Hidayatullah.com–Belasan komunitas dan organisasi masyarakat yang tergabung dalam Gata Aceh memperingati 477 tahun terjalinnya hubungan Kesulatanan Aceh dan Turki Usmani (Ottoman).
Penyelenggara ini dipustakan di komplek makam Tgk di Bitai, kampong Bitai, Banda Aceh dan dihadiri lebih dari seratus peserta, Rabu, (10/08/2016).
Selain belasan komunitas juga ikut dihadiri oleh tokoh Aceh Tgk. A. Rahman Kaoy yang ikut memberikan sambutannya tentang sejarah hubungan Aceh Turki, juga dihadiri oleh ketua PCNU Kota Banda Aceh, Tgk Rusli Daud, puluhan siswa beberapa sekolah di Banda Aceh dan beberapa anggota masyarakat Turki yang tinggal di Banda Aceh, para keturunan Turki seperti Ibu Cut Putri saksi kejadian tsunami
. Selain itu juga dihadiri oleh koordinator Pesantren Sulaimaniyah Turki Wilayah Sumatera, Taceddin Ince, serta 30-an mahasiswa USIM Malaysia yang sedang melakukan kunjungan muhibbah ke Aceh.
Dalam acara ini, para tokoh sejarah dan agama ikut memberi sambutan. Selain itu, juga disampaikan informasi koleksi manuskrip dan diplomasi Aceh Turki oleh Masykur dari Masyarakat Peduli Sejarah Aceh (MAPESA), tausiah sejarah oleh A Rahman Kaoy, tokoh agama dan sejarawan Aceh.
Ketua panitia, Teuku Farhan menjelaskan, acara itu dilaksanakan untuk mengingat hubungan Kesultanan Aceh Darussalam dan Kesultanan Turki Usmani yang terjadi di masa Sultan Alaidin Riwayat Syah Al Kahar dan Sultan Suleyman Kanuni serta Sultan II Selim lebih dari lima abad yang lalu.
“Aceh tidak boleh melupakan sejarah penting ini, karena dengan sejarah kita membangun masa depan,“ ujar Teuku Farhan yang juga direktur Masyarakat Informasi dan Teknologi (MIT) ini.
Farhan juga menjelaskan, alasan dipilihnya Bitai adalah karena kampong Bitai yang sangat identik dengan Turki. Bitai dalam berbagai literature sejarah disebutkan, merupakan nama sebuah perkampungan yang ditempati para ulama Islam dari Pasai Pidie, dimana ulama itu berasal dari Negara Baitul Muqdis/Baital Maqdis, yaitu Palestina sekarang. Dan Palestina dahulu masuk dalam wilayah Kekaisaran Khalifah Turki Utsmani.
“Gampong Bitay tempat acara ini diselenggarakan menyimpan banyak sejarah hubungan Aceh dan Turki. Komplek Makam Teungku di Bitay adalah fakta sejarah adanya hubungan diplomatis yang erat antara Kesultanan Aceh dan Kekhalifahan Islam Turki Usmani di masa jayanya, “ tambahnya.
Tokoh Aceh, A Rahman Kaoy yang juga wakil ketua Majlis Adat Aceh (MAA) dalam sambutannya menjelaskan, alasan kenapa kita perlu mengenang hubungan Aceh Turki masa lalu adalah karena hubungan Aceh Turki masa lalu sangat dekat. Turki tidak hanya membantu Aceh, namun juga mengirim pangeran Turki, yaitu Amir Ghazi yang kemudian menikah dengan adiknya Sultan Iskandat Muda.
“Dulu Turki membantu Aceh di segala bidang, seni pahat, keilmuan, benteng-benteng militer dan persenjataan dan sebagainya, “ ujarnya. Oleh sebab itu, di masa depan, A. Rahman Kaoy berharap agar Aceh menjadi imam yang melaksanakan syari’at Islam bagi Indonesia.*/kiriman Teuku Zulkhairi (Aceh)