Ibarat setali tiga uang, para anilis Barat nampaknya telah sejalan dengan apa yang dilakukan Presiden Bush menjajah wilayah Iraq. Selasa malam, (8/4/03), beberapa analis ekonomi Barat berkumpul dan menyetujui bubarnya organisasi pengekspor minyak terbesar dunia (OPEC). Jika industri minyak Iraq diswastakan, lupakan mengenai Opec. Opec kini sudah mati, kata Leo Drollas dari Pusat Kajian Tenaga Global, London seperti dikutip sebuah media elektronik Australia. Menurutnya, keputusan pasca serangan Iraq juga dimungkinkan agar segera mendesak supaya dibenarkan mengeksport minyak dalam jumlah sama seperti Iran yang pernah dibuat sebelum tahun 1990. Neil Patrick dari Mingguan The Economist, mengakatan, Iraq akan menjadi kuda tunggangan Washington yang akan memainkan peranannya mempengaruhi pasaran minyak. Jika Iraq meningkatkan produksi minyaknya secara terus-menerus, ia bakal membanjiri pasaran dunia dan menjadikan harga minyak berada di bawah US$18 perbarel. Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) adalah organisai yang selama ini paling berpengaruh terhadap penentuan harga minyak dunia. Lembaga yang kebanyakan anggotanya adalah negara-negara muslam dan Timur Tengah ini, memeng beberapa kali dianggap menghawatirkan AS. Terutama masa depan cadangan minyaknya. Perampasan minyak dan pembubaran OPEC ini adalah satu dari indikasi dari motivasi sesungguhnya dibalik serangan ke Iraq. (ap/afp/cha)