Pemimpin penentu masa depan Iraq, Jay Garner dikabarkan telah resmi memulai bekerja di Baghdad, kemarin. Seperti diberitakan harian AbCNews, Senin (21/4), kemarin, Jenderal Purnawirawan Jay Garner, dikabarkan telah sampai di ibu kota Iraq, Baghdad didampingi 40 orang staf ahlinya.
Kedatangan Garner di Baghdad adalah membawa misi sebagai pimpinan pemerintahan Iraq pasca agresi. Di sini, mantan Jenderal AS ini akan menentukan masa depan percaturan politik Iraq di masa depan. Termasuk membuat bentuk negara, model politik dan hukum.
Garner mendarat di bandara Baghdad setelah melakukan penerbangan jarak pendek dari Kuwait, 12 hari setelah tank dan pasukan AS memasuki ibukota Iraq dan menjatuhkan pemerintahan Saddam Hussein.
“Apa yang lebih baik dalam hidup ini selain dapat membantu orang lain dan itulah yang akan kami lakukan,” kata Garner setibanya di Baghdad.
Setibanya di Baghdad mantan jenderal berusia 64 tahun itu langsung melakukan peninjauan ke rumahsakit berkapasitas 1.000 tempat tidur yang dibanjiri pasien selama hari-hari terakhir perang invasi ke Irak. Dia tiba ditemani oleh 20 anggota rombongannya.
Wakil Yahudi
Jay Garner (64), adalah pensiunan jenderal AS yang pernah bertugas di perang Iraq tahun 1991. Saat itu tugasnya adalah membina suku Kurdi di Iraq Utara di bawah tekanan Saddam Hussein.
Garner, yang telah tinggal beberapa bulan terakhir telah berada di Kuwait sebelum terjadinya perampasan Iraq, adalah tokoh yang diproyeksikan Amerika Serikat (AS)untuk menjadi penguasa baru di Bagdad setelah jatuhnya rezim Saddam Hussein. Di Kuwait, warga AS keturunan Yahudi ini tak lain kecuali merencanakan kejatuhan Saddam sekaligus mencari bentuk Iraq baru selepas agresi AS.
Kini, di bawah Pentagon dan Departemen Pertahanan Amerika Serikat, Garner diserahi tugas Kepala Kantor Rekonstruksi dan Bantuan Kemanusiaan.
Garner dikenal sebagai tokoh penting Yahudi yang sengaja dititipkan Israel kepada AS untuk membangun Iraq pasca agresi. Kolumnis Libanon Michael Young mengatakan, orang muslim sudah sepantasnya menaruh curiga atas Garner karena hubungannya yang erat dengan Israel. Mingguan Israel The Forward,pada Oktober tahun 2000 menulis, Garner termasuk dari 26 perwira militer yang telah menandatangani pernyataan Institut Yahudi untuk Masalah Keamanan Nasional–organisasi yang bertujuan untuk semakin mempererat hubungan antara Amerika dan Yahudi– yang memuji Israel atas penanganan gerakan intifada Palestina. Organisasi konservatif ini pula yang mensponsori perjalanan pertamanya ke Israel pada 1998.
Jaringan berita Khabar mengutip pernyataan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei yang mengatakan pemerintah Iraq harus terdiri atas wakil-wakil yang dipilih rakyat Iraq dan bukan oleh seorang mantan militer AS yang merupoakan agen atau setidak-tidaknya sangat dekat dengan “rezim Zionis”.
Jaringan itu juga mengatakan salah satu tujuan utama tim Garner adalah untuk memperkuat status Israel di Timur Tengah dan membantu negara Yahudi itu dengan minyak murah dari kilang-kilang Kirkuk dan Mosul di Irak Utara. (abcn,ap,wpd,cha)