Dusun Sidodadi, kasihan anak-anak yang ada di Dusun Besaran, mereka mengalami kesulitan mendapatkan pengajaran al-Quran disebabkan jarak yang relatif jauh antara Dusun Sidodadi dan Dusun Besaran,” kata Abdillah.
Itu pun, kata Abdillah, anak-anak di Dusun Sidodadi masih mengalami kesulitan mendapatkan pengajaran al Quran disebabkan minimnya sarana yang ada di Masjid Al Barokah. Maka itu adanya al Quran bantuan dari YAWASH sangat membantu dan didistribusikan ke semua masjid dan mushalla.
Pada awal Ramadhan mahasiswa menyelenggarakan Tabligh Akbar di Balai Desa Ranu Pani, menyampaikan ceramah Menyambut Ramadhan. Di pos-pos yang dibentuk mahasiswa juga diadakan tadarus al Quran dan pengajaran hadist.
“Kami juga melakukan tebar hijab untuk para muslimah,” jelasnya. Ia mengatakan, sebagaimana layaknya orang yang hidup di pegunungan, semua orang termasuk para wanita, cenderung menutup tubuhnya untuk menghangatkan tubuhnya. “Tapi dengan tebar hijab ini kami ingin para wanitanya tertutup dalam kondisi yang syar’i,” tambahnya.
Ia menyebutkan, sebagai bentuk berkelanjutan, nantinya tidak hanya mahasiswa STAIL Luqman Al Hakim berikutnya yang akan melanjutkan program ini, tetapi juga akan dilanjutkan oleh Pimpinan Daerah Hidayatullah Lumajang.*/Lihat juga di: www.sejutaquran.org