Hidayatullah.com– Ancaman penyebaran aliran sesat di Indonesia semakin hari semakin meluas. Salah satunya Syiah. Demikian disampaikan oleh Wakil Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI), Fahmi Salim, MA dalam Sekolah Sejarah & Peradaban Islam (SSPI) angkatan ke-2, Sabtu (30/04/2016).
“Secara faktual, ideologi Syiah itu adalah suatu fakta, kita tidak bisa mematikan itu. Tapi, Syiah itu merupakan aliran sesat adalah iya (nyata). Kita harus bisa membatasi agar ideologi itu tidak menyebar,” ungkapnya dalam kegiatan di Gedung Auditorium X Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat itu.
Fahmi juga mengungkap beberapa ciri aliran sesat yang menyebar luas hingga saat ini. Yaitu mereka menganggap alirannya suci dan yang di luar golongannya adalah murtad.
Untuk membentengi diri dari aliran tersebut, Fahmi menyatakan bahwa budaya literasi harus lebih ditingkatkan.
“Makanya, budaya literasi kita harus ditingkatkan. Proses keilmuan itu bagaimana latar belakangnya kita harus tahu. Supaya kita terhindar dari aliran-aliran sesat tersebut,” katanya.
Selain itu, lulusan Magister Tafsir dan Ilmu-Ilmu Al-Qur’an Universitas Al-Azhar, Kairo ini menyangkal klaim kalangan Syiah bahwa Rasulullah menentukan Ali bin Abi Thalib sebagai penggantinya.
“Rasulullah tidak menentukan siapa yang menjadi penggantinya, karena itu hanya urusan kekuasaan. Dan risalah kenabian itu sudah berhenti setelah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, selanjutnya hanyalah terkait kekuasaan,” jelasnya dalam SSPI yang sudah memasuki pertemuan ke-5 ini.
SSPI merupakan sekolah yang diselenggarakan di bawah naungan komunitas Omah Peradaban yang diinisiatori oleh Agastya Harjunadhi, mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Ibnu Khaldun Bogor.*/ Kiriman Ali Muhtadin