Hidayatullah.com–Kaum muda Indonesia saat ini dimanja dengan berbagai fasilitas, terutama di bidang komunikasi dan informasi. Namun, sebagian lupa membangun kompetensi diri dan jaringan. Akibatnya, mengalami kesulitan saat memasuki dunia kerja dan profesi yang penuh persaingan.
Fakta itu diungkap Ketua Yayasan Bina Nurul Fikri, Drs. Musholi, dalam “National Leadership Camp” yang diselenggarakan Program Pembinaan SDM Strategis Nurul Fikri (PPSDMS) di Jakarta dan diikuti oleh 300 mahasiswa dari beberapa daerah di Indonesia. Pelatihan berlangsung 20-24 Agustus 2014.
“Tokoh muda, apalagi mahasiswa di kampus, biasanya aktif di berbagai kegiatan. Energi mereka terkuras untuk merespon banyak hal, sehingga tidak fokus meningkatkan kompetensi atau mengasah kreativitas,” ujar Musholi.
Sementara itu, anggota DPD RI, Abdi Sumaithi, yang telah menulis beberapa buku tentang politik Islam mengatakan pemuda harus merawat idealisme.
“Pemuda yang hidup di tengah masyarakat majemuk harus merawat idealisme yang disemai dalam keluarga atau kampus. Jangan larut di tengah pergaulan. Jika melihat budaya masyarakat yang dekaden, maka harus berupaya memperbaikinya,” simpul Abdi yang menempuh pendidikan sarjana di IAIN Kalijaga dan pascasarjana di Universitas Imam Ibnu Su’ud, Riyadh, bidang publisistik Islam.
Abdi mengingatkan hidup manusia di dunia hanya sebentar persis seperti mahasiswa di kampus cuma beberapa tahun mampir.
“Karena itu, integritas harus dibuktikan dalam tindakan nyata. Jangan sampai banyaknya fasilitas justru memperdaya kita, lalu lupa misi perjuangan yang sesungguhnya,” Abdi menandaskan. Banyak tokoh muda terjerembab saat di puncak karir atau mencapai popularitas.
Peserta PPSDMS memperoleh beasiswa kepemimpinan, seraya menanamkan integritas dalam “Idealisme Kami”. Mereka berasal dari 9 PTN yang tinggal di asrama: Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Medan dan Makassar.
Salah seorang peserta baru PPSDMS Regional 4 Surabaya adalah Fauzan Fikri, mahasiswa jurusan sistem perkapalan ITS.
“Saya aktif sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan, tapi sejalan dengan pengembangan profesi. Bulan Juli lalu kami ikut International Maritime Solar Boat Competition di Belanda. Peserta berasal dari 23 negara. Asia hanya diwakili China, Bahrain, dan Indonesia. Negara lain anggota ASEAN tidak ada sama sekali,” ungkap Fauzan.
Tim Indonesia diwakili ITS terdiri dari 8 mahasiswa dan 2 dosen. Selama 20 hari mereka keliling beberapa kota di Belanda menggunakan kapal tenaga surya buatan Indonesia. Itu bukti industri maritim Indonesia bisa eksis dengan dukungan teknologi canggih dan spirit kaum kuda.*/kiriman Lusi (Jakarta)