Hidayatullah.com— Konsep Islam seperti amanah (trustworthy), jujur (honesty), tanggung jawab (responsibility), zuhud, sabar (patience), qana’ah (self-sustained), syukur (thankfulnes), dan konsep lainnya terbukti telah mengubah kondisi primitif bangsa Arab menjadi masyarakat beradab, peradaban yang memimpin dunia.
Demikian disampaikan Nirwan Syafrin, PhD dalam seminar internasional di bidang Pendidikan dan Sains Internasional bertema “Empowering Character Education for National Defence” yang dilaksanakan selama dua hari (Sabtu-Ahad, 15-16 Oktober 2016) di Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor.
Acara yang diselenggarakan di Aula Gedung Prof. Dr. H. Abdullah bin Siddik UIKA, Jl. KH. Sholeh Iskandar KM. 2 Bogor ini Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Pengembangan UIKA ini menyampaikan makalah berjudul “Islamic Ethics as a Foundation in Developing Character Education“. Menurunya, ilmu akhlak dapat memperkaya konsep dan aplikasi dari pendidikan karakter.
Ajang International Seminar on Educational and Social Sciences (ISEDSS) 2016 UIKA mengundang 5 pembicara dari lima Negara. Selain Nirwan Syafrin Ph.D (UIKA, Indonesia), Prof. Madya Dr. Khalif Muammar A. Haris (CASIS, Malaysia), Aidan Cronin, Ph.D (UNICEF), Dr. Nasilah Ben Said Hassan, (University Juzurul Qomar, Komoro), dan Dr. Ahmad Abdul Rozziq (Al-Azhar, Mesir) sebagai pembicara di hari pertama.
Aidan Cronin memperkenalkan salah satu program UNICEF yang disebut WinS (WASH in Schools) kepada setiap sekolah. Menurut Cronin, program Wins memastikan bahwa tersedia fasilitas WASH (air bersih, toilet yang bersih dan berfungsi baik, fasilitas mencuci tangan dengan sabun berikut manajemen buangan air yang tepat) disertai pengetahuan dan evaluasi praktek terhadap pentingnya kebiasaan bersih ini sebagai bagian dari pembentukan karakter.
Sementara Nasila Ben Sayyid Hasan Ben Syarif dalam makalah “al-Kinayah al-Qur’aniyah wa Dauruha fi Ta’lim asy-Syabab Adab al-Kalam” menjelaskan gaya bahasa Al-Qur’an dan mengimplementasikannya dalam mendidik para pemuda akan memudahkan tercapainya adab diawali dengan kebiasaan memilih kata-kata terbaik dalam berbicara.
Ahmad Abdurrazzaq Muhammad dalam makalahnya berjudul Kulliyah at-Tarbiyah Jami’ah al-Azhar menjelaskan secara detail apa tujuan pendidikan, urgensinya, metodologi, istilah-istilah terkait, kurikulum, adab-adab terkait serta tahapan-tahapannya.
Menurutnya, pendidikan Islam sebagaimana tujuannya untuk tidak sekedar melahirkan warga negara yang baik (a good citizen), namun lebih jauh, melahirkan manusia yang baik (a good man), mendorong hadirnya adab sebelum ilmu.
Menurut Ketua Organizing Committee, Dra. Parlien Andrianti, MBA., seminar internasional ini akan diikuti oleh 244 orang peserta yang terbagi kepada 151 orang presenter yang akan memaparkan hasil penelitian masing masing dalam sesi call for paper di hari kedua dan 93 orang yang duduk sebagai sit in attendance.
Menurut Ketua Steering Committee, Dr. H. Wido Supraha, seminar ini diupayakan untuk memberikan kontribusi bagi negara tentang bagaimana cara paling efektif melahirkan manusia-manusia berkarakter baik.
“Warga negara yang baik belum tentu secara otomatis menjadi manusia yang baik, sementara manusia baik sudah dapat dipastikan akan mendorong dirinya masing-masing menjadi warga negara yang baik,” ujarnya.
Menurut Direktur Sekolah Pascasarjana UIKA, Prof. Dr. Didin Hafidhuddin, MS, kegiatan seminar internasional telah berulang kali dilaksanakan di UIKA, menunjukkan komitmennya sebagai Kampus Islam di Bogor.
“Khususnya di dalam menggali serta mengembangkan ilmu di bidang pendidikan dan sains di tengah kondisi permasalahan bangsa yang sejatinya bermuara pada hilangnya adab (the loss of adab), “ ujarnya.
UIKA Bogor kini memiliki Program Doktoral Pendidikan Islam, dan empat Program Magister di bidang Ekonomi Islam, Manajemen, Pendidikan Islam dan Teknoogi Pendidikan.
Ketua Prodi Pendidikan Islam Pascasarjana UIKA Bogor, Adian Husaini, PhD menambahkan konsep yang dikembangkan UIKA adalah konsep ilmu di atas pandangan hidup Islam (Islamic Worldview) yang diyakini melahirkan rahmat bagi sekalian alam, dan mendorong lahirnya generasi yang mampu mengembangkan sains, baik sains alam maupun sains sosial, di atas pemahaman akan ajaran Islam yang komprehensif dan menyentuh multi-dimensi kehidupan.*/kiriman Wido Supraha (Bogor)