Hidayatullah.com– Kepulangan jamaah haji Indonesia terus berlangsung. Seperti biasa, meskipun sudah diingatkan, masih ada saja jamaah yang membawa barang berlebihan saat meninggalkan Tanah Suci menuju tanah air.
Petugas mengingatkan bahwa jamaah sebaiknya hanya membawa barang-barang yang diperbolehkan. Barang-barang yang dilarang maupun yang berlebihan, jangan dibawa.
Dalam proses kepulangan jamaah, sebelum masuk ke ruang Imigrasi di Arab Saudi, petugas kembali menyortir barang bawaan jamaah.
Tas atau barang tentengan selain yang diperbolehkan harus ditinggalkan. Beberapa barang yang ditinggalkan antara lain air minum dalam kemasan botol, sandal tas paspor KBIH, air zamzam, kecap, rice cooker, pemanas air listrik, dan lainnya.
Barang-barang ini kemudian diambil oleh para pekerja Bandara King Abdul Aziz Jeddah. Setelah meninggalkan barang-barang bawaan yang melebihi aturan, jamaah kemudian diperbolehkan masuk ke ruang Imigrasi untuk menjalani pemeriksaan terakhir.
“Jika telah lolos Imigrasi, jamaah masuk lalu masuk ke ruang tunggu sambil menanti jadwal pesawat take off,” ujar Kepala Seksi (Kasie) Kedatangan dan Pemberangkat Daerah Kerja (Daker) Bandara Jeddah-Madinah Panitia Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Cecep Nursyamsi kutip Media Center Haji (MCH), Ahad (18/08/2019).
Petugas juga meminta jamaah untuk mengeluarkan air zamzam dari koper. Sebab, bawaan tersebut akan tetap terdeteksi oleh x-ray ketika akan masuk ke dalam pesawat.
“Jika tetap membawa air zamzam akan dibongkar,” kata petugas dari Maskapai Saudi Arabia Airlines melalui pengeras suara, Sabtu.
Meski sudah diingatkan, tetapi masih banyak jamaah yang enggan meninggalkan tas tentengan mereka. Bahkan, mereka menggunakan tas paspor milik KBIH. Namun, aturan maskapai Saudi Arabia Airlines cukup ketat.
Sebelumnya, jamaah haji kloter 4 Embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS) menjadi kelompok pertama yang menikmati layanan Eyab atau layanan khusus untuk tiga negara yakni Indonesia, Malaysia, dan India. Jamaah sampai di terminal khusus Eyab sekitar pukul 10.45 WAS, Sabtu.
Setelah turun dari bus, jamaah langsung disambut petugas Arab Saudi yang kebanyakan anak muda. Bagi jamaah wanita dilayani oleh petugas perempuan. Sebelum masuk ke dalam ruang tunggu, jamaah dikalungkan semacam kartu yang berisi nomor dan barcode. Kartu ini sebagai tanda bahwa mereka adalah jamaah haji Indonesia.
Jamaah lalu dipersilakan untuk menunggu di ruang yang sangat nyaman. Tempat duduk berupa sofa dan kursi-kursi empuk khas timur tengah.
“Saya sangat terharu dengan pelayanan seperti ini,” kata Rosiyanti, jamaah asal Jatiasih, Bekasi, Jawa Barat ini.
Ermiyatun, ibunda Rosiyanti juga mengaku sangat senang dengan layanan yang diberikan. Salah satunya bunga melati yang diterimanya dari petugas.
“Sudah sebulan tidak mencium melati,” ujar ibu yang menggunakan kursi roda sambil menciumi bunga melati. Bunga itu lalu dimasukkan ke dalam sakunya.
Sudah 5.913 Jamaah Haji Pulang
Pada Ahad (18/08/2019), pemulangan jeamaah ahaji Indonesia memasuki hari kedua. Sebanyak 5.913 jamaah haji dari 16 kelompok terbang (kloter) diterbangkan hari ini menuju Indonesia.
Berdasarkan data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) dari kloter 2, 3, 4, 5 Embarkasi Solo (SOC), kloter 4, 5, 6 SUB; kloter 5, 6, 7, 8 Embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS); kloter 2 Embarkasi Lombok (LOP), kloter 2 BTH, kloter 2 Palembang (PLM), kloter 2 Padang (PDG), dan ķloter 2 Ujung Pandang (UPG).
Pada hari kedua kepulangan ini pun masih banyak jamaah haji yang membawa barang bawaan secara berlebihan. Mereka memasukkannya ke dalam tas kresek atau tas lainnya. Akibatnya banyak yang terkena sweeping dan harus meninggalkan sebagian barangnya.
Seperti Feru Sukaryono yang harus merelakan sebagian barang bawaannya.
“Namanya jamaah, di sini kan lama, jadi banyak membeli oleh-oleh untuk tetangga di rumah. Seperti buah kurma, harganya di sini murah, kalau sudah di Indonesia, harganya gila-gilaan,” ujar jamaah haji Kloter 6 Embarkasi Surabaya (SUB), Ahad.
Jamaah dari Kloter 6 SUB lainnya, Ali Vickry terpaksa membawa hambal dan kain kafan di pundak. Sebab, dia tidak boleh membawa tas tentengan lagi.
“Ini hambal dikasih orang di hotel jadi harus bawa. Dan ini kain kafan yang saya beli di sini. Sudah dicuci air zamzam di Haram (Masjidil Haram). Dari pada suruh di bagasi, saya bawa aja,” sebutnya.
Dia sengaja membeli kain kafan yang bisa digunakan untuk dirinya, istri, dan satu orang tuanya yang masih hidup. Menurut jamaah haji asal Kabupaten Sumenep, Jawa Timur ini, beli kain kafan di Tanah Suci merupakan tradisi di Pulau Madura.*