Hidayatullah.com– Menandai hari kemerdekaan RI ke-74, Ketua Umum Wahdah Islamiyah, Ustadz Zaitun Rasmin resmi menyabet gelar doktor bidang pendidikan Islam di hadapan dewan penguji Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor, Jawa Barat, Jumat (16/08/2019) sehari jelang peringatan 17 Agustus.
Zaitun Rasmin berhasil mempertahankan disertasi berbahasa Arab yang berjudul “Mafhum Tarbiyah Tahfizhil Qur’an ‘inda ‘Alim Bugisi Lanre Said” usai melewati sidang terbuka.
Sidang diketuai langsung oleh Rektor UIKA, Dr. H. Ending Bahruddin. Selain itu tampak hadir para promotor dan tim penguji, Dr. H. Abas Mansur Tamam. Prof. Dr. H. Abuddin Nata, Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, Dr. Adian Husaini, dan Dr. H.E. Mujahidin.
Dalam penelitiannya Zaitun mengungkap kiprah KH. Lanre Said, tokoh pendidikan Islam asal Sulawesi Selatan. Selain dikenal dengan kepakaran ilmu agama, Lanre Said adalah pendiri Pondok Penghafal al-Qur’an Darul Huffadh, Bone, Sulawesi Selatan. Diketahui, pondok penghafal yang terkenal dengan sebutan Pesantren Tuju-Tuju itu didirikan pada 29 Rajab 1395 H (7 Agustus 1975).
Menurut Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat itu, hal yang khas dalam pemikiran Lanre Said ialah keinginan untuk membumikan ajaran al-Qur’an dalam bentuk kearifan lokal, tanpa meninggalkan budaya dan ada istiadat masyarakat Bugis yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Atas tekad kuat tersebut, Lanre Said pernah menggagas Pulau al-Qur’an, yang di dalamnya hanya dihuni oleh komunitas masyarakat para pecinta al-Qur’an.
“Hari-harinya hanya disibukkan dengan membaca, menghafal, dan mengamalkan al-Qur’an saja,” ucap Zaitun yang juga Wakil Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Pusat.
Sidang berjalan dengan lancar. Berbagai pertanyaan dari penguji dijawab dengan lugas oleh Ketua Umum Ikatan Ulama dan Dai se-Asia Tenggara tersebut. Hasilnya, penelitian yang terjemahnya berarti “Konsep Tarbiyah Tahfizh al-Qur’an Menurut Ulama Bugis KH. Lanre Said” berhasil mengantar Zaitun Rasmin sebagai doktor Pendidikan Islam ke-202 di UIKA dengan nilai sangat memuaskan.
“Alhamdulillah, ini inspirasi tentang makna keberkahan waktu. Di sela kesibukan dakwah tetap saja ada waktu belajar. Para pemuda Islam tidak boleh merasa cukup apalagi berhenti menuntut ilmu. Ustadz Zaitun adalah teladan dan motivasi besar untuk semua,” ucap Dr. Muhammad Yusran Anshar, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar.
Ucapan tahniah lainnya datang dari sahabat dekatnya, Muhammad Ikhwan Jalil.
“Tak terasa sudah lebih 30 tahun kami kenal dan membersamai Ustadz Zaitun. Dari masa muda, tidur beralas tikar di rumah kost di Matraman, belajar di sisi para ulama di Kota Madinah, mendirikan STIBA, hingga akhirnya hari ini resmi meraih gelar doktornya. Doa terbaik semoga senantiasa istiqamah, ilmunya bermanfaat bagi umat dan bangsa, menata jalan perjuangan, berjihad dengan al-Qur’an, jihadan kabiran,” ujarnya tanpa bisa menahan haru.*