Hidayatullah.com—Identitas kader Nasyiatul Aisyiyah (NA) bukanlah aktivis yang meninggalkan keluarga. NA tidak pernah meninggalkan bagaimana berfikir, berjiwa dan beraktivitas yang muda, karena kader NA adalah perempuan yang terdidik setiap hari, bekerja digemari dan mencari kemuliaan Islam.
Demikian disampaikan Ketua PP NA Norma Sari dalam sambutan Pembukaan sidang Tanwir I Nasyiatul Aisyiyah (NA) yang berlangsung di Gedung PWM Jawa Timur Ahad (03/11/2013).
Keberadaan NA sesuai dengan tujuan Muhammadiyah yakni menuju masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, merupakan sebuah jalan panjang. Di mana jalan panjang itu dimulai dengan menjadi putri yang berarti bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan umat.
“Itulah sebabnya identitas kader Nasyiatul Aisyiyah bukanlah aktivis yang meninggalkan keluarga, akan tetapi aktivis yang mengutamakan keluarga dan mampu mengambil peran-peran publik lainnya dalam waktu yang bersamaan,” tutur dosen yang sehari-harinya beraktifitas di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogjakarta ini.
Menurut Norma, tema “Pengarusutamaan Advokasi Perempuan dan Anak Melalui Pendidikan Profetik” diangkat berdasarkan gerakan Nasyiah yaitu ‘Gerakan Ramah Anak dan Perempuan’.
Gerakan ramah anak dan perempuan ini tidak hanya dilakukan oleh kaum perempuan, akan tetapi perlu juga partisipasi dari kaum laki-laki, karena masalah-masalah perempuan tidak bisa diselesaikan dengan sendirinya oleh perempuan.
“Pendidikan profetik yang merupakan amanah dari muktamar NA di Lampung tahun 2013 adalah upaya sinergis sumberdaya dan advokasi bagi perempuan dan anak. Program pendidikan profetik merupakan matanya sedangkan praksisnya adalah amar ma’ruf nahi munkar,” jelas Norma.*/kiriman Mona