Hidayatullah.com–Ada tiga kisah wakaf dalam sejarah Islam. Alkisah ketika pertama kali datang ke Madinah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membeli sebidang tanah milik anak yatim dengan harga 800 dinar. Tanah ini kemudian diwakafkannya untuk pembangunan masjid yang sekarang kita kenal dengan nama Masjid Nabawi.
Kisah kedua. Dulu, sahabat Rasulullah, Umar bin Khaththab, mempunyai tanah di daerah Khaibar. Tanahnya luas dan menghasilkan banyak buah yang enak dan manis. Setelah perang Khaibar dimenangkan kaum Muslimin, Umar bertanya kepada Rasulullah, “Ini tanah terbaik yang aku miliki. Sebaiknya aku apakan ya Rasulullah?” Rasulullah menyarankan,”Engkau tahan pokoknya (tanahnya) dan sedekahkan hasilnya kepada yang berhak.” Umar mengikuti saran itu dan mewakafkan tanahnya.
Kisah wakaf selanjutnya datang dari sahabat Utsman bin Affan. Kala itu, terjadi musim kemarau yang panjang di Madinah. Sehingga kaum Muslimin kesulitan mendapatkan air. Semua sumur di Madinah kering, kecuali satu sumur milik seorang Yahudi. Air sumur itu tidak habis-habis. Ia menjualnya dengan harga yang mahal. Sehingga kaum Muslimin kesulitan membelinya. Dalam keadaan demikian, Rasulullah bersabda, “Barangsiapa di antara kalian yang mau menyedekahkan hartanya untuk membeli sumur itu, maka balasannya Surga.” Maka sahabat Utsman bin Affan mengatakan, “Aku yang akan membelinya ya Rasulullah.” Sumur itu akhirnya dibeli Utsman dan ia membolehkan semuanya mengambil air di sumur itu, termasuk seorang Yahudi tadi, dengan gratis. Ia mewakafkan sumurnya.
Dari tiga kisah di atas, kita mengetahui bahwa ternyata, peruntukan wakaf itu tidak hanya tanah untuk pembangunan masjid –seperti yang banyak terjadi di negara kita– tapi juga bisa berupa wakaf produktif: wakaf yang dikelola dengan mengambil hasilnya secara berkesinambungan. Wakaf ini selain bisa menolong kaum dhuafa , juga sangat berpotensi membangkitkan ekonomi umat.
Indonesia mempunyai banyak potensi aset wakaf. Badan Wakaf Indonesia (BWI) menemukan, jumlah titik lahan wakaf di Indonesia yang belum dikelola secara maksimal ada 450.000. Luas lahan wakaf ada 3,3 miliar meter persegi yang bisa bernilai 600 triliun.
Jika lahan ini bisa dikelola secara profesional, maka akan ada perputaran dana yang besar. Tidak hanya berputar di antara orang-orang kaya saja, tapi juga di kaum dhuafa .
Lembaga Dompet Dhuafa termasuk pionir dalam merintis bangkitnya wakaf produktif ini di Indonesia. Keinginan Dompet Dhuafa dalam meningkatkan sektor wakaf ini untuk memberi daya dukung yang semakin kuat dalam pemberdayaan kaum dhuafa di negeri ini. Pengelolaan aset wakaf dapat memberikan efek positif dalam pemberdayaan, baik dengan cara membuka lapangan pekerjaan, merangsang tumbuhnya sektor ekonomi produktif dan juga meningkatkan sumber penghasilan lembaga untuk dana santunan kepada para mustahik.
Dompet Dhuafa sudah membangun Rumah Sehat Terpadu (RST) dengan dana wakaf. RST ini adalah rumah sakit yang mengutamakan pelayanan kepada kaum dhuafa secara gratis. Hingga saat ini lebih dari 5000 dhuafa dilayani setiap bulannya dengan menggunakan dana zakat. Selain RST, Dompet Dhuafa juga mendirikan Rumah Sakit Qatar Charity (RSQC) atas donasi wakaf lembaga filantropi internasional di Qatar. RSQC ini mengkususkan layanan ibu dan anak. RSQC tetap berkomitmen untuk melayani pasien dhuafa .
Selain rumah sakit, Dompet Dhuafa juga memanfaatkan donasi wakaf untuk membangun sarana usaha yaitu Daya Mart yang menjual aneka barang dan makanan serta jasa. Karyawannya adalah anggota keluarga dhuafa . Keluarga Dhuafa dapat belanja dengan harga terjangkau. Berbeda dengan minimart pada umumnya yang mematikan usaha kelontong, Daya Mart memiliki strategi program memperkuat permodalan dan membangun jaringan distribusi dengan warung/kios kelontong di sekitar Daya Mart.
Donasi wakaf juga digunakan Dompet Dhuafa untuk sarana pendidikan bagi anak-anak dhuafa . Salah satunya adalah SMART Ekselensia.
Sekolah ini untuk masyarakat tidak mampu yang berkualitas dan gratis. Jadi betapa luar biasanya manfaat wakaf ini untuk meningkatkan taraf hidup kaum dhuafa . Wakaf membentang kebaikan.
Karenanya, di bulan Ramadhan yang penuh keberkahan ini, mari kita berwakaf dengan apapun yang kita miliki. Tak harus dengan tanah yang luas, rumah yang megah, atau mobil yang mewah. Dengan uang yang sedikit pun, Allah akan menerimanya sebagai sedekah jariyah yang pahalanya tak berhenti mengalir meski kita telah tiada. Salurkan donasi wakaf Anda dengan klik Dompet Dhuafa .*/Andi R