Hidayatullah.com– Wali Kota Depok Mohammad Idris membuka acara Festival Hari Santri Nasional (Hasan) yang diselenggarakan oleh Sekolah Pemimpin Madrasah Aliyah (MA) Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, Jawa Barat, Ahad (21/10/2018).
Dalam sambutannya, Wali Kota Idris mengingatkan santri untuk menyerap 3T. Apa itu?
“Pesantren ini punya risalah. Punya misi, risaalatul ma’had. Misi pesantren itu secara umum bisa dibilang, saya mengistilahkan dengan 3T,” kata Idris.
Baca: Hari Santri Nasional, Mengingatkan “Resolusi Jihad” Bela NKRI
T pertama, kata dia, adalah Tarbiyah wa Taklim. Pesantren memiliki misi pendidikan dan pengajaran. Pesantren, jelas dia, tidak saja sekadar mengajarkan tapi juga mendidik.
“Di dalam pesantren media pendidikan yang paling efektif adalah keteladanan. Kita para santri meneladani guru. Guru juga seringkali meneladani para santri. Sebab kita ada kekurangan. Kekurangan kekurangan dari sisi kemampuan kita yang mungkin boleh jadi para pengasuh belajar kepada murid karena ada santri yang punya kebiasaan baik yang guru tidak miliki. Inilah yang namanya tarbiyah wa taklim,” kata Idris yang juga jebolan Pesantren Modern Darussalam Gontor ini.
Wali Kota Idris berpesan kepada seluruh santri yang masih mengenyam pendidikan di pondok pesantren agar bisa menerapkan 3T dalam kehidupan.
Baca: Ketua GP Ansor: Tak Boleh Lagi Ada Pembakaran Seperti di Garut
T kedua, lanjutnya, adalah Taujih wa Tarqiah. Yakni santri harus bisa menyerap ilmu yang diberikan oleh guru/kiai atau pengasuh di ponpes, dan harus bisa secara aktif mengamalkannya.
Taujih wa tarqiah jelas dia berarti santri juga harus diarahkan agar berkembang dengan bakat dan kompetensinya. Arahkan mereka yang berpotensi untuk bisa mengembangkan ilmu dan kompetensinya.
“Terakhir adalah Takwin, santri harus mampu membentuk wawasan keislaman melalui aktivitas sehari-hari. Baik saat masih mondok, maupun ketika sudah keluar ponpes. Jadi jika sudah keluar ponpes, diharapkan santri sudah terbiasa menjalankan kesederhanaan saat di ponpes,” ucapnya.
Takwin, terang Idris, adalah membentuk mereka sesuai kapasitasnya dalam beragam aspek seperti wawasan keislamannya dan membentuk kepribadian mereka.
“Sehingga konsentrasi kita adalah mengembangkan nilai-nilai 3T ini. Kita harus qiyaamul ma’had, mendirikan nilai-nilai pesantren. Harus kita hidupkan baik ketika di pesantren maupun di luar pesantren. Antara lain adalah al-basathah (kesederhanaan). Kesederhanaan ini kita dapatkan di pondok pesantren,” terangnya.
Idris berpesan kepada santri agar mengembangkan dan mentransfer nilai-nilai al-basathah ini secara luas kepada masyarakat.
“Harus disiplin. Waktu shalat, shalat. Waktu belajar, belajar. Waktu tidur, tidur. Harus disiplin. Tidak hanya pembentukan intelektual, mental, spritial, tetapi juga jasmani. Jangan sampai anak-anak pondok pesantren loyo,” imbuhnya.
Baca: Substansi Hari Santri, Kepemimpinan dengan Nilai-nilai Pesantren
Dirinya berharap, melalui pembelajaran di ponpes, santri bisa menjadi pemimpin yang berkualitas yang tentunya sesuai perintah Allah dalam Al-Qur’an.
“Jadikanlan Hari Santri Nasional sebagai pengingat kepada kita semua, terhadap kiprah dan nilai kepesantrenan,” pungkasnya.
Acara ini turut dihadiri oleh Ketua Yayasan Hidayatullah Depok Lalu Mabrul, pembina Wahyu Rahman, Camat Cilodong Mulyadi, Lurah Kalimulya Suryadi, Lurah Sukmajaya Nurhadi, dan Lurah Jatimulya Evi Maryati serta ratusan undangan dan hadirin.* Ainuddin